Sinopsis

58 9 0
                                    

"Di manapun kita berada, kita harus menghormati dan menghargai apa yang sudah ada sejak dahulu kala dan sudah mereka percayai turun temurun."

-Lereng Gunung Merapi. 2017



Juli 2001 malam Jumat pukul 00:01 wib dengan aroma citrus, kamboja, melati, dan mawar yang memenuhi ruang persalinan.

Tanggis bayi gembul itu sangat nyaring, adzan di lantunkan di telinganya dan tagisannyapun berhenti.

Areksa Hares Hanselio.

Desember 2005.

Kamar bernuansa biru dan putih itu di penuhi oleh benda benda menggemaskan mulai dari lampu tidur karakter hingga gantungan kunci yang sangat bannyak dan boneka beruang.

Seorang anak laki laki tampak tengah bersantai menyadar pada headboard kasurnya dengan sebuah sheet mask yang tampaknya terlalu besar di wajah munggilnya, di sampingnya seorang gadis melakukan hal yang sama sembari membaca buku tentang Alam.

"Kakak, Aksa boleh minta topengnya lagi ndak buat besok ?? Soalnya Aksa suka, umm..sangat wangi hihihi~" bocah berpipi gembul itu tersenyum dengan deretan gigi rapinya.

"Tidak, karena tidak boleh di pakai setiap hari. Paham ??" anak itu mengangguk lucu hingga sheet mask nya terjatuh dan anak itu merengut.

Tadinya Aksa akan melancarkan aksi drama menangisnya tapi tak jadi saar melihat sekelebat bayangan di baklon kamarnya yang selalu tertutup, matanya menyipit melihat lebih jeli.

"Uwah, Kakak di sana ada yang nari nari pakai tali kayak yang kita lihat di pangung Agustusan kemarin !!"

"Tapi lagunya berbeda."





"Asli aing gak habis fikir, anaknya di Skorsing bukannya kena marah malah bersyukur anjir."

"Takdir udah nyatuin kita sebagai sahabat dimanapun."


"Siapa yang anak TKJ ??"

"Itu...Hares."


"Padahal aing gak pernah minat ikut tujuhbelasan, kecuali panjat pinang."



"Hares, Naufal, sama Rasyid ?? Yang bikin kamu kena Skorsing itu ??"



Maven maupun Hares diam mematung seolah menyadari sesuatu yang janggal.



Tiga sahabat Hares saling bertukar pandangan.

"Han ?? Dia datang."



"Malam apa sekarang ??"

"Malam Jumat."


"Tong ngaganggu mun eweh nu ngaganggu teh, karunya babaturan anyar aing jadi sieun."





01-10-2015.

Hares di sini, gue balik lagi nulis di buku Jurnal Ghost Detective HNRJ.

Kasus kali ini tentang hilangnya dua temen gue dari sekolah lain yang melakukan penelusuran di Goa Sinden.






"Kakak ada KKN di Jogja tiga hari lagi, Abah bilang kamu ikut Kakak aja sama anak Kyai Taufiq buat ketemu Mbah Jauzan."



"Aing perlu ngomong sama maneh, ber dua."


"Kita punya kasus, ini tentang anak Saturna."


"Kowe mambu kembang~"



"Alumni tahun kemaren juga kalo gak salah ada yang hilang di Merapi 9 orang sama 3 orang di Merbabu pas pendakian."



"Yen arep manek ya ora apa apa, nanging ati ati"



"Nak, Simbah masrahake Areksa marang kowe"

"Siap Mbah."

"Mbah, Areksa bisa njaga awake dhewe."

"Simbah ngerti, nanging luwih becik kowe manut marang wong tuwa."
.





"Kakak baik ayo ikut kami nyinden, di Sanggar ada pementasan."




"Ada apa malem malem gini ribut ??" tanyanya tegas.



"Ini bang, Han gak ada di kamarnya kita juga udah cari ke semua penjuru tapi gak ketemu."



Naufal, woi Naufal."

"Naufal kamu mau ke mana ?!"

"Lah, Naufal mana ?!"






Sinden Jawa halus menyapa indra pendengaran keduanya disusul suara gemuruh riuh bersahut sahutan.


"Jafar itu bukan aku, aku di sini Jaf !!"




Salah sawijining konflik yaiku nalika Bisma kudu milih antarane kasetyane marang kerajaan lan keadilan sing sejati.

Sanajan kebak rasa sedhih, Bisma tetep milih tetep setyo marang Hastinapura.





'Maven tolong saya !!'

'Saya yakin kamu dengar, jangan biarkan suara ini menyeret lebih dalam.'





"Astaghfirullah, Ares."


'Tolong !!'


"IKU ANAK LANANGKU !!"


'Mas Maven !!'



"Pulang, ini bukan tempatmu dan ini raga adik saya."



"Kembalikan apa yang bukan milikmu kepada pemiliknya."




Jika jam sembilan malam belum ketemu terpaksa mereka memanggil Kuncen atau tidak sesepuh untuk melakukan ritual.



"Tapi Ras" semua mata langsung tertuju pada Jafar.

"Di sini gak ada Sanggar seni kecuali pas gue nyari keberadaan Naufal, sanggar seni setau gue ada di Kraton."


'Semoga kalian baik baik saja.'






Lambang Kuno dengan aksara Jawa melekat di bawah tulang selangka Hares.


"Tadi di Sanggar saya ada lihat tiga teman saya, Ali, Rama, sama Dewa."


"Bilang sama saya, kamu ngak setuju soal itu kan ??"


"Saya lihat mata mereka kosong dan menangis tapi bibir mereka tersenyum, kulit mereka juga pucat."





"Aksa !!"














Story ini murni hayalan Zero ya guys dan untuk sejarah gunung dan Jogja sebagian hasil riset dari mbah goggle.

Stay tune guys.

Facebook : Areksa Hanselio
Instagram : Kailazero / Alexandria Fams

Saluran Wa : DM ig aja ♡

MERAPI || 7DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang