Chapter 9.

358 77 7
                                    

"Kak Shanva!"Panggil Ecil melihat Shanva sudah stay di depan rumahnya.

Shanva langsung turun dari motornya, ia pun menghampiri kekasihnya yang cantik itu.

"Selamat pagi, pacar manis punya Shanva."Ucap Shanva menggenggam tangan kekasihnya lalu mencium punggung tangan kekasihnya itu.

Pipi Ecil sudah sangat merah, ia tak tahu harus menutupi salah tingkahnya seperti apalagi.

"Kak Shanva manis banget gimana aku tahan!"Batin Ecil.

"Cantik banget sih lo hari ini, cocok jadi jodoh gue."Ucap Shanva tersenyum manis kepada kekasihnya.

"Kak Shanva ih, udah!"Ecil pun tak tahan, karena ia sudah malu sekarang.

Tak lama kemudian, papa Ecil yang ingin pergi ke kantor mengurungkan niatnya ketika melihat Shanva disitu.

"Loh, ada nak Shanva."Sapa papa Ecil.

Shanva menghampiri papa Ecil lalu bersaliman.

"Pagi om."Sapa Shanva sopan.

"Pagi nak, mau jemput Ecil ya?"Tanya papa Ecil.

Shanva mengangguk sembari tersenyum manis kearah kekasihnya itu.

"Om kok udah berangkat aja masih pagi begini?"Tanya Shanva.

"Walaupun jabatan saya bagus kan enggak mungkin saya seenaknya saja datangnya nak Shanva."Jawab papa Ecil diangguki Shanva.

"Yasudah kalian pergi saja, hati-hati ya nak Shanva."

"Permisi ya om."Ucap Shanva menyalimi tangan papa Ecil dan Ecil pun begitu.

"Dadah papa!"Ecil melambaikan tangan kepada papanya, dibalas lambaian tangan juga oleh papanya.

***

Disekolah.

"Shani!"Panggil Olla dengan nada tak beraturan, karena ia habis lari.

Adel sedikit terkejut, karena ia baru saja ingin tidur.

"Apa?"Jawab Shanva, ia menaruh kepalanya diatas meja.

"Pacar lo diganggu Jevano di lapangan, pacar lo nangis!"Sambung Zee, yang memang Olla dengan Zee melihatnya.

"Anjing!"Ucap Shanva memukul meja.

Shanva keluar dari ruangan OSIS itu, disusul bersama ketiga temannya.

Terpancarkan aura kemarahan di wajah Shanva, sehingga saat Shanva berlari dengan ketiga temannya di koridor, mereka menjadi topik pembicaraan.

"Pasti ini menyangkut pacarnya gak sih?"

"Woy kak Shanva kenapa itu?"

"Ikutin ikutin!"

Saat Shanva sudah sampai di lapangan, dari kejauhan ia melihat Jevano menarik tangan Ecil.

"JEVANO!"Teriak Shanva.

Ecil dan Jevano melihat kearah Shanva.

Jevano secara spontan melepaskan tangannya yang menarik Ecil.

Bughhh

Bughhh

Bughhh

"LAWAN LO ITU GUE, BUKAN PACAR GUE!"Shanva kini sudah benar-benar emosi, ia mengatakan itu sambil memukul Jevano membabi buta.

Bahkan guru-guru tak ada yang berani, murid murid disana pun apalagi.

"Kak Shanva, udah.."Lirih Ecil menggenggam tangannya yang terasa sakit itu.

Shanva melirik kearah kekasihnya, ia melihat betapa merahnya tangan Ecil, ia kembali menendang perut Jevano sampai sang empu tak berdaya.

"SEKALI LAGI GUE TAU LO NYAKITIN RENJANA, GUE HABISIN LO SAAT ITU JUGA, SEKALIPUN GUE HARUS MASUK PENJARA KARENA BUNUH LO!"Wajah Shanva memerah, ia benar-benar tak terima jika pacarnya dibuat nangis oleh orang sampah seperti Jevano.

Mereka semua meringis melihat keadaan Jevano.

Shanva beralih ke pacarnya, ia mengusap air mata kekasihnya lalu menggendongnya.

Ia menatap ketiga temannya "Siapin mobil, kita ke rumah sakit sekarang!"

Ketiga teman Shanva pun mengangguk.

"Maafin kakak ya sayang? Kakak gagal jagain kamu."Ucap Shanva melihat wajah kekasihnya di gendongannya.

Ecil menggelengkan kepalanya.

Shanva menuju parkiran dan saat ia melewati Jevano, ia menendang kembali perut Jevano hingga Jevano tak sadarkan diri.

***

Dirumah sakit.

Kekasih Shanva itu sudah diobati oleh dokter dirumah sakit itu, namun Shanva tetap sedih karena ia tak bisa menjaga kekasihnya itu.

Ecil melihat Shanva menundukkan kepalanya.

"Kak Shanva"Panggil Ecil.

"Iya sayang?"Jawab Shanva sembari tersenyum.

"Kakak jangan pernah merasa bersalah ya, kakak enggak salah. Kakak juga kan udah bantu aku, stop merasa bersalah kak."Ucap Ecil menenangkan kekasihnya ini.

"Lo harus bilang ke gue terus ya kalo dia gangguin lo."Ucap Shanva diangguki Ecil.

"Ini berdarah kak."Ucap Ecil mengusap sedikit memar di pinggir bibir Shanva.

"Ini enggak seberapa, sakitan hati gue ngeliat lo dibikin nangis gitu."Ucap Shanva memegang tangan Ecil.

"Udah ya? Kak Jevano aja sampe pingsan loh."Ucap Ecil.

"Itu belum seberapa, kalo gue ketemu dia sakitin lo lagi bakalan lebih dari sekarang."Ucap Shanva emosi kembali.

Ecil memeluk tubuh kekar pacarnya itu, berniat menenangkan pacarnya.

"Maaf ya gue kurang tepat waktu."Ucap Shanva di pelukan mereka itu.

"Kalo kamu minta maaf terus aku gamau peluk ya."Ucap Ecil hendak melepaskan pelukan itu namun Shanva makin mengeratkannya.

***

Malamnya, Ecil menginap lagi dirumah milik Shanva.

Kini mereka sedang duduk di sofa sembari menonton televisi, Shanva juga menidurkan kepalanya di paha kekasihnya itu sembari mengusap luka tangan kekasihnya.

"Kak, aku pengen masakin kamu, mau enggak?"Tanya Ecil.

"Mau banget lah masa gamau."Jawab Shanva.

"Kamu maunya aku masakin apa?"Tanya Ecil.

"Apapun masakan lo pasti gue suka, Ren."Jawab Shanva.

"Okay, awas aku mau masak."Ucap Ecil menyingkirkan kepala Shanva.

Ecil pun beranjak dari sofa itu dan menuju dapur, ia mengambil bahan bahan yang ingin ia masak.

Shanva menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang dan menaruh kepalanya di pundak kekasihnya.

"Kak, aku lagi masak jangan ganggu."Ucap Ecil.

"Gini aja, udah nyaman gue."Ucap Shanva.

"Ih awas!"Kesal Ecil.

Shanva memutarkan badan kekasihnya sehingga ia bisa menatap wajah cantik dan manis pacarnya.

Cuppp

Shanva mencium bibir Ecil dengan lembut.

"Jangan pernah tinggalin gue ya? Tegur gue kalo gue salah, jangan langsung tinggalin gue gitu aja, gue gamau ngejalanin hidup ini kalau lo enggak ada disebelah gue."Ucap Shanva dengan mata sayunya itu.

Ecil mengusap pipi kekasihnya itu, ucapan Shanva sangat manis dan mampu membuat Ecil kembali jatuh hati.

"Iya panglima geng kesayanganku."Jawab Ecil diselingi tawanya.


Tbc.

Wait for the next part.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your Protector. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang