46. Final Chapter: GOD'S SECRET

484 63 53
                                    




















Sekalipun dunia menyuguhkan bagi mereka
tragedi bengis tak berujung,
selama ada salah satu di dalamnya,
mereka pastikan hadir tuk menetap lebih lama

Pun walau dunia berkamuflase sebagai
surga putih berlangit pelangi,
tegas tak sudi mereka menjadi
bagian dari penghuni
jika salah satunya saja tak dihadirkan













˗ˏˋ ✞ ˎˊ˗







Sakit yang langsung mendera sesaat setelah matanya baru saja terbuka, reflek membuat Taehyun mencekal kasar lengan milik orang yang raganya tengah memeluk dari belakang.

"Kai ... " Taehyun mencicit pelan, suaranya tercekat oleh erangan singkat yang tak tertahan. Sakitnya tak dapat terukur lagi dalam bentuk angka —hanya ada sakit mematikan yang tak dapat terdeskripsi oleh kata-kata.

Namun, serapuh dan sepayah apapun dirinya sekarang, Taehyun memutuskan untuk tak lagi mengeluh. Selama dirinya masih berada dalam rengkuh tangan Hueningkai, Taehyun akan berjanji untuk tetap baik-baik saja. Sudah terlalu sering Taehyun mempertontonkan lemahnya pada sang adik. Dan untuk yang terakhir kali, Taehyun ingin menunjukkan bahwa kehadiran Hueningkai adalah bentuk yang sebenar-benarnya dari sebuah kalimat yang selamanya akan selalu berarti 'baik-baik saja'.

Dan di sinilah mereka sekarang. Masih di kamar yang sama dengan posisi yang tak berbeda. Taehyun yang meringkuk menyamping dengan Hueningkai yang merengkuhnya dari belakang. Tak peduli pada lengannya yang mulai mati rasa, Hueningkai tak berniat untuk beranjak meski hanya sedetik saja.  Matanya terbuka sayu, Hueningkai masih terjaga, dia memilih untuk tak lalai kali ini —takut kakak kecilnya menghilang lagi seperti sebelum-sebelumnya.

Hueningkai menepati janji untuk tak pergi. Dalam setiap 'semoga' yang ia lantangkan pada Tuhan, Hueningkai mengharap bahwa Taehyun juga akan menepati janji yang sama.

Taehyun mengusik dalam ringkuknya, memberi isyarat pada Hueningkai untuk membantunya duduk tegak. Meski Hueningkai meyakin bahwa Taehyun tak cukup kuat untuk itu, namun ia tetap mematuh. Ingin protes pada Taehyun yang lancang melepas oksigen maskernya sendiri, namun suara Hueningkai seolah terkunci oleh suatu hal yang tak tentu.

Dengan caranya, Taehyun berhasil membuat Hueningkai melepas pasrah.

Posisi yang tampak sekarang, adalah mereka yang duduk bersebelahan dengan kepala ranjang sebagai sanggahan. Di bawah remang cahaya lampu kamar yang diredupkan, Taehyun menyandarkan satu sisi kepalanya di atas pundak kokoh milik si adik. Tak sekuat itu dia ternyata. Namun setidaknya, Taehyun telah menyempatkan diri untuk memandang wajah Hueningkai diiringi senyum tipis yang spontan terlukis di wajah lelahnya.

Jika hanya boleh memilih satu untuk dipertahankan, Taehyun jelas inginkan untuk mengingat wajah sang malaikat untuk selama-lamanya.

"Kai ... Jika aku kehilangan semua ingatanku ...
Apa hal pertama yang akan kau katakan tentang kita?" Taehyun bertanya lirih.

Hueningkai tertawa sendu.  "Tak ada jalan untukmu bisa melupakanku, Hyun. Kau tidak bisa melupakan sebagian dari jiwamu."

Manis. Namun, Taehyun tampak tak puas dengan jawaban itu.

"Jawab pertanyaanku dengan kebohongan ... Kebohongan yang mampu membuatku menyesal sebab telah melupakanmu."

Kebohongan? ... Hueningkai berpikir keras. Dia tak berpengalaman dengan hal itu.

"Kita kembar. Kembar yang berbahagia. Kita selalu meneteskan air mata kebahagiaan bersama-sama."

Taehyun terkekeh.  "Aku suka kebohongan itu. Katakan lebih banyak lagi kebohongan yang kau tahu," ucapnya.

TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang