Redup sinar bulan terhalang rimbunnya daun, malam yang seharusnya remang-remang pun tenggelam sepenuhnya di dalam pekat. Di atas batu besar Wang Yibo duduk bersila, bersemadi, mengosongkan pikiran untuk menyatu dengan alam.
Duduk tegak setenang batu karang kemampuan panca indranya meningkat pesat hingga mencapai level supranatural. Mata batinnya mampu melihat menembus pekat maupun padat. Jika dia mau, jangkauan pandang pun bisa tidak terhingga, tetapi hal semacam itu belum pernah dilakukan karena sampai sekarang belum ada hal yang memberinya alasan untuk menggunakan kemampuan pada level tersebut.
Dengan kemampuan supranatural yang dimiliki, Wang Yibo sebenarnya tidak membutuhkan bantuan kumbang pelacak untuk mendapatkan informasi. Namun, ada kalanya dia harus menjadi lebih rendah hati. Dia bukan Sang Pencipta yang mengatur roda kehidupan manusia. Jadi, tidak boleh seenaknya menggunakan semua anugerah yang diberikan karena ada batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar.
Tadi dia tidak memaksakan diri untuk menembus saat mata batinnya terhalang oleh kabut ketika hendak menerawang ke dalam jiwa Xiao Zhan, bukan karena tidak mampu. Bila mau, menghancurkan kabut itu bukanlah hal yang sulit. Namun, karena sejak kecil sudah diajarkan untuk bersikap lebih bijak dalam menyikapi suatu keadaan yang sifatnya istimewa, naluri Wang Yibo pun secara alami akan menuntun.
Pemilik kabut itu kemungkinan besar terhubung langsung dengan inti emas jiwa Xiao Zhan. Menghancurkannya sama juga dengan membunuh Xiao Zhan. Wang Yibo tidak mau mengambil risiko, makanya lebih memilih cara manual, yaitu mengandalkan kemampuan kumbang pelacak untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Kresak
Suara daun saling bergesekan bukan karena ditiup angin. Malam ini alam seperti tidak bernapas, udara begitu tenang. Jadi hanya ada satu kemungkinan daun-daun itu bergoyang dan menimbulkan suara berisik.
Wang Yibo mengarahkan pandangan ke atas sebuah pohon besar tidak jauh darinya, benar saja di situ ada dua siluman laba-laba betina sedang saling mendorong sambil berdebat siapa yang lebih pantas menjadi kekasihnya.
Konyol, Wang Yibo tersenyum dalam hati, lalu penglihatannya menjelajah lebih jauh. Di bagian hutan yang lebih dalam, di dalam ceruk batang pohon, seekor burung hantu tengah bersenandung lembut sambil mendekap anak-anaknya yang tengah tidur. Juga ada seekor ular besar keluar dari gua, merayap perlahan di antara rumput dan semak belukar.
Hutan yang orang-orang pikir juga tidur tenang di malam hari, sebenarnya justru lebih hidup dan semarak karena di sana tinggal banyak makhluk yang konsep hidupnya berlawanan dengan konsep dan pola hidup manusia. Mereka adalah makhluk-makhluk dari dunia lain.
Wang Yibo memaku pandang pada hiruk-pikuk pasar gaib yang tengah berlangsung, tetapi tiba-tiba kabut tebal datang mengurungnya. Duō Wù Lùduàn Shìjìe. Segera setelah dia melafalkan nama itu di dalam hati, sebuah kerajaan megah yang diselimuti oleh kabut tebal melintas.
Wang Yibo bisa melihat dua pilar besar, tinggi bersepuh emas menyangga atap pintu gerbang yang dijaga oleh dua kera raksasa bersenjatakan gada dan tombak. Apa pun yang berada di dalam Duō Wù Lùduàn Shìjìe bergerak perlahan melintas, seperti asap menembus apa pun yang dijumpai.
Di salah satu menara istana, Wang Yibo melihat seorang pria dan seorang perempuan mengenakan pakaian kebesaran raja dan ratu, berdiri di balkon menatap ke arahnya, lalu menunduk dan mengucap salam bersamaan, "Salam sejahtera, Wang Yibo kekasih semesta."
"Salam sejahtera, Tuan dan Nyonya Xiang."
Setelah itu, ketiganya hanya saling menatap dan bertukar senyum teduh sampai negeri dunia kabut itu menghilang seutuhnya.
Pada dasarnya, tanpa perkenalan pun Wang Yibo telah mengetahui nama-nama penguasa Negeri Duō Wù Lùduàn Shìjìe dari kisah-kisah dongeng yang diceritakan Zhou Chenhai. Mereka adalah Xiang Daicun dan Ming Yu. Waktu masih kecil, dia mengira bahwa semua kisah itu sungguh-sungguh hanya dongeng belaka. Akan tetapi, semakin beranjak dewasa serta mendapati makhluk-makhluk ajaib dalam kisah dongeng itu ternyata eksis di mayapada, bahkan dia juga bersahabat dengan beberapa dari mereka, Wang Yibo pun yakin bahwa semua yang diceritakan kakeknya adalah kisah yang benar-benar nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Long Journey [Ready PDF]
FanfictionWang Yibo, pemuda pengembara, rakyat jelata, tetapi di dalam dirinya berkumpul banyak hal luar biasa. Sampai-sampai sang kaisar sangat berhasrat untuk menumpahkan darahnya. Pemuda itu harus mengembara, melakukan banyak kebajikan serta menjalani pua...