##
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Dengan penuh semangat, Iqbal, Syam, Gilang, Luci, Axsal, Tami, dan Rizki berkumpul di rumah Iqbal, yang mereka sebut BMW. Semua sudah siap dengan perlengkapan masing-masing, dan suasana riang menyelimuti mereka.
“Siap untuk petualangan ini?” tanya Iqbal, memandang teman-temannya dengan senyuman lebar.
“Siap! Kita pasti akan menikmati setiap detiknya!” jawab Tami bersemangat.
“Jangan lupa, kita harus menjaga stamina dan keamanan selama perjalanan,” ingat Luci, sambil memeriksa tasnya sekali lagi.
“Tenang saja, aku sudah menyiapkan semuanya!” jawab Rizki, mengangkat ranselnya dengan percaya diri.
##
Setelah melakukan pemeriksaan terakhir, mereka pun berangkat menuju basecamp Gunung Raung menggunakan mobil pribadi milik Iqbal.
Syam yang mengendarai mobil, memimpin rombongan dalam perjalanan panjang yang diperkirakan akan memakan waktu sekitar 24 jam.
“Siap, semua?” tanya Syam, memastikan semua penumpang sudah mengenakan sabuk pengaman.
“Siap!” serentak jawab mereka semua.
Di dalam mobil, suasana semakin hidup dengan tawa dan canda. Iqbal memutar musik favorit mereka, dan mereka bernyanyi bersama.
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka berhenti sejenak di sebuah rest area untuk makan dan istirahat sejenak.
“Wah, makanan di sini enak-enak!” Rizki berkomentar sambil menyantap nasi goreng.
“Jangan terlalu banyak ngemil, nanti perutmu berat saat mendaki!” Syam mengingatkan, meskipun ia sendiri tidak bisa menahan godaan.
“Jadi, setelah ini kita lanjut lagi, ya?” tanya Axsal.
“Betul! Kita harus sampai sebelum malam tiba,” jawab Iqbal.
##
Setelah mengisi perut dan beristirahat sejenak, mereka melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, pemandangan alam yang indah semakin membuat semangat mereka membara. Gunung-gunung menjulang tinggi di kejauhan, dan udara segar membuat mereka merasa hidup.
“Lihat, itu Gunung Raung!” seru Tami, menunjuk ke arah gunung yang mulai terlihat.
Semua menoleh, terpesona oleh keindahan gunung yang menjadi tujuan mereka. Senyuman tak terelakkan muncul di wajah mereka.
“Makin dekat, makin bersemangat!” ujar Iqbal.
Namun, sebelum menuju basecamp, mereka perlu mampir ke sebuah klinik untuk meminta surat keterangan sehat.
“Jangan lupa, kita perlu berhenti di klinik untuk surat keterangan sehat,” ingat Luci.
“Bagus juga, lebih baik kita pastikan semua dalam kondisi baik sebelum mendaki,” kata Gilang.
Syam mengangguk, “Ayo, kita cari klinik terdekat.”
Setelah menemukan klinik, mereka parkir dan masuk ke dalam. Ruangan klinik terlihat sangatlah sepi.
“Semoga kita tidak perlu menunggu terlalu lama,” harap Rizki.
“Kalau bisa, kita cepat saja. Kita masih punya perjalanan panjang,” kata Tami.
Setelah menunggu beberapa saat, mereka dipanggil untuk pemeriksaan.
“Silakan masuk satu per satu,” kata perawat, mengatur antrean.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAUNG(an) BATIN
Short Story"Raungan Batin" adalah sebuah novel petualangan yang mengisahkan perjalanan sekelompok sahabat dalam mendaki Gunung Raung. Melalui pengalaman pendakian yang penuh tantangan, novel ini mengeksplorasi tema persahabatan, ketahanan, dan pencarian jati d...