Malamnya, Ecil masih terus mendiamkan Shanva hingga Shanva muak.
"Renn, jangan diemin gue dong!"Kesal Shanva menarik narik tangan Ecil.
"Ih apasih!"Cuek Ecil menghempaskan tangan Shanva.
Ecil masih saja terus bermain dengan ponselnya.
"Lo lebih milih sama hp daripada sama gue?"Tanya Shanva menatap Ecil yang masih bermain hp.
"..."
Tak ada jawaban dari Ecil.
"Rennn huaaaaaa!!"Rengek Shanva membuat kepala Ecil pusing.
"Diem bisa gak!"Kesal Ecil menaikkan nadanya satu oktaf.
Shanva yang merasa di bentak pun menatap Ecil dengan mata yang sudah siap menangis.
Ecil yang merasa tak ada jawaban dari Shanva pun, menatap Shanva.
Betapa terkejutnya ia melihat mata Shanva yang siap mengeluarkan air mata.
"Cup cup, jangan nangis sayang."Ucap Ecil memeluk Shanva, detik itu pula tangisan Shanva meledak di pelukan Ecil.
"Huaaa renjana gak sayang aku lagi!"Tangis Shanva memberontak di pelukan Ecil, namun Ecil menahannya dengan sekuat tenaga.
"Jangan berontak bisa gak? Kalo tetep berontak aku diemin terus ya?!"Ancam Ecil membuat Shanva berhenti memberontak.
Beberapa menit kemudian, tangisan Shanva sudah mereda, ia menangkup pipi Shanva.
"Jangan nangis lagi."Ucap Ecil menghapus air mata Shanva dengan ibu jarinya.
"Kamu diemin aku!"Ucap Shanva dengan mata merahnya.
"Iya-iya gak lagi!"Ucap Ecil.
Cuppp
Cuppp
Ecil mencium pipi kiri dan kanan Shanva.
"Sayangnya aku, bobo yuk."Ucap Ecil digelengi Shanva.
"Loh, kenapa gamau?"Tanya Ecil.
"Mau sambil peluk."Jawab Shanva.
Sungguh, Shanva sangatlah gemas sekarang.
"Iya bobonya sambil aku peluk ya."Ucap Ecil.
"Bener?"Tanya Shanva diangguki Ecil.
Shanva pun membaringkan tubuhnya di kasur, diikuti Ecil yang membaringkan tubuhnya di samping Shanva.
"Tidur, udah malem ini."Ucap Ecil memeluk shanva.
Shanva mengangguk dan memeluk Ecil, ia menenggelamkan wajahnya di dada Ecil.
"Night renjanaku"Ucap Shanva dibalas deheman oleh Ecil.
---
Esoknya, Ecil terbangun lebih dulu daripada Shanva.
Ia merasa tubuhnya sangat berat, setelah ia ketahui ternyata Shanva tidak melepaskan pelukannya padanya sama sekali.
"Kak, bangun yuk."Ucap Ecil mengusap pipi Shanva.
"Eunghh"Lenguh Shanva, ia membuka matanya dan yang pertama kali ia lihat adalah wanita kesayangannya.
"Morning, darling."Ucap Shanva tersenyum kepada Ecil.
"Morning."Jawab Ecil tersenyum memperlihatkan gummy smilenya.
"Lo udah bangun dari tadi?"Tanya Shanva.
"Enggak kok, baru aja. Yuk kita siap-siap berangkat ke sekolah takut telat."Ucap Ecil diangguki oleh Shanva.
"Lo duluan aja Ren, gue cepet soalnya."Ucap Shanva diangguki Ecil.
"Eitss! Jangan tidur lagi, awas aja ya kamu tidur lagi!"Ancam Ecil melihat Shanva memejamkan matanya kembali.
"Iya-iya bawel."Jawab Shanva.
Ecil pun mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
***
Kini Shanva dan Ecil baru saja sampai di parkiran sekolah.
"Lo tunggu disitu dulu, Ren. Gue mau parkir motor dulu."Ucap Shanva diangguki Ecil.
Setelah memarkirkan motor, Shanva menghampiri Ecil.
"Lo kok cantik banget sih, Ren?"Tanya Shanva pada Ecil.
"Gausah gombal masih pagi!"Jawab Ecil.
"Gue ga pernah gombal, lo emang cantik banget, Ren."Ucap Shanva tak mau kalah.
Ecil hanya diam saja.
"Kok diem sih, Ren?"Tanya Shanva.
"Ayo ih ke kelas, nanti telat kak!"Kesal Ecil diangguki Shanva.
Ecil pun berjalan, namun di pertengahan jalan ia melihat kebelakang dan tak melihat Shanva di sampingnya. Lantas saja ia melihat kearah parkiran motor, ternyata Shanva masih berdiam diri menatapnya dari sana.
"Astaga, bayi aku ketinggalan!"Gumam Ecil merutuki dirinya.
Ecil mau tak mau balik lagi ke parkiran itu dan menghampiri Shanva, ia menggandeng tangan Shanva dan berjalan bersamanya menuju lobby sekolah.
Karena kelas Ecil dan Shanva berbeda, jadinya mereka harus berpisah.
"Udah sana, jangan genit ya."Ucap Ecil memperingati Shanva.
"Disini yang cuman cantik lo doang, Ren. Yang lain semuanya kaya ani-ani tau gak?"Kesal Shanva, bisa-bisanya Ecil tak percaya padanya jika ia hanya cinta padanya.
"Heh!"Tegur Ecil.
"Udah ayo gue anter lo ke kelas lo."Ucap Shanva menggandeng tangan Ecil menuju kelas Ecil.
Mau tak mau Ecil hanya menurut, karena ia tau sifat Shanva yang tak suka dibantah.
Sesampainya di depan kelas Ecil, teman-teman Ecil sontak heboh dengan kejadian Shanva yang mengantar Ecil ke kelasnya.
"Yaelah kak, gak mungkin lecet kali Ecil. Sampe dianterin segala, ekhem!"Goda Eli pada dua orang yang sedang kasmaran itu.
"Tau tuh, bucin amat nih!"Lanjut Ashel.
"Aduh-aduh yang jomblo meronta-ronta."Lanjut Muthe.
"Gue cabut duluan, jagain Renjana gue jangan sampe lecet."Ucap Shanva kepada ketiga teman Ecil.
"Yaelah siap dah."Balas ketiganya.
"Untuk lo, Ren. Kalau mau ke kantin sama gue, jangan sendiri. Apalagi kalau jevano tai itu ngajak lo jangan mau, paham?"Tegas Shanva kepada Ecil, diangguki olehnya.
"That's my girl."Ucap Shanva pada Ecil dan mencium kening Ecil membuat siswa siswi yang melihat itu sangat heboh.
"Ih kak!"Salting Ecil berusaha menutup saltingnya, namun wajahnya memerah.
"Hahaha, gue cabut ke kelas ya, bye darling."Ucap Shanva berjalan, sesekali ia memberikan flying kiss kepada Ecil.
"Duh cil. Lo aman gak sih sama orang kaya gitu?"Heboh Eli.
"Bener banget tau, tipe idaman semua orang!"Tak kalah heboh pula Muthe.
"Iri deh gue."Heboh Ashel.
"Ah apasih kalian ini, udah ayo masuk."Ucap Ecil tak ingin membuat suasana semakin heboh.
Otak gue lagi buntu jadi segini aja lah ya.
Tbc.
Wait for the next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Protector.
Novela JuvenilSeorang wanita yang takut dengan yang berhubungan tentang kehilangan, dipertemukan oleh wanita yang dikenal keras, tegas dan pemberani. Seperti apakah cerita mereka selanjutnya? Come on read this story. About Shani & Chika. #Futa. #GxG Kalo gasuka g...