Chapter 5: Red Room
Michael mengurungkan niatnya untuk membawa mereka semua menyusuli Donna di pelabuhan. Ia hendak berangkat seorang diri, namun Adam betul-betul melarangnya. Siapa pula yang menyangka bahwa Elijah nan tengah mengambil minum pun mendengar percakapan mereka berdua. "Serius kalian berdua omongin itu tanpa menyeret kita?" ujarnya melankolis.
"Lo lihat badan lo dan yang lain, mau mati di sanakah?" sahut Michael tak senang.
"Eh, harusnya lo ngomong itu ke diri lo sendiri," balasnya lengkap dengan delikan, "lagian, Donna itu nggak bisa diremehin. Walau badannya kecil, tenaga sama otaknya nggak bakal bikin dia rugi. Dia punya otak manipulasi kayak Mike, tenaga yang hampir setara sama Sano dan Otto, dan dia selalu punya rencana kayak lo, Adam."
Mendengar itu, Michael tertawa kecil, "Itu semua yang gue butuhin."
***
Detik ini, Michael sangat marah pada si Botak Pirang sebab ia malah membawa semua jiwa yang ada di apartemen kemari. "What should we do, now?" tanya Shiloh dengan cengiran yang menggambarkan semangatnya.
"Pulang," ujar Michael.
Perempuan itu membungkukkan badannya, "Ayo, teman-teman, kita pulang ke istana Serena." Hal tersebut pun membuat puan berinisial M itu melotot dan membikin yang barusan menitah terkikik geli.
"Gue nggak apa-apa kalau harus mati sini. At least, gue gak mati sia-sia," ujar Otto yang langsung disetujui oleh yang lainnya.
"Lagian, siapa yang mau mati hari ini? Kita bakal pulang sama-sama dalam keadaan bernapas," imbuh Elijah yang berdiri di samping Mona. Bocah itu pun mengangguk semangat.
"Awas aja kalau lo mati duluan," ejek Adam yang langsung diekori oleh tawa milik mereka-mereka semua.
Seusainya pun, mereka berkumpul jadi satu buat membahas rencana—tentunya dipimpin oleh Adam. Lelaki itu turut memanggil George untuk keadaan darurat. Saarah, Shiloh, dan Elijah akan menyamar menjadi seorang penumpang yang bakal membuat pingsan seluruh petugas yang ada di sana. Sedangkan Michael, Mona, Roe, dan Otto bakal bergerak di depan untuk menyelamatkan nahkoda dan mengambil alih kapal ini.
"Mohon maaf, silakan kosongkan kapal ini dengan segera apabila ingin selamat," ujar Mona dengan mikrofon.
"Good job, but not as good as my job." Gelak tawanya mengudara seiring langkah kakinya berjalan mendekati mereka.nMichael, Roe, Otto, dan Mona pun terkaget sebab kini di ambang pintu ada Olivia yang memergoki mereka, "lo pikir, ini bakal berhasil?"
Michael menatap tangan kiri milik perempuan berkulit tan itu yang kini berbalutkan perban dengan darah yang masih menetes dari sana. Kini ia percaya bahwa Adam benar-benar mengalahkannya. Ia pun menyungging senyumnya, "Semuanya ada di tangan Adam."
"Adam bukan Tuhan, dia nggak tahu apakah kalian bakal keluar dengan selamat atau nggak," balasnya.
"Lo juga bukan Tuhan dan pastinya nggak tahu apa yang Elijah bilang, 'kan?" tanyanya yang sukses membikin Olivia kebingungan. Demi memperjelas, Michael pun mendekat dan membisikinya sesuatu, "lagian, siapa yang mau mati hari ini? Kita bakal pulang sama-sama dalam keadaan bernapas. Termasuk lo, Olivia," ujarnya mengimitasi lelaki berbadan besar itu.
Di sisi lain pun tak kalah menegangkan. Elijah yang tengah duduk di antara banyaknya orang pun terkekeh seusai mendapati orang-orang itu yang kini berdiri dengan senjata di tangannya sembari memelototi mereka orang, "Udah gue duga bakal jadi kayak begini."
"Aduh, gue jadi takut," sahut Saarah.
"Gue udah ngompol duluan, malah," imbuh Shiloh yang langsung dibuntuti tawa. Sebuah pisau hampir mengiris rahangnya, maka puan berambut hitam itu berdesis, "Bangsat, hampir aja kena." Begitulah ujarnya yang kini tangannya sudah menghunuskan sebatang pulpen pada arteri lelaki itu dan darahnya pun kini telah menghiasi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE: Turning of The World✔️
ActionMemang senang bisa menggenggam banyak butiran permen dalam satu genggaman tangan. Seusai itu pun bakal menginginkan lebih dari segenggam permen. Lagi. Dan lagi. Pada akhirnya tapak tangan itu tak lagi punyai kuasa sebab jumlah pernah yang terlalu ba...