🌷🌷🌷
Erita masih bergelung di ranjangnya, saat ponselnya berdering. Diangkatnya panggilan yang ternyata dari suaminya itu.
"Ya mas,"jawab Erita dengan suara khas orang bangun tidur."Masih tidur kah sayang?,"
"Iya mas. Masih mager,"
"Pasti pulang larut lagi ya,"
"Nggak terlalu larut mas. Kurang dari jam sembilan aku sudah di rumah kok,"
"Ya sudah. Jangan lupa sarapan ya. Udah siang ini,"
"Iya mas. Mas hari ini ngapain aja?,"
"Beresin kerjaan sayang. Biar besok nggak terlalu keteteran,"
"Ooh, gitu. Ya udah. Mas juga jangan lupa makan ya,"
"Iya sayang. Salam ya buat mama dan ayah,"
"Iya mas, nanti aku sampaikan. Em, aku tutup dulu teleponnya ya. Mau buang air,"
"Ok sayang,"
Itu hanya alasan Erita untuk segera menutup telepon. Kenyataannya, dia tidak ke kamar kecil untuk buang air, tapi karena ada Barja yang masuk kamarnya, dan memamerkan kontol tegangnya.
"Ayah. Kok kesini. Mama kemana?,"
"Mamamu pergi arisan. Pulang sore katanya,"
"Terus mau apa ke kamarku?,"tanya Erita sambil mengelus kontol Barja.
Keduanya hanya tersenyum setelah Erita menanyakan hal yang jawabannya sudah mereka tahu. Erita bangkit lalu mengulum kontol Barja. Meski Barja mendesah keenakan, tapi tidak sampai membuatnya keluar di mulut Erita. Mereka lalu berciuman, saling memagut, dengan tangan Barja menggerayangi tubuh polos Erita.
Memang, semalam, Erita tak berpakaian saat tidur. Dia hanya menutup tubuhnya dengan selimut. Dan kini, tanpa perlu membuka pakaian, Barja langsung bisa menikmati kemolekan tubuhnya.
Barja membantu mengangkat pinggul Erita yang naik turun berlonjakan di atasnya. Memeknya yang sudah tersumpal kontol Barja, membuat mulutnya tak berhenti mengerang nikmat. Erita tak ragu berteriak saat Barja memberinya kenikmatan demi kenikmatan. Sebab di rumah hanya ada mereka berdua.
Usai menggempur memek Erita dan menanamkan kembali benihnya disana, Barja pamit pergi ke luar. Ada urusan dengan usaha meubelnya.
"Ayah lama perginya?,""Nggak sayang. Sebentar aja. Paling dua tiga jam an,"
"Aku ikut boleh nggak? Sendirian di rumah nih,"
"Ayo. Jangan dandan cantik, biasa aja,"
"Kenapa?,"
"Nanti banyak yang lirik,"
Erita hanya tertawa menanggapi perkataan Barja. Mereka keluar beberapa waktu kemudian. Erita hanya menunggu di mobil saat Barja menyelesaikan urusannya.
"Lama ya nunggu ayah?,""Nggak sih yah. Memang sudah beres urusannya?,"
"Sudah kok. Kita jalan yuk,"
