Chapter 7

191 42 4
                                    

Setelah membunuh kedua orang tadi, kini Ryan berada di jalanan yang sepi dan berniat akan pulang kerumah.

Sebelum pergi, diri nya membuah terlebih dahulu pisau lipat yang telah diri nya gunakan untuk membunuh kedua orang tadi.

Saat berjalan, Ryan melihat sebuah mobil yang melaju ke arah nya, tapi bukan dari arah berlawanan, melainkan dari arah belakang.

Ryan yang takut bahwa orang yang ada di dalam mobil itu penjahat, berniat akan berlari, tapi niat nya di urungkan, saat kaca mobil itu terbuka dan memperlihatkan sosok Arsen di dalam nya.

"Ya ampun Ian, ngapain malam-malam di sini?, ini kan lagi hujan, cepet masuk,"pinta Arsen sambil membukakan pintu mobil milik nya.

Dengan perasaan senang, Ryan pun mengikuti apa yang di perintahkan Arsen pada nya.

Kini Ryan sudah berada di dalam mobil Arsen, dan duduk bersebelahan dengan Arsen yang sedang menyetir.

"Baju kamu basah, tuh di belakang ada baju Kakak, cepet pake,"pinta nya.

Ryan pun melihat ke arah jok belakang, dan benar saja, ada satu setel baju milik Arsen, dan tak lupa dengan hoodie nya.

"Kenapa malah di liatin, cepet ambil terus pake, kalau nanti kamu sakit gimana?"tanya Arsen dengan nada khawatir dan mengambil baju milik nya yang berada di jok belakang.

"Ga-ganti nya di mana?"tanya Ryan sambil menatap polos ke arah Arsen.

"Udah di sini aja, kakak gak bakalan apa-apain kamu ko,"ucap nya.

Ryan diri nya hanya mengikuti saja, lalu membuka baju bagian atas nya, sampai telanjang dada, lalu memakai kaos Arsen dan juga hoodie nya yang terlihat kebesaran di tubuh mungil Ryan.

Ryan yang sedang pokus ganti baju tak menyadari jika Arsen dari tadi memperhatikan nya, sampai diri nya membuka celana dan daleman yang diri nya kenakan di depan Arsen.

Arsen yang melihat paha putih Ryan berusaha untuk tak memegang nya, bahkan diri nya berulang kali menelan ludah nya.

"Anjing muluh banget tuh paha, kalau gue pegang marah gak ya tuh bocah?"tanya nya pada diri sendiri.

"Kak Arsen jangan liatin kaki Ian kaya gitu ihk,"ucap Ryan sambil menutup paha nya menggunakan celana Arsen yang belum diri nya kenakan.

"Hehe maaf, soal nya kaki kamu putih banget, jadi kakak pengen pegang,"ucap nya sambil tersenyum dan menggaruk belakang kepala nya yang tak gatal.

"Dih apaan si,"ucap Ryan sambil memakai celana itu tanpa menghiraukan Arsen.

"Kenapa bisa ada di sini malam-malam?"tanya Arsen.

"Tadi kan di suruh Ayah ikut sama Ayah ke acara temen Ayah, pas pulang dari acara malah di turunin sama Mamah di sini, jadi sekarang di sini lah karna gak tau jalan pulang,"ucap nya sambil tersenyum.

"Lucu nya, udah sekarang ikut kakak aja,"ucap Arsen.

"Kemana?"

"Ke tempat kakak, di sana juga ada xavier Reza dan juga Reyhan,"

"Ya udah Ian mau."

Sebelum menjalankan mobil nya, Arsen menyempatkan diri untuk mengacak-ngacak rambut Ryan terlebih dahulu, dan baru diri nya menyalakan mobil nya.

Sepanjang perjalanan, Ryan terus saja berbicara seperti anak kecil, yang membuat Arsen hanya tersenyum menahan gemas dan sesekali menimpali ucapan Ryan.

Tak berselang lama, mereka pun sampai di sebuah rumah, rumah nya lumayan besar dan hanya satu tingkat, dan letak nya di dekat hutan.

Awal nya Ryan merasa aneh, mengapa membuat rumah di dekat hutan, tapi saat Arsen menjelaskan bahwa ini tempat geng motor nya Reza berkumpul.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang