𝘾𝙝𝙖𝙥 4 :: Kelam🌻

31 12 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Sekarang Duri membuat kesalahan besar. Ia terus berlari, menelusuri jalan sembari rasa gelisah menyelimuti dirinya. Hari sudah gelap, tapi ia belum sampai juga di rumah. Duri benar - benar lupa waktu saat mengobrol dengan Solar tadi, ia menyesali perbuatannya karena melanggar perintah orang tuanya.

Pagar dibuka dengan panik, disana sudah duduk papa Duri. ia menyeruput kopi pahit yang masih hangat sembari menyalakan radio, tak lupa dengan kaos polos dan memakai sarung. Tidak, papanya──Hendri──bukan sedang bersantai. Ia menunggu kehadiran sang anak pertamanya di rumah.

Duri dengan ragu melangkah kakinya untuk menghadap sang papa, tak lupa meminta salam pada sang papa. Hendri menerima salam dari Duri. Bagaimana pun juga, itu bentuk hormat Duri kepadanya.

"Darimana aja? tau ini jam berapa?"

Pertanyaan yang Duri enggan melihatnya. Ia tau, ia akan mendapat konsekuensi dari apa yang ia langgar. Ia harus sudah berpasrah disaat berhadapan dengan papanya sendiri, karena ia adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab atas segala tentang keluarganya.

"Jam 8 pa." Dengan ragu, Duri menggerakan tangannya mengartikan sebuah isyarat.

"Nah kamu tau, kenapa kamu pulang lebih dari jam 7?"

"Aku ketiduran di bukit sana itu loh pa."

"Astagfirullah..."

Duri tak sepenuhnya bohong. Ketika Solar berpamitan untuk pulang, Duri lebih memilih menikmati senja lebih lanjut sembari mengarang cerita. Tak sampai 10 menit, tubuh Duri mulai butuh istirahat sehingga ia tak sengaja tertidur di bawah pohon tunggal. Hingga ia terbangun dan menyadari bahwa jam menunjukan pukul 8 malam.

"Kalau kamu diculik dan hal berbahaya terjadi pada kamu, bagaimana?" Hendri tak ingin bahwa anak satu satunya yang ia rawat harus terjadi sesuatu buruk.

Isyarat Hendri membuat Duri sedikit takut, "Maaf papa, Duri tidak akan seperti itu lagi."

"Masuk, bicara sama mama kamu." Hendri melanjutkan kegiatannya mendengar radio sembari menyeruput kopi, menikmati angin malam yang sejuk.

☆.。.:* Jika Dunia Sunyi .。.:*☆

Solar kini sedang tak ada sesuatu untuk dikerjakan. Ia baru saja membaca semua buku - buku karya Duri. Sama sekali tak ada rasa mengecewakan dari semua buku tersebut, Solar tak heran jika Duri menjadi penulis terkenal.

Hidupnya membosankan pada kala itu.

Karena Solar bosan, ia membuka HPnya dan membuka aplikasi Whatsapp untuk berencana menemui Duri di tempat biasa atau sekedar berkeliling kota Pelita. Bedanya, Solar akan menjemput Duri di rumah.

Jika Dunia SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang