Bagian 8 📜

43 8 8
                                    

Hai hai haiii~ ada yang kangen nggak sama cerita ini? Okey kalau gitu langsung aja😌🫶

Hai hai haiii~ ada yang kangen nggak sama cerita ini? Okey kalau gitu langsung aja😌🫶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari, Juna memutuskan untuk berangkat ke gereja dengan berjalan kaki. Karena jarak Gereja yang tak cukup jauh dari tempat tinggalnya itu, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan kaki alih-alih naik transportasi umum. Ia harus berhemat dan mempress pemakaian biaya hidupnya selama ini sedemikian rupa.

Sekitar 2 jam dirinya berkutat di gereja dan melantunkan doa-doa kepada tuhannya. Mencurahkan isi hati yang sedalam-dalamnya. Sampai tak ia sadari air matanya perlahan terjatuh membasahi pipinya.

'Juna bakal tunggu Abi sampai nyeritain sakitnya, semoga cepat sembuh. Gue nggak tau harus gimana saat kehilangan orang yang gue sayang lagi, Ibu dan ayah udah nggak ada. Juna benar-benar takut kalau Abi pergi tanpa mau membagi sakitnya seperti ayah pergi ninggalin Juna, sementara ibu? Juna bahkan sampai lupa kapan terakhir kali ia merasakan kehangatan pelukan ibu. Jangan ambil dulu, jangan rebut dulu,'

Juna menyudahi sesi ibadahnya yang telah ia lakukan semua rangkaiannya. Memilih untuk berjalan kaki bukanlah hal yang buruk, cuaca hari ini benar-benar mendukung. Meskipun sudah menjelang siang hari tetapi sinar matahari yang biasanya terik kini terhalang oleh awan. Seperti mau hujan tapi langit tak kunjung menumpahkannya.

Juna hanya berjalan tak tentu arah, ia tak ingin langsung kembali ke tempatnya tinggal. Ia akan berjalan-jalan terlebih dahulu.

Beberapa menit berjalan ia tiba di sebuah pantai tempatnya dan Kenzo kemarin bertengkar hebat dan juga tempatnya banyak menghabiskan waktu bersama ayah selama masa hidupnya. Banyak keluh kesah yang telah ia ceritakan kepada hamparan laut. Meskipun tak mendengar sebagai makhluk hidup tapi laut adalah tempat yang akan selalu jadi tempat Juna bercerita. Ia dapat merasakan kehadiran ayahnya saat berada di bibir pantai ini, sunyi hanya deru ombak yang saling berkejaran yang terdengar oleh telinga.

Juna terpejam saat ia duduk menatap hamparan air laut yang indah itu, membawanya semakin dalam ke masa lalu. Ia benar-benar merindukan ayahnya untuk saat ini.

Kenangan yang indah saling terhubung di kepala menciptakan serangkaian cerita lama yang kembali terulang.

Flash back on

'Ajarin Juna berenang ayah!" Ayah menatap lembut kearah putranya yang sedang merengek dan menarik kecil tangannya menuju bibir pantai.

'Jagoan ayah udah nggak sabar pengen belajar? Hum? Baiklah baiklahhh kalau gitu ayah ajarin,' Ayah tersenyum dan mengikuti arah Juna membawanya pergi.

Rekaan adengan terganti...

'Ayah! Juna dapat juara renang tadi ayah mau liat?' Juna menunjukkan sebuah piala yang kebesaran saat ia pegang membuat ayah yang melihatnya terkekeh. Badan Juna yang tergolong kecil membuatnya tertutupi oleh besarnya piala yang ia dapatkan.

'Ayah nggak pernah raguin kemapuan anak ayah satu ini, anak hebat!' Juna kecil tersenyum lebar taktala ayah memeluknya dan memberikan tepukan.

"Saking kuatnya keyakinan ayah, sampai sampai Juna di tinggal sendirian di dunia ini yah? Juna nggak sehebat itu ayah,"
Juna menitikkan air mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay! |Treasure 00L|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang