Bab 4-Di Ujung Misteri

53 41 7
                                    

Malam itu, suasana rumah terasa lebih mencekam dari biasanya. Aksa dan Tara duduk di ruang tengah, menunggu dengan perasaan was-was. Tiba-tiba, hawa dingin menyelimuti mereka, dan arwah anak itu muncul lagi kali ini, lebih nyata, lebih dekat. Wajahnya penuh luka, dan tatapan matanya kosong namun penuh penderitaan. Dengan jari gemetar, ia menunjuk ke arah ruangan rahasia yang mereka temukan siang tadi.

Aksa dan Tara saling berpandangan, sadar bahwa ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk mengakhiri misteri ini. Meski rasa takut menyelimuti, mereka berjalan perlahan menuju ruangan rahasia itu, diikuti oleh bayangan sang arwah yang terus mengawasi.

Aksa membuka lembar demi lembar buku harian itu dengan hati-hati. Setiap halaman mengungkapkan kesedihan dan ketakutan yang dialami sang anak, yang kini menjadi arwah penasaran di rumah tersebut. Tulisan tangan kecil itu penuh dengan cerita tentang kesendirian, rasa sakit, dan kerinduan untuk keluar dari ruangan ini.

"Aku takut di sini... Mereka bilang aku harus tinggal karena aku berbeda." tulis sang anak di salah satu halaman. Aksa dan Tara membaca dengan hati yang semakin berat, menyadari bahwa anak itu, yang merupakan kerabat jauh Aksa, dikurung di ruang bawah tanah ini oleh keluarganya sendiri, dipaksa untuk hidup terasing dari dunia luar.

Di halaman terakhir, mereka menemukan tulisan yang membuat bulu kuduk meremang: "Jika ada yang menemukan ini, tolong bebaskan aku. Aku hanya ingin tenang..."

Setelah membaca kalimat itu, Aksa merasa ada yang mengawasinya dengan lebih intens. Ketika ia mengangkat wajahnya, ia melihat bayangan sang arwah anak kecil itu berdiri di depan mereka, kali ini terlihat lebih nyata dan jelas. Wajahnya penuh luka dan matanya yang kosong menatap mereka dalam diam. Namun, alih-alih ketakutan, Aksa merasa ada kesedihan mendalam dalam tatapan itu.

Ternyata, arwah itu adalah adik dari kakeknya, yang semasa hidupnya terkurung di dalam rumah itu oleh orang tuanya sendiri karena suatu aib keluarga. Ia meninggal dalam kesepian, dan kisahnya disembunyikan dari generasi selanjutnya. Hatinya tak pernah tenang, dan ia menghantui rumah ini, berharap seseorang akan menemukan kisahnya yang terlupakan.

Air mata Aksa mengalir saat ia menyadari tragedi yang menimpa keluarganya. Dengan suara pelan, ia berbisik, "Maafkan kami... kami tidak tahu."

Arwah itu perlahan mendekat, dan untuk pertama kalinya, wajahnya yang penuh luka berubah lembut. Bayangan itu tampak perlahan memudar, seperti menerima kenyataan yang selama ini ia tunggu.

"Aku... aku akan membebaskanmu," bisik Aksa, suaranya bergetar.

Tara mengangguk setuju, merasakan emosi yang sama. Mereka berjanji dalam hati untuk mengakhiri penderitaan arwah itu dan memberi ketenangan yang ia butuhkan setelah bertahun-tahun terperangkap dalam kesunyian.

Rahasia di Balik Bayangan  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang