🌷🌷🌷
Hari berganti. Meski Erita dan Bayu masih melakukan hubungan suami istri seperti biasanya, tapi mereka juga menyelingi berolah ranjang dengan Barja dan Yana. Suatu hari, Erita pulang kerja lebih awal, karena merasa tidak enak badan. Suhu tubuhnya meninggi, dan kepalanya pusing.
Yana merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Sementara Bayu yang dikabari jika istrinya sedang sakit, segera melaju pulang. Untung saja, dia sudah dipindahkan ke tempat kerja semula, sehingga jarak dari kantor ke rumah tidak terlalu jauh. Barja yang hari itu sedang ada kegiatan di luar pun, memutuskan pulang saat Erita lebih dulu mengabari sebelum sampai di rumah.
Karena sampai malam tidak juga turun demamnya, akhirnya Erita dilarikan ke rumah sakit. Setelah mendapat penanganan dari dokter, dan pemeriksaan menyeluruh, dokter mengatakan jika Erita tengah berbadan dua.
Erita terlihat bahagia, begitupun Bayu. Barja pun wajahnya nampak sumringah, sebab ia merasa ikut menanam benih di rahim Erita. Namun Yana terlihat sedikit murung. Setelah persetubuhannya dengan Bayu, Yana kadang suka cemburu jika Bayu tengah bersama Erita. Apalagi sekarang anak perempuannya itu hamil.
Yana jadi iri dengan kehamilan Erita. Andai dia masih semuda anaknya dan andai rahimnya tidak diangkat setelah kelahiran Erita, pasti dia bisa mengandung lagi. Yana sangat berharap ia bisa mengandung benih Bayu, pria muda, menantu laki-lakinya, suami dari anak perempuannya, dan juga calon ayah dari calon cucunya.
Sampai di rumah, Yana masih diam, menahan kesal dalam hati. Barja tak melihat perubahan istrinya, sebab ia sedang bahagia, karena berharap kemungkinan anak dalam kandungan Erita adalah anaknya. Apalagi ketika dari hari ke hari Yana menyadari, jika Bayu dan Barja semakin perhatian pada Erita, kecemburuannya makin terlihat.
"Ma, main yuk,"kata Barja.
"Ya,"jawaban singkat yang diberikan Yana pada suatu malam itu, menimbulkan tanya di hati Barja.
"Kamu kenapa ma?,"
"Nggak papa. Kemarin-kemarin ayah kemana aja. Kok baru minta sekarang. Kalian pada sibuk merhatiin Erita terus, sampai lupa sama aku,"
"Loh loh. Aku nggak lupa sama mama. Memangnya kenapa kalau aku juga ikut merhatiin Erita. Dia anakku juga kan ma. Dia juga sedang hamil anak pertama. Nggak papa dong kita juga ikut merhatiin dia. Lagian kita tinggal serumah ma. Masa mau cuek-cuekan sih,"
"Iya sih iya. Tapi aku jadi terlupakan,"kata Yana merajuk. Dia mulai menurunkan emosinya. Berusaha agar tak terlihat kecemburuannya pada Erita.
Barja lalu mengusap punggung istrinya dengan sayang. Mencium wajahnya, dan membelai mesra bagian-bagian tubuh Yana. Bagaimanapun, Yana memang sedang membutuhkan belaian. Maka ia tak menolak saat Barja sudah mulai menyentuh dirinya lebih intens.
Permainan ranjang yang dimulai kembali setelah beberapa hari disibukkan dengan keadaan Erita yang kurang baik, menjadi sangat menggairahkan. Kedua suami istri itu melayari lautan asmara untuk menumpahkan kerinduan satu dan lainnya.
* * *
"Ma, yah. Aku dan Erita ingin pindah rumah. Sayang kan, kalau rumah yang sudah ku siapkan terlalu lama kosong,"
"Tapi Erita kan tengah hamil, Yu,"kata Yana penuh perhatian. Beberapa bulan setelah merasakan cemburu yang tidak pada tempatnya, Yana mulai bisa mengendalikan dirinya. Kini usia kandungan Erita memasuki bulan keempat.
