Selamat membaca
.
.
.
.
.
Jangan lupa di vote!!!
.
.
.
.
.~~~~~~
Mungkin Sakura akan memilih untuk menunda pencurian mereka jika dia tahu malam ini akan sangat dingin, pikir Sakura sambil menggosok lengannya untuk tetap hangat namun semua sia sia.
Sandalnya yang berujung terbuka tidak banyak melindungi kakinya dari lapisan tebal salju di tanah, pakaiannya yang longgar hampir tidak bisa melindungi dirinya dari angin, dan ransel yang dibawanya juga tidak memberikan pengaruh apa pun terhadap situasi dinginnya malam.
Sakura berjongkok di samping Deidara di bawah naungan salah satu pohon lebat dan berduri di luar tembok kastil, Deidara tidak menunjukkan tanda-tanda kedinginan. Meski dalam kegelapan, Sakura bisa melihat ujung telinga dan hidungnya berwarna merah muda.
Mau tak mau dia juga merasa khawatir bahwa awan putih kecil yang dihasilkan dari napas mereka akan membahayakan upaya mereka untuk bersembunyi secara diam diam.
Mata Sakura masih terfokus pada kastil di depan mereka, Deidara mencondongkan tubuh lebih dekat padanya dan menurunkan suaranya ke volume yang hanya bisa didengar Sakura.
"Lihat ada tepi tembok yang paling dekat dengan kastil, hm? Kita lompati tembok itu dengan cepat, lalu sampai ke jendela terdekat. Kita akan menerobos masuk melalui jendela dan pergi dari sana" jelas Deidara berbisik pelan.
Sakura mengangguk dan menahan keinginan untuk bersandar pada tempat dimana bahu mereka bersentuhan, kehangatan paling hangat yang dia rasakan sejak mereka keluar dari penginapan beberapa waktu sebelumnya.
"Siap? Dalam hitunganku, hm".
Batin Sakura kesal tentang kenapa harus Deidara yang menghitungnya, tapi dia dengan cepat menghilangkan keluhannya dan tegang karena isyaratnya.
"Satu...dua...tiga...ayo!".
Bereaksi secara otomatis, Sakura berlari ke depan, tetap membungkukkan badan dengan rendah sampai dia mencapai dinding. Memaksa chakra turun ke kakinya untuk membantunya melompat.
Sakura mendorong kakinya keatas, mendorong kakinya kembali setelah sampai di bagian atas dinding, dan mendarat di ambang jendela. Atau lebih tepatnya, Sakura akan mendarat di sana jika permukaan ambang jendela itu tidak tertutup lapisan es yang cukup tebal, mau tidak mau mereka berdua hanya mendarat ditanah dekat jendela incaran mereka.
Sakura merasa pendaratannya salah dan kakinya terasa licin saat menyentuh salju dibawah kakinya, Sakura memperhatikan Deidara dengan tatapan menghina ketika Deidara telah berhasil menyeimbangkan diri dari nasib yang sama sepertinya dengan melemparkan dirinya ke jendela dan menggunakan kedua tangannya untuk menguatkan atau menopang dirinya ke sisi kaca jendela.
Saat tubuhnya mulai oleng hendak menyentuh tanah, Sakura melemparkan tubuhnya ke depan dengan harapan menangkap Deidara untuk menstabilkan dirinya. Jari-jarinya terus meleset dan jantung Sakura melompat dengan gugup saat dia terus saja terjatuh.
Napasnya masih tersangkut di tenggorokan, Sakura merasakan cengkeraman yang kuat di pergelangan tangannya dan sensasi membingungkan karena ditarik tiba-tiba sebelum dia mendapati dirinya ditekan oleh sesuatu yang hangat.
"Tadi adalah awal mencuri yang fantastis, hm".
"Aku belum pernah menghadapi iklim salju seperti ini sebelumnya" desis Sakura.
Merasa malu atas kesalahannya dan bagaimana dia sekarang mendapati dirinya tertekan dengan canggung di tubuh Deidara. Saat Deidara melonggarkan cengkeramannya, Sakura menemukan pijakan yang stabil dan dengan perlahan bergerak ke samping untuk berdiri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere I Have Never Travelled, Gladly Beyond
FanficDEISAKU Naruto selalu membual sepanjang hari bahwa jutsu barunya lah yang terbaik, Sakura dan situasi barunya membuat semuanya berbeda