Rumah

24 6 0
                                    

Sabtu sore, baru saja Thalia pulang dari kuliah, masih pakai ransel dan sweater, penampilannya selalu rapi.

Gadis berambut panjang sepinggang ini memang punya wajah tenang, dan sikap yang selalu dewasa.

Kecuali jika berhadapan dengan Nael, saudara kembarnya sendiri. Hilang sudah rasa tenang Thalia.

meski bucin abis kalau sudah soal memyangkut soal pacarnya.

"Gue pulang," sapa Thalia, suaranya terdengar dari pintu depan. Dia melenggang santai ke ruang keluarga sambil menaruh tasnya di sofa.

"Eh, Kak Al udah pulang!" Nara yang lagi rebahan di sofa menatap kakaknya itu, mukanya sumringah sambil menyambut kakaknya yang satu ini. "Tumben pulang cepet, gak ketemu pacar dulu?"

Thalia menggeleng sambil ketawa kecil, tapi kedua ujung telinganya langsung merah.

"Sotoy dek. " jawabnya, meski memang benar dia habis bertemu dengan pacarnu.

Dari arah dapur, tiba-tiba muncul Nael, kakak kembarnya yang langsung melempar senyum usil ke Thalia. "Anjay, abis belajar apa ngedate nih? pulang-pulang muka lo sumringah abis. "

Thalia langsung mendelik sambil melipat tangan di dada. "Nael monyet, lo tuh ya, bikin gue emosi mulu tiap ketemu sama lo. "

Nael malah cengengesan tanpa rasa bersalah, dia duduk di sofa sebelah Nara dan langsung merangkul bahu adiknya ini, membuat Nara yang tadinya diam langsung ngerasa kesal.

Nael ini bukan hanyak sekadar laki-laki tinggi dengan tampang tampan dan tatapan nyebelin, tapi juga omega yang karakternya nyaris tidak ada lembutnya.

Tak seperti omega pada umumnya, Nael tidak ada rasa 'submisif', malah sering kali gayanya lebih seperti alpha yang sulit diatur.

"Gapapa kali, Al. Kiki aja udah tau lo abis ketemu si onoh. Ya kan Ki?" tanya Nael, ngelempar senyum nakal ke arah adik bungsunya yang sudah mengelus dada karena tau kakaknya ini berulah lagi.

Nathalia itu dalam keluarganya biasa disebut Thalia atau Al, dan Nael itu El, dan untuk Kinara adalah Kiki.

Itu tidak tertulis dalam novel dan dia belum lama menyadari hal ini.

Nara menggeleng sambil mendorong tangan Nael pelan. "Lo tuh ya, Kak Nael, kerjaannya gangguin gue mulu! "

"Jujur aja dek, lo kan seneng juga kalo gue gangguin, biar gak boring boring amat," Nael tersenyum.

"Apaan, seneng dari langit! " seru Nara, tapi dia tertawa juga. Mau gimana lagi, meski Nael rese setengah mampus.

Nara sudah kebal dengan kelakuan  kakaknya satu ini.

Sudah menjadii kebiasaan sehari-hari yang tidak bisa dihindari.

Thalia ikut duduk, ngelihatin mereka berdua sambil geleng-geleng kepala. "Gue heran, Nael. Tumben lo gak main sama temen lo itu?"

Nael angkat bahu dengan santai. "Mager. Mending gue gangguin adek gue yang lagi nganggur ini."

Nara cuma melirik sambil ngangkat bahu. "Yah, bodo amat. Gue udah kebal sama lo tau."

Tapi detik berikutnya, Nael langsung berdiri, seolah ingat sesuatu, dan ngeloyor ke dapur. Dari kejauhan, tercium bau masakan, dan tak lama kemudian, Nael muncul lagi sambil bawa sepiring udang goreng tepung yang keliatan menggiurkan.

Thalia yang lagi santai tiba-tiba memperhatikan Nael dengan tatapan curiga. "Nael... itu yang lo masak udang, kan?"

Nael ngangguk, dengan bangga nunjukin hasil karyanya. "Yup, udang tepung crispy ala chef Nael. Kalian mau coba?"

Eternal MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang