2. Bertemu Penyelamat

8 3 0
                                    

Kepulan asap menyebar dan mengisi tiap ruangan yang ada saat seorang gadis sedang terlelap begitu tenang dalam tidurnya.

Sesosok pemuda tersungkur ke ubin lantai, kulitnya terasa sangat lembut dengan beberapa cairan yang berada di tubuhnya menambah kesan mengkilap.

Matanya terbuka, meminimalisir menatap ke keadaan sekitar. Ruangan itu sangat asing baginya, ia segera bangun dari duduknya di ubin itu dan mulai menjelajahi menggunakan kaki yang mulai berjalan menyusuri ruangan tersebut.

Dia berhenti pada cermin besar di depannya, memperhatikan penampilan dirinya sekarang, tubuhnya tinggi dengan otot-otot yang terlihat pada cermin, perutnya membentuk beberapa bagian, wajahnya pun nyaris sempurna dengan mata berwarna ungu pekat.

Tetapi, ia tidak memakai sehelai benang yang mengikat ditubuhnya. Sebelum ia sadari bagian punggungnya kini terasa begitu menyakitkan. Tangannya meraba punggung dan mengusapnya perlahan.

Ada rintihan kecil di mulutnya.

Tidak sampai disana, ia beralih melangkah kembali menyusuri tiap sudut ruangan hingga akhirnya dirinya bertemu seseorang yang tengah terlelap dalam mimpi.

Orang itu tidur ditutupi oleh kain besar nan tebal, dengan rasa penasaran ia menghampiri orang tersebut dan mengikuti bagaimana orang itu tidur, ia juga ikut menyelimuti dirinya menggunakan selimut tebal milik orang tersebut.

Sudut bibirnya mengangkat ke atas, ia tersenyum, matanya terpejam merasakan hangatnya selimut yang ia gunakan sekarang. Cuaca malam hari yang dingin ini sudah sedikit tidak dirinya rasakan karena ia tersembunyi dibalik selimut.

"Bagaimana aku bisa bertemu dengan penyelamatku yang cantik ini?" Gumamnya.

Tangannya perlahan mengusap lembut lengan orang itu, kemudian ia memeluknya dari samping menambah kesan menghangatkan tubuh.

Lagi-lagi ia tersenyum puas karena kehangatan yang diberikan untuknya.

"Um," sebelah matanya terbuka mendengar suara kecil dari seseorang yang ia dekap.

Dirinya melepaskan pelukan sepihak itu dan tangannya menampung kepalanya sambil menatap ke arah orang itu, seorang gadis.

Seketika senyuman terbentuk dibibirnya, satu tangannya mengarah ke gadis itu dan menyapu lembut rambut yang mengenai wajah tenangnya. Tidak peduli bagaimana jika dirinya memang mengusik tidur nyaman gadis itu, ia sangat bahagia karena gadis itu dirinya selamat.

"Terima kasih atas bantuanmu."

Mata gadis tersebut terbuka karena suara bising dari dirinya, responnya sungguh mengejutkan, tangannya ia gosokan ke mata, gadis itu terkejut mengetahui ada pria tidak dikenal berada dihadapannya, terlebih sedang tidur bersama dirinya.

Bola matanya membulat sempurna, mulutnya menganga sebelum teriakan nyaring terdengar seisi ruangan.

"Siapa kau?!" Pandangannya beralih pada tubuh pria tersebut saat selimut putih tebal miliknya terseret karena dia mundur dari hadapan pria itu yang menampilkan tidak memakai sehelai benang pun alias telanjang bulat.

Dengan tidak mempunyai rasa bersalah, pria itu malah mendekat ke arahnya tanpa dosa. Buru-buru wanita itu menutupi wajahnya dengan kedua tangan kecilnya.

"Aku penjagamu."

"AKU TIDAK PEDULI, PAKAI PAKAIANMU SEKARANG!"

Pria tersebut adalah Eros.

Setelah mendengar teriakan dari sang gadis, ia menatap ke tubuhnya sendiri dan keheranan.

"Bagaimana kau mengatakan hal yang sudah biasa aku lakukan setiap harinya?"

"Apa maksudmu, bajingan?!"

"Bukankah wajar?"

"Apa yang kau anggap wajar itu? Tidak memakai pakaian?"

Eros tersenyum lalu mengangguk.

Dengan marah, gadis itu melemparkan selimut ke arah Eros dan berlari menuju pintu untuk keluar lalu melaporkannya ke sekuriti.

Ketika ia akan meraih handle pintu, dihentikan oleh Eros yang sangat tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya dan membalikkan dirinya menjadi berhadapan.

"Kau mau kemana?"

"Apa kau gila? Aku akan melaporkan dirimu karena bertindak mesum di kamarku!" Eros memejamkan matanya karena teriakan gadis itu begitu nyaring didengarnya.

"Aku tidak mesum."

"Lalu siapa dirimu?" Gadis itu masih setia mempertahankan matanya yang tertutup tidak ingin melihat Eros secara tatap muka.

"Bukankah sudah aku bilang aku adalah penjagamu?"

"Sejak kapan itu," ia memalingkan wajahnya untuk tidak melihat.

"Semenjak kau lahir,"

"T-tapi setidaknya kau harus menggunakan pakaian."

"Aku tidak punya."

Gadis itu tidak percaya bahwa pria yang ada dihadapannya ini bertingkah lucu, bukan lagi aneh tetapi memang aneh karena orang mana yang tidak mempunyai baju untuk dirinya pakai?

"Apa kau sedang bercanda padaku?"

"Tidak."

Matanya mulai membuka perlahan, menatap wajah Eros dengan seksama. Wajahnya memerah melihat ketampanan yang dimiliki Eros, seketika dirinya terpesona ketika mulai saling menatap lewat mata yang berkilau itu.

Bagaimana mungkin ada seseorang yang memiliki mata berwana ungu indah ini? Sangat mempesona nan tampan.

Dengan percaya diri Eros memajukan wajahnya membuat gadis itu mundur dan akan terpentok ke pintu tetapi dengan sigap tangan Eros ke belakang kepala gadis itu agar gadis itu tidak terbentur keras.

"Apa baru saja aku mendengar kau memujiku?"

Gadis dihadapannya itu terkejut, "a-apa??" Ia mendorong Eros, kakinya melangkah menjauh ke lemari pakaiannya.

Diikuti oleh Eros.

Setelah beberapa lama mencari dan mengacak isi lemari, akhirnya ia menemukan satu set pakaian pria yang sebenarnya akan ia hadiahkan kepada teman laki-lakinya.

"Pakai ini!"

"Aku tidak menyukainya."

"Lalu kau mau apa?! Jangan menguras emosiku!" Pekik gadis itu yang masih belum melihat ke arah Eros.

"Lihat aku,"

"Tidak!"

"Kenapa?"

"Nanti mataku sakit."

"Lihatlah dulu."

Eros menarik lengan gadis itu membuatnya terkejut, tetapi gadis itu segera menyadari dan memundurkan tubuhnya kebelakang beberapa cm.

Belum ia terbiasa oleh kejutan tarikan itu, ia kini dikejutkan kembali bahwa Eros sudah memakai pakaian full hitam ditubuhnya.

Gadis tersebut menganga tidak percaya apa yang ia lihat kini, apakah ia bermimpi atau lebih dari mimpi.

"Kau? Sejak kapan..."

"Sudah aku bilang aku tidak menyukai pakaian teman laki-lakimu itu,"

Mulut gadis itu ingin mengangkat bicara namun tidak bisa mengeluarkan suara.

Belum ada beberapa menit untuk mengurangi rasa terkejutnya, Eros sekarang kesakitan karena luka yang ada di punggungnya. Ia sedikit tersungkur ke depan karena sakit.

"Kau kenapa?"

"Punggungku-"

"Kenapa punggungmu?"

Belum sempat menjawab pertanyaan gadis itu, ia terjatuh ke lantai.

"Sara," lirihnya yang membuat gadis tersebut kembali tertegun sebelum akhirnya Eros pingsan di hadapan dirinya.

___

29 Oktober 2024.

ANGELIC MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang