chapter 1

6 2 0
                                    

SYDNEY

Dominic Miller adalah seorang pemilik My Company, perusahaan raksasa di sektor retail yang memiliki banyak sekali saham dimana-mana. Perusahaan tersukses di Australia itu sudah dua tahun yang lalu di pimpin oleh satu-satunya pewaris keluarga Miller.

Disini pria itu sekarang, di salah satu mall terkenal di Sydney. Berjalan dengan kekasihnya Delilah yang sudah menenteng dua tas belanja dengan tulisa brand terkenal disana. Mereka baru saja sampai, jadi belum banyak gadis itu menenteng paper bag.

Dominic dan Dalilah sudah berpacaran selama setahun lamanya, keduanya bertemu saat Dominic menghadiri ulang tahun teman kuliahnya yang di adakan di kelab malam.

Ia melihat Dalilah adalah gadis yang pendiam, jadi hal itu merupakan point plus di mata Dominic, biasanya wanita-wanita yang bertemu dengannya akan menjadi agresif dan membuatnya risih.

Namun Dalilah tidak seperti itu, barulah Dominic mencoba duduk di dekatnya dan berkenalan, mengajaknya jalan-jalan dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran. Ia menyatakan cinta pada Dalilah di restoran milik keluarganya.

Ia memberitahu kepada seluruh pegawai restoran agar mrngosongkan ruangan, lalu mengajak Dalilah kesana dan menyatakan cinta padanya. Tentu saja Dalilah menerima ajakan pacaran itu, karena ia juga merasakan hal yang sama pada Dominic.

Keduanya selalu seperti di mabuk asmara setiap harinya, Dominic bahkan jarang sekali pulang kerumahnya karena ia seringkali menginap di apartemen milik kekasihnya.

Hal itu juga yang membuat Martha, ibu Dominic meradang, ia menjadi tak suka dengan kelakukan anaknya yang berubah seperti itu. Tak mendengarkan ucapannya, dan selalu membantah.

Drrtt.. drrtt..

Suara ponsel milik Dominic mengganggu aktivitas keduanya yang tengah membagi kehangatan di atas ranjang, setelah selesai belanja, keduanya memutuskan untuk diam di apartemen Dalilah. Sang empu terus melanjutkan kegiatannya dengan sang kekasih, tanpa mau melihat siapa yang menelepon.

Namun sepertinya si penelepon tak mau menyerah karena ponsel tersebut terus menerus berbunyi. Membuat si betina mendecak tak suka.

"Angkatlah, Dom." suruhnya.

Meski merasa kesal namun ia tetap mematuhi perintah sang kekasih dan meraih ponsel yang ada di atas nakas. Melihat nama yang tertera disana, Dominic pun langsung berdiri dan mencari kemejanya yang sudah di lempar kesembarang arah oleh Dalilah.

"Halo Ma."

"Dominic Miller! kamu dimana hah?!"

Dominic memejamkan matanya kala mendengar suara sang ibu yang sudah naik beberapa oktaf karena tengah merasa marah dan geram.

"Aku lagi di kantor."

"Kamu pikir Mama bodoh? kalau kamu masih mau nenjadi pewaris My Company maka pulang sekarang, kalau sudah tidak butuh, kamu boleh tidak datang."

TUT.

Telepon di matikan secara sepihak oleh sang ibu, membuat Dominic berdecak kesal lalu membawa rambutnya kebelakang dengan kasar. "Ck, sial!"

Sebuah tangan melingkar di perutnya, dan Dominic pun mengusapnya pelan lalu melepaskannya dan menatap sang kekasih. "Aku harus pergi sekarang, maaf harus meninggalkan mu sendiri." katanya tak tega.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DOMINIC ; DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang