Dengan hati yang masih tergores luka, Jonathan menjejalkan pakaiannya satu per satu ke dalam koper. Setiap lipatan kain seolah menambah beban di hatinya. Meski seluruh jiwa menolak, ia tak punya pilihan selain bersiap untuk pergi ke London. Tubuhnya terasa kian berat, seolah tenaga yang dimilikinya sudah terkuras habis oleh duka dan kesedihan. Setiap langkah yang ia ambil hanya memperjelas kenyataan pahit yang harus dijalaninya. Ini bukan keinginannya--keputusan ini hanyalah wujud dari keterpaksaan, sebuah pengorbanan demi melindungi orang yang begitu ia cintai.
Di tengah kesunyian yang kian menekan, suara langkah kaki terdengar mendekat. Ayahnya datang menghampiri, membawa tatapan yang penuh kegetiran.
"Kamu sudah yakin dengan keputusanmu? Apa kamu benar-benar akan merelakan Jill?"
"Aku gak punya pilihan lain. Dan belajar di luar negeri, adalah satu-satunya cara untuk menghindarinya. Jadi aku mohon sama Papa, jangan paksakan perjodohan itu lagi."
"Kamu benar-benar mencintai Xena? Sampai harus berkorban begini."
"Itu gak akan bisa di mengerti, oleh Papa yang menghianati Mama. Jadi Papa gak akan pernah tau, bagaimana rasanya mencintai seseorang dengan tulus."
Alan terpaku, diam seribu bahasa, sementara amarah mendidih di dadanya atas kata-kata putranya yang baru saja merobek luka lama yang belum sembuh. Sekian tahun berlalu, namun kenangan pahit itu ternyata masih setajam bilah pisau. Mungkin benar, pikirnya dengan getir, bahwa ia tak pernah benar-benar tahu bagaimana mencintai dengan tulus. Dua wanita yang pernah menjadi dunia baginya, kini telah sirna. Takdir mereka tragis yang disebabkan oleh keangkuhannya.
Dengan napas yang berat, Jonathan menatap sejenak pada tumpukan barang-barang yang telah ia kemasi, seolah berusaha mengunci setiap kenangan di dalam koper yang kini terasa jauh lebih berat dari sekadar pakaian. Ia menarik koper itu dengan gerakan perlahan, seolah berharap waktu bisa berhenti sejenak. Namun, tak ada yang berani menghalanginya pergi. Langkah demi langkah, ia meninggalkan kamarnya, mengiringi suara roda koper yang berderit, seakan menambah keheningan yang menyelimuti setiap sudut ruangan yang akan ditinggalkannya.
"Aku sudah menuruti semua keinginan Papa. Jadi aku mohon, jangan pernah ganggu Xena lagi!" ujarnya sebelum benar-benar pergi.
Hati Jonathan remuk redam; tak terbendung lagi, air mata mengalir di pipinya, menandakan pahitnya kekalahan yang harus ia terima. Bayangan wajah Xena menghantui pikirannya, menambah derita yang menggelayuti batinnya. Demi keselamatan Xena, ia tak punya pilihan selain menyerah pada aturan ayahnya, walaupun itu berarti harus melepaskan sosok yang paling ia cintai. Terasa begitu berat di dada, tetapi demi Xena, ia rela menanggung perihnya jarak dan pengorbanan, meskipun harus berada sejauh mungkin dari dirinya.
"Nathan, Papa melakukan ini demi kebaikan kamu. Papa yakin, suatu saat kamu akan berterimakasih sama Papa."
"Bukan... Ini bukan untuk kebaikanku, tapi demi kebaikan Papa sendiri. Papa terlalu dikuasai oleh hawa nafsu dan keserakahan, sehingga Papa melakukan segala cara untuk mewujutkan itu semua," sergahnya berderai air mata.
"Nathan!" pekiknya. "Kamu hanya teracuni oleh cinta monyet yang akan segera berakhir. Usia kamu masih sembilan belas tahun. Kamu hanya terlalu labil dengan menganggap perasaan suka sebagai cinta sejati."
"Akan aku tunjukkan suatu saat nanti--cintaku pada Xena bukan hanya sekedar kelabilan. Dan disaat waktunya tiba, mungkin Papa yang akhirnya akan menyesal."
Alan terdiam, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Di dalam hatinya, ia merasakan perih yang mendalam--bahkan putranya sendiri, darah daging yang paling ia sayangi, seakan tak lagi memiliki cinta untuknya. Sebagai seorang ayah, ia memang memiliki hak untuk memberi perintah, tetapi tak pernah berhasil meraih cinta yang hangat selayaknya keluarga. Perlahan, air mata yang ia tahan mulai menggenang di pelupuk, menggambarkan rasa bersalah yang kembali menyeruak ke permukaan. Jonathan, putra yang menjadi andalannya, hampir tak pernah merasakan kasih sayang dari ibunya yang pergi meninggalkannya sejak ia berusia lima tahun.
![](https://img.wattpad.com/cover/378328280-288-k886350.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Xena Love Hate Reletionship ( Hiatus, Akan Pindah Ke PF Lain)
Romance⚠️ Bijaklah memilih bacaan! Cerita mengandung adegan sexual! ⚠️21+ Xena Love Hate Reletionship adalah season ke 2 dari Xena The Aggressive Friend. --- Persahabatan antara Xena dan Jonathan yang dipenuhi dengan canda dan tawa perlahan berubah menjadi...