"Kalau tidak ada nona ksatria templar, aku yakin kita tidak bisa bertahan lama. Terimakasih karena anda mau menanggung beban untuk menyelamatkan kami semua," ujar Dereck kepada Noir dengan senyuman hangat diwajahnya.Noir tertegun sejenak saat mendengar perkataan ksatria beast man itu, seketika jantungnya mencelos. Ia hanya menganggukkan kepala sebagai tanggapan, tidak ingin memperpanjang percakapan dengan Dereck.
Karena tidak ingin mengganggu istirahat Noir, Dereck memutuskan untuk pamit undur diri dan membiarkan ksatria templar itu menikmati rehatnya.
Jantung Noir seperti sedang diremas, pikirannya berkecamuk dengan telinga yang berdenging. Ia benar-benar tidak menyukai saat-saat ia seperti ini.
Kenyataan yang sebenarnya adalah ia tidak bisa melakukan apa-apa, ia hanya bertahan karena menjadi harapan dari semua penghuni dunia yang masih bertahan hingga saat ini.
Beban yang Noir pikul dari hari ke hari semakin berat, jika hal itu adalah sebuah benda nyata dan di letakkan di bahu. Tulang-tulangnya hanya mampu bertahan sedetik dan patah menjadi serpihan.
"Aku di sini untuk menemui akhir tapi tampaknya mustahil."
Noir ingin mengakhiri masanya namun jika ia pergi maka semua akan musnah, ia ingin sekali menjadi egois namun saat melihat binar mata para ksatria yang telah hilang semangat kembali dipenuhi harapan karena dirinya hal itu membuat ia terjebak dalam dilema.
Antara mengikuti egonya dan dunia hancur atau bertahan hingga akhir untuk mereka yang bergantung kepadanya namun hal itu sama saja ia dalam penderitaan yang abadi.
"Andai saja aku tidak terlahir sebagai harapan, sepertinya itu lebih baik."
Noir menghela napas panjang, representatif bahwa terlahir dari keluarga terpandang sebagai sosok pahlawan itu hal yang terhormat namun menurutnya tidak demikian.
Ia adalah pahlawan yang ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia dari ancaman mahkluk kegelapan, harapan bagi penghuni dunia ini.
Namun siapa yang akan menyelamatkan dirinya? Tidak ada, ia hanya akan dikenang sebagai orang yang tangguh, tertuang dalam legenda lalu lama kelamaan menjadi takhayul.
Noir teringat dengan perkataan orang-orang yang entah itu memuji atau sedang mengutuk, saat mereka mengatakan bahwa ia akan mengikuti jejak ibu kandungnya.
Ibu kandung Noir, Delmare Taltaga meninggal dunia di ranah peperangan, pada saat itu ia baru saja melahirkan.
Saat Noir baru saja berusia sepuluh hari, Delmare pergi meninggalkan putri kecilnya dan diharuskan terjun ke ranah peperangan karena situasi yang genting.
Delmare seorang ksatria suci dari kuil Okras, saat itu umat dunia fana dalan situasi kacau-balau, setengah dari mereka telah tumbang.
Ia meninggal dunia karena melindungi mantan saintess Dewa matahari yaitu istri sang ayah saat ini, karena pada saat itu Myrina adalah satu-satunya harapan karena hanya beliau yang dianugerahkan kekuatan suci penyembuhan.
Sebagai penghormatan terakhir, Delmare mendapatkan gelar 'THE LEGEND OF THE MOON SPLITTER '. Dibuatkan patungnya yang gagah berani tengah menggenggam tombak perak.
Lalu hanya dalam beberapa tahun, usaha Delmare dilupakan begitu saja. Menjadi sebuah cerita rakyat pengantar tidur, tidak lebih daripada itu.
"Benar-benar menyedihkan, aku bahkan tidak bisa menjadi diriku sendiri..."
Noir menelan ludah pahit, ia lelah secara fisik dan mental. Ia hanya ingin menghilang layaknya debu yang terbang terbawa angin, tanpa perlu mengkhawatirkan dan terbebani oleh hari esok.
"Aku ingin dikenang sebagai Noir, bukan sebagai pahlawan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The End Of The Knight
FantasyPetir menyambar tanah tanpa henti, begitu pula dengan teriakan-teriakan yang menggema di udara. Ini medan perang. Tidak ada pilihan selain maju, mati mengenaskan atau mati sebagai pahlawan. "Di dalam genggaman tangan ini. Darah saya mengalir sebagai...