1

18 4 2
                                    

Kang Minhee, pemuda berusia 19 tahun yang sedang mengejar mimpinya harus siap menerima beban lain yang dirinya sembunyikan dari anggota lain akibat dendam lama seseorang yang dirinya cintai. Namun teman temannya dengan tangan terbuka mau menerimanya dengan baik kondisinya dan berjanji akan merawatnya.
.
.
.

"Akan aku namakan dia Haessal, Kang Haessal, Putriku."
.
.
.
"Hai, aku Kang Minhee 19 tahun dan ini lah kisahku."

______

Hari ini tepat adalah hari spesial yang aku tunggu dimana aku akhirnya bisa mewujudkan mimpi besarku untuk bisa menjadi seorang idol. Semuanya nampak berjalan sebagai mana mestinya selama 2 tahun. Aku bersama 8 orang lainnya. Dan aku sekarang sudah berusia 19 tahun. Ya, tak terasa sudah 2 tahun lamanya.

Dan hari ini, secara tak sengaja aku bertemu dengan sosok itu. Sosok yang aku rindukan. Dia Hwang Yunseong, cinta pertamaku semasa sekolah dulu.

Dia yang pertama menyapaku saat aku menyadari jika kita berada dalam satu acara yang sama dan kalian tahu apa reaksi pertama yang aku perlihatkan? Ingin sekali rasanya lari kepelukannya dan menangis sejadinya dan mengatakan bahwa aku merindukannya. Tapi aku hanya bisa tersipu dengan senyum yamg tak bisa kutahan lagi.

Dia masih sama, tampan dan tak berubah. Dan apa kata mereka? Seorang CEO?
.
.

"Minhee-ya.. ayo kita pulang, pekerjaan kita sudah selesai. Aku mengantuk sekali."

"Kau duluan saja Hyeongjun, aku mau kesuatu tempat sebentar. Tolong bilang pada Kak Serim ya." Ucapku setelah selesai berganti baju serta masker hitam dan menggantongi ponselku.

"Tapi Minhee..."

"Sudah dulu ya dah Hyeongjun."

Pemuda itu langsung saja berlari kecil meninggalkan pemuda bermata bulat diruang ganti.

Malam itu aku bertemu dengannya. Dan mimpi buruk itu pun terjadi.

"Kak Yunseong!"

"Hey, Minhee akhirnya kau datang."

Yunseong segera memeluk erat simanis yang mengenakan Hoodie hitam sama sepertinya. Tak lupa mengusak gemas pucuk kepalanya.

"Kita mau kemana kak? Aku tidak bisa lama kau tau... Kak Serim pasti mencariku."

"Jangan bilang kau kabur darinya?" Ucap Yunseong penuh selidik.

"Tidak begitu kak, aku hanya..."

"Lupakan itu, kita hanya pergi sebentar mungkin 1 jam. Kakak merindukanmu Maltes kecilku. Ayo kita makan disuatu tempat."

Dan keduanya pun pergi mengendarai sebuah mobil kesebuah restoran untuk makan malam dan untuk saling melepas rindu mereka.
.

Diperjalanan semua nampak biasa saja dengan keduanya yang hanya diam sembari menikmati musik yang sedang dimainkan diradio. Sesekali keduanya akan bersenandung mengikuti lantunan musik yang diputar.

"Minhee.. apa kabar? Kakak tak menyangka mimpimu terwujud juga."

"Aku baik kak, semua berkat kerjakerasku juga, dan selamat juga untuk kakak. Kak Yunseong bilang ingin melanjutkan kuliah dikuar negri kan, tapi lihat?"

Hanya kekehan yang diberikan Yunseong padanya. Namun kekehan itu tiba tiba saja lenyap tergantikan ekspresi dingin dan itu membuat Minhee terdiam bingung.

"Kak, bukannya kita mau makan malam? Restorannya kan disebelah sana."

Seketika perhatian Minhee teralih saat sedetik kemudian dirinya merasakan jika ada seseorang yang menutup mulut dan hidungnya menggunakan kain. Sekuat tenaga meronta dan menahan nafas sebelum sebuah pukulan pada tengkuk membuatnya spontan menarik nafas.

"Maaf Minhee, kakak harus melakukan ini."
.
.
.

Semuanya terasa asing dan tubuhku seakan remuk redam.

"Aku dimana? Sshh.."

Aku mencoba duduk perlahan saat merasakan hawa dinginnya pagi menyentuh kulitku. Dan pada saat itulah aku menyadari tak ada baju apapun yang aku kenakan dan hanya selembar selimut tebal yang menyelimutinya.

Tunggu? Apa yang aku lakukan?

Spontan aku menoleh kesisi lain dan menemukan Yunseong yang terbaring disana, tengah tidur.

Oh tidak! Jangan bilang aku..

"Selamat pagi adek. Tidurmu nyenyak tidak?"

Yunseong dengan tak merasa bersalah mengecup keningku yang masih mencerna semuanya, sampai fokusku teralih pada ponselku yang tadi malam kuabaikan keberadaanya. Puluhan pesan dan panggilan tak terjawab dari Kak Serim.

"Kak... apa yang kita lalukan semalam, bukanya kita cuma makan malam dan..."

Yunseong hanya tersenyum miring saat melihat ekspresi ketakutanku.

"Ya, kita melakukannya. Apa kau lupa? Mau mencobanya lagi Kang Minhee?"

Ucapannya bagaikan alarm dikepalaku dan aku spontan bergerak mundur. Kumohon siapapun tolong!

"Kak, jangan macam macam. Kak Yunseong!"

Namun sepertinya nasib sial sedang bersahabat denganku. Pagi itu, apa yang terjadi semalam kembali terjadi dan itu sangat menyiksaku.

Hwang Yunseong bajingan aku membencimu.
.
.
.

Serim sedang dibuat pusing akan hilangnya Minhee. Sejak tadi malam dirinya mencoba menghibunginya namun tak satupun panggilan serta pesannya berbalas.

"Kak Serim apa sudah ada jawaban dari Minhee?"

Namun gelengan sang ketua menjawab semuanya. Jungmo dan Woobin baru saja kembali setelah mencoba berkeliling mencari keberadaan Minhee namun nihil.

"Jangan bilang Minhee diculik, harusnya aku yak membiarkannya pergi sendirian semalam." Pecah sudah tangis Hyeongjun.

"Ini salahku Kak.."

Allen yang kebetulan berada disampingnya mencoba menenangkan.

"Apa kita harus lapor polisi untuk mencari..."

"Aku pulang.."

Ucapan Taeyoung terhenti saat sosok yang mereka bicarakan muncul dengan keadaan yang kurang baik.

Serim langsung tergerak menghampiri Minhee yang nampak linglung dengan keadaan sekitar.

"Kang Minhee dari mana saja kau? Kau tahu semua member mencemaskan... eh? Minhee!"

Sosok itu langsung tak sadarkan diri dengan keadaan pucat.
.
.
.

Sejak saat itu, hampir semua orang selalu kawatir akan Minhee apa lagi Hyeongjun yang menjadi teman sekamarnya. Sejak kejadian beberapa minggu itu Minhee dilarikan kerumah sakit dan melakukan beberapa pemeriksaan. Tak ada yang aneh hanya ada beberapa luka memar dibeberapa bagian. Namun itu tak menimbulkan sedikit kecurigaan bagi Hyeongjun saat dirinya tak sengaja melihat perubahan pada Minhee.

Seperti pagi ini, saat semuanya tengah menikmati sarapan mereka. Entah kenapa Minhee merasakan rasa mual luar biasa.
Hyeongjun yang kebetulan duduk disebelah Minhee menyadarinya.

"Minhee-ya kau kenapa?"

"Aku... tidak papa, permisi."

Minhee segera berlari ketoilet saat merasakan perutnya seperti tengah diaduk saat menghirup aroma roti yang baru dibawakan oleh Seongmin.

"Heh? Kak Minhee kenapa?"
.
.

Semua yang aku makan pagi ini terbuang sia sia. Rasanya perutku seperti diaduk dan rasanya sangat mual. Yang mengherankan, semua yang aku muntahkan hanya berupa cairan, apa asam lambungku naik lagi? Atau?

Ah, tidak mungkin.

"Minhee, aku tak apa?"

Suara Kak Serim membuat lamunanku buyar.

"Aku tidak papa kak."
.
.
.

Tbc

Test drive dulu hehehe...

FORGIVE ME.. (HWANGMINI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang