Sara mengusap lembut punggung yang terluka itu menggunakan kain yang sudah dibilas oleh air hangat. Dengan terampil ia menepuk-nepuk pelan agar pemilik punggung itu tidak merasakan sakit jika ia sengaja mengobatinya dengan kasar.
Matanya menyipit, kedua alisnya menyirit mengamati dua luka di punggung pria ini. Satu bekas luka di kiri dan mengarah ke tengah begitupun sebaliknya yang berasa di kanan.
Jika disimpulkan seperti sayap yang baru saja dipotong oleh seseorang.
"Kau sudah bangun?"
Manik mata milik Eros melirik ke arah Sara yang masih berada dibelakangnya.
"Bagaimana kau tahu?"
"Kau menggumam."
Eros tersenyum tipis mendengar jawaban dari Sara.
Secara tiba-tiba Eros membalikkan badan dan menatap dalam ke wanita di hadapannya itu.
"Kau membuka bajuku?"
Sara yang terkejut mulutnya menganga, ia gelagapan akan berbicara apa karena Eros mengejutkan dirinya.
"Iya."
"Jadi, itu hal yang wajar, kan?"
"Apanya yang wajar?!" Kali ini Sara kembali tersorot emosi ketika Eros menanyakan soal itu kembali.
"Katanya itu bukan hal yang wajar tetapi kau membuka bajuku."
"Karena saat kau pingsan aku tanganku terkena darah dari punggungmu itu,"
Raut wajah Eros seketika berubah, ia seperti akan menghelakan napas tetapi dirinya tahan, kini terlihat kekecewaan dari wajah tampannya itu. Dapat dilihat oleh Sara mata ungu milik pria itu sedikit berkaca-kaca.
"Kau-"
"Ternyata benar." Gumam Eros.
"Apanya yang benar?" Tanya Sara penasaran.
Mata Eros menoleh kembali ke arah Sara, kali ini memandang Sara lebih dalam dari sebelumnya, sebelum ia memancarkan senyuman begitu manis untuk wanita dihadapannya itu.
"Terima kasih, kau menyelamatkanku lagi."
"Apa maksudmu tentang menyelamatkan?"
"Aku sudah bilang-"
"Iya kau bilang kau adalah penjagaku." Potong Sara ketika Eros akan kembali berbicara persoalan itu, Eros kembali tersenyum mendengarnya lalu mengangguk.
"Lalu mengapa aku yang menyelamatkanmu?"
"Itu hal yang berbeda, Sara."
"Dan kenapa kau bisa tahu namaku?"
"Aku sudah bil-"
"Aku tahu. Setelah aku selesai mengobatimu, kau bisa pergi dari kamarku sebelum aku panggilkan sekuriti."
"Kenapa begitu? Aku harus berada bersamamu."
"Aku tidak mengenalmu."
"Kau mengenalku."
"Apa buktinya?"
"Tidak ada."
"Oke, pergi."
Eros mendekati wajah Sara, sangat dekat sehingga Sara mundur karena lagi-lagi Eros membuatnya terkejut dan ketakutan.
"Aku adalah malaikat penjaga mu. Bagaimana aku bisa pergi?"
"Bodyguard?"
"Apa itu?"
"Ah astaga, serius kau tidak tahu itu?" Sara terkekeh geli melihat reaksi pria itu yang tidak tahu tentang apa yang ia bicarakan.
Eros hanya menggeleng polos.
"Jangan bicarakan malaikat maupun penjaga, aku sudah terbiasa sendiri."
"Aku sungguh-sungguh, Sara."
"Apa?"
"Aku adalah malaikat."
Sara keheranan.
"Bagaimana sesosok malaikat tidak sopan seperti dirimu?"
"Karena kita sudah saling mengenal."
Semakin lama, Sara tidak mengerti akan apa yang Eros ucapkan.
"Kau telah menyelamatkanku dari penderitaan yang selama ini aku rasakan dengan membuka seluruh buku yang kau ambil itu, lalu sekarang kau mengobati luka punggungku." Lanjut Eros.
Ucapan Eros kini membuat Sara terdiam, ia masih tidak percaya dengan apa yang orang itu katakan tetapi sangat aneh jika tiba-tiba ada seorang pria yang berada di kamarnya sedangkan seluruh pintu ataupun jendela masih terkunci.
Tanpa memedulikan dan menjawab ucapan Eros, ia berjalan menuju buku yang diambilnya di perpustakaan.
Kini Sara kebingungan karena buku tersebut tiba-tiba saja menghilang dari tempatnya, ia dengan yakin tetap mencarinya disekitaran rak buku tetapi masih tidak dapat menemukan buku tersebut.
Malah ia menemukan beberapa bulu putih seperti bulu dari sayap burung, dari dulu ia tidak pernah memelihara burung putih tetapi mengapa sekarang ada bulu itu? Pikirannya kini semakin rumit, ia tidak bisa berpikir kembali.
"Jangan terlalu banyak memikirkan hal yang sulit, cepat atau lambat kau akan ingat semuanya."
Sara mengeratkan giginya, menghadap langsung ke Eros dengan tatapan bingung, kesal, marah dan perasaan campur aduk dibuatnya.
"Siapa kau sebenarnya?!"
Mereka berhadapan secara langsung dengan hanya menyisakan beberapa cm dari berdiri keduanya, menyisakan juga perbedaan tinggi keduanya.
"Sudah aku bilang aku malaikat yang diutus untuk menjadi manusia, itu bulu sayapku yang telah dipotong."
Sara sedikit yakin karena saat melihat bola mata Eros dapat terlihat dengan jelas perbedaan dengan dirinya sendiri, entah warna, ataupun yang lainnya. Tetapi itu tidak cukup untuk dirinya percaya karena belakangan ini terdapat modus penipuan juga.
"Kau masih tidak percaya kepadaku? Aku turut sedih," Eros menunduk sebentar sebelum ia meraih lengan Sara dan melanjutkan ucapannya.
"Jadi aku bisa membuktikannya." Eros tersenyum lebar.
"A-apa?"
Sekejap mata saat Sara menerjapkan matanya mereka sekarang berada dibawah pohon besar, pemandangan sekitarnya tidak terlalu ramai dengan burung berkicau.
Ini di taman.
Tentu saja itu membuat Sara terkejut tiba-tiba saja berada di taman, ia menghempaskan tangan Eros lalu memutar tubuhnya memperhatikan sekeliling.
"Ini pasti ilusi."
"Ini bukan ilusi, kita berada di taman, Sara."
"Berhenti memanggil namaku!" Sara sedikit menaikkan nada bicaranya kepada Eros, membuat Eros menghela napas panjang.
"Aku suka namamu."
"Aku tidak suka kau panggil."
"Kau masih sama seperti dahulu, sering marah-marah."
"Aku tidak mengenalmu!"
"Perkenalkan-"
Eros mendekat kembali ke arah Sara, tangan kanannya ia ulurkan kepada wanita di hadapannya.
"Jadi kau," Sara memberhentikan ucapannya sesaat.
"Aku Eros, Sara."
______
TBC.10 November 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGELIC MAN
Romance"Bibirmu manis, boleh aku mencobanya?" Eros, malaikat yang diutus menjadi manusia karena melakukan kesalahan besar dengan adanya hawa nafsu pada dirinya, tidak lain yaitu jatuh cinta pada manusia. Dan Sara adalah seorang gadis biasa saja, jauh dari...