[RK] - 03

10 3 0
                                    

-★

Hendra terus bersikeras untuk menjelaskan namun, Mala tak menghiraukannya sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hendra terus bersikeras untuk menjelaskan namun, Mala tak menghiraukannya sama sekali. Mala membalut kepala putra sulungnya itu dengan perban dan beberapa tetes obat merah, Taufan dan Gempa terus saja menangisi kakak mereka yang sedang diobati oleh sang Ibunda. Bagaimana mereka tak menangis? Kakak mereka terluka sebab melindungi mereka, tepat dihadapan mereka, darah kakak mereka mengalir dengan deras. Tak ada satu tetes pun air mata yang mengalir dari matanya.

"Mala, tolong percayalah kepada ku! Aku tak ada niat untuk pergi bersamanya! Aku khilaf!" jelas Hendra menyakinkan istrinya.

Mala menghela nafasnya lalu menatap Hendra dengan matanya yang teduh, aura negatif terpancar dari tatapannya "Kawinlah engkau dengan orang lain, Mas. Aku sudah tak butuh sandiwara mu itu lagi." ucapnya dengan nada yang dingin.

Hendra terdiam mendengar apa yang barusan Mala katakan, merasa ini seharusnya tak di dengarkan oleh adik-adiknya Hali lalu mengambil headset miliknya dan milik Taufan untuk ia kenakan kepada kedua adiknya yang saat ini masih menangis sambil memeluknya. Ia menyetel lagu kesukaan mereka yang tentu langsung membuat keduanya berhenti menangis dan menatap kakaknya. Hali hanya tersenyum, paksa.

Hendra lalu kembali bersuara setelah beberapa detik "Mala? Apa maksudmu?" Hendra masih mencoba menolak pikiran negatifnya yang berkata bahwa Mala ingin bercerai.

"Talak aku, Mas." jawab Mala singkat.

"Tapi Mala, kau tak kasihan kepada anak-anak?" Hendra masih saja mencoba untuk membuat Mala agar tak menceraikannya.

Mala berdecak "Mas, kamu sadar gak sih? Kita menikah itu karena kita khilaf juga kan? Sekarang, kau tanya bagaimana anak-anak nanti? Bukanya aku sudah bilang, nikahi aku dulu tapi... kau malah memaksaku untuk melakukan itu! Dan apa yang terjadi selanjutnya? Lahirlah anak haram itu dan memaksa kita untuk menikah! Awalnya aku pikir kita bisa saling mencintai kedepannya tapi kau malah bermain dengan wanita lain di belakangku?"

"Kau ingkari janjimu! Aku tak mencintai mu lagi, Mas! Sekarang talak aku, aku tak tahan dengan sikapmu ini." jelas Mala sambil mati-matian menahan air matanya agar tak jatuh, ia memegangi dadanya yang sesak. Rasanya lega sudah mengutarakan semua yang telah dia pendam selama ini.

Hendra kembali terdiam, tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan. Ia melirik kearah Hali yang tengah memperhatikan dan mendengarkan mereka sedari tadi, ia hanya berharap bahwa Hali tak mengerti apa yang baru saja Mala jelaskan. Salah kaprah, Hali faham semuanya. Hendra menghela nafas panjang lalu kembali menatap Mala yang masih setia menunggu jawabannya.

Hendra kemudian berucap "Baiklah, kita bercerai. Atas dua belah pihak." Kemudian Hendra berjalan keluar kamar namun, sebelum benar-benar pergi Hendra berkata lagi.

"Dengan syarat, aku mendapatkan hak asuh empat anak paling muda."

...

Rumah Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang