!Warning!
Typo
Alur kurang
Romance
Picture by: nillouow (Ig)
Req: xShillyX
<After Simulation>_______________________________________
Hanya keberuntungan yang bisa melepaskan rantai yang membelenggu. Kalimat itu begitu cocok dilontarkan kepada gadis ini. Gadis yang memiliki surai seputih salju dengan manik secerah mentari.
[Name], sudah lama terkurung di rumah ini. Dikekang oleh seseorang. Rumah dengan nuansa tradisional bercampur modern, membuatnya tidak ketinggalan zaman. [Name] berada di kamarnya- tidak, lebih tepatnya kamar orang lain. Kamar dari orang yang mengurungnya disini. [Name] merasa begitu tersiksa berada di sini, 3 tahun ia tinggal bersama orang gila, orang yang mengekangnya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu. "Sayang~ kenapa kau tidak membukakan pintu untuk ku? " Ucap orang tersebut. Ia adalah Weko, kekasih sekaligus pengekang [Name]. Weko berjalan ke arah ranjang dimana [Name] berada. [Name] meringkuk, berharap orang itu segera pergi meninggalkannya. Bukannya pergi, Weko semakin mendekat dan duduk di tepi ranjang. Weko mengelus surai gadisnya, namun tiba-tiba Weko menarik paksa wajah [Name] agar melihat wajahnya. Matanya sembab lantaran menangis sepanjang malam, bahkan kini ia ingin mengeluarkan air matanya lagi.
"Oh~ ada apa bidadariku, jangan menangis" [Name] semakin takut terhadap Weko. Air matanya sudah turun, membasahi bajunya. Weko mendekat ke arah telinga [Name], membisikkan sesuatu "ingat ya sayang, jangan berbicara lagi dengan pria itu... Mengerti? " Weko mengucapkan kalimatnya dengan penuh penekanan.
-•-
Keesokan harinya, Weko dan [Name] menghadiri acara yang diadakan oleh perusahaan Weko bekerja. [Name] ikut hanya sebagai formalitas saja, ia sebenarnya tidak ingin ikut dan ingin istirahat saja, tapi Weko memaksanya. [Nane] memakai gaun dengan desain elegan, didominasi warna biru gelap yang dipadukan dengan kain transparan keperakan. Model off-shoulder dengan lengan panjang berbahan sheer yang mengembang menambah kesan anggun, roknya berlapis dengan kombinasi kain biru pekat dan transparan berhiaskan ruffle serta bordiran halus. Ia begitu cantik saat memakai gaun.
Namun, meski tampilannya begitu menawan, matanya tetap memancarkan kehampaan. Sepanjang acara, [Name] hanya diam, sekadar tersenyum kecil setiap kali ada yang menyapanya. Weko selalu menggenggam tangannya erat, seolah takut gadis itu melarikan diri. Seakan sebuah rantai tak kasat mata mengikat pergelangan tangannya, membatasi gerakannya.
Namun, keberuntungan akhirnya berpihak pada [Name]. Saat tengah malam, ketika acara sudah hampir selesai, seseorang menyelipkan secarik kertas ke tangannya saat Weko lengah. Dengan hati berdebar, ia membaca isi kertas itu di dalam toilet.
"Aku bisa membantumu keluar dari sini. Percayalah padaku. Temui aku di balkon lantai tiga dalam lima menit. - J"
[Name] terkejut. Haruskah ia mempercayai orang ini?. Ini mungkin satu-satunya kesempatan yang ia miliki setelah bertahun-tahun dikurung.
-•-
Dengan hati-hati, [Name] menyusup keluar dari ruangan, berjalan menuju balkon yang disebutkan dalam pesan.
Di sana, berdiri seorang pria dengan jas hitam rapi. Rambut coklatnya sedikit acak, wajahnya penuh kekhawatiran saat melihatnya. "[Name], aku Julian, sepupumu. Aku sudah mencarimu selama ini. Kita harus pergi sekarang sebelum Weko sadar."
Inikah kebebasan yang dinantinya selama ini? Tiga tahun terjebak bersama orang gila yang selalu menyruhnya untuk patuh terhadapnya. Mungkin inilah akhirnya, penantian yang selama ini ditunggu.
Air mata mengalir di pipi [Name]. Selama ini ia berpikir tidak ada yang peduli padanya. Dengan tangan gemetar, ia menerima uluran tangan Julian. Namun, sebelum mereka bisa pergi, suara langkah kaki berat terdengar dari arah tangga.
"Mau pergi ke mana, sayang?" suara Weko terdengar tajam, penuh kemarahan. Mata gelapnya menatap lurus ke arah [Name] dan Julian.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi," lanjut Weko, langkahnya semakin mendekat. [Name] merasakan ketakutan menyelimuti dirinya, tapi kali ini ia tidak ingin mundur.
"Aku tidak bisa terus hidup seperti ini, Weko. Aku berhak atas kebebasanku." Suaranya bergetar, kakinya seolah tidak bisa menopang tubuhnya dengan benar, tapi ia tetap berdiri tegak.
Weko terdiam sesaat, lalu tertawa kecil. "Kau pikir semudah itu meninggalkanku? Aku mencintaimu, [Name]. Aku melindungimu."
"Cinta tidak seperti ini, Weko. Cinta seharusnya tidak menyakitkan. Sudah terlalu lama kau mengurungku di penjara itu. Aku sudah lelah menghadapi sikapmu yang tidak masuk di akal Weko!....Aku.....ingin bebas."
Weko terdiam, tatapannya langsung berubah, sesuatu dalam dirinya tampak hancur. Napasnya berat, ia mengepalkan tangannya hingga uratnya terlihat. Namun, alih-alih bertindak agresif, ia justru menghela napas panjang. Ia mendongakkan kepalanya, mentap langsung mata [Name].
"Aku... aku hanya takut kehilanganmu," katanya lirih. "Aku tidak ingin sendirian. Entah kenapa setelah simulasi itu, kepala ku benar-benar tidak bisa berpikir dengan benar. Aku...tau aku salah.."
[Name] menatapnya dengan perasaan campur aduk. Weko benar-benar hancur, seperti seseorang yang tersesat dalam cintanya sendiri. Dalam tatapannya jelas sekali bahwa ia sedang depresi. Gagalnya simulasi membuatnya hampir kehilangan kewarasan.
"Aku tidak akan menghilang jika kau mencintaiku dengan cara yang benar," kata [Name] dengan lembut. "Kita bisa memperbaiki semuanya, tapi bukan dengan cara ini."
Weko menundukkan kepala, lalu perlahan mundur. "Baiklah... jika itu yang kau inginkan. Aku akan membiarkanmu pergi." Air mata menggenang di sudut matanya. Ini seperti bukan Weko. Weko yang dikenal sebagai orang yang tegas dan serius, justru kini terlihat rapuh dan tak berdaya.
[Name] tak pernah menyangka bahwa akhirnya ia bisa bebas tanpa harus melarikan diri. Weko akhirnya melepaskan genggamannya, membiarkan [Name] menemukan kebahagiaannya. Jauh dalam benaknya, ia merasa tidak tega, namun bagimanapun Weko telah banyak memberikan luka pada hatinya.
-•-
Sudah bertahun-tahun sejak kejadian itu, mereka bertemu lagi-kali ini sebagai dua orang yang sudah sembuh dari luka masing-masing. Tidak ada lagi rantai, tidak ada lagi ketakutan. Hanya cinta yang tulus dan kebahagiaan yang mereka perjuangkan bersama.
Di dalam kafe yang hangat, [Name] duduk di dekat jendela besar yang sedikit berembun, menatap dedaunan emas dan merah yang jatuh perlahan di trotoar basah. Uap teh hangat mengepul dari cangkirnya, aroma lembutnya bercampur dengan wangi kayu manis dan kopi dari sudut ruangan. Cahaya lampu temaram memantulkan siluetnya di kaca, menciptakan suasana yang tenang namun penuh dengan perasaan menunggu. Sesekali, ia mengangkat cangkirnya, membiarkan kehangatannya meresap ke telapak tangan yang terasa dingin oleh udara musim gugur.
Di luar, angin sepoi-sepoi menggoyangkan ranting pohon yang mulai meranggas, sementara langkah-langkah orang yang berlalu terdengar sayup. Di dalam, dentingan sendok dan suara obrolan pelan menjadi latar yang mengisi keheningan di antara detik-detik penantiannya. [Name] melirik ke arah pintu kafe setiap kali lonceng kecil di atasnya berbunyi, berharap sosok yang dinantikannya segera muncul.
"Maaf kalau membuatmu menunggu lama ya manies" Suara yang sudah lama tidak terdengar di telinganya. Pria itu duduk di hadapannya dengan memasang senyum yang lebih tulus di bandingkan yang dulu.
"Tidak masalah kok, aku senang melihatmu lagi.... Weko"
_______________________________________
Waw Weko, nama yang sudah lama tidak kudengar. Btw bagaimana ceritanya? Kuharap kalian puas. Karena aku tidak terlalu tahu menahu tentang toxic relationship jadi hasilnya alakadarnya. But, hope you like it!
Adios baby🫶
Kata: 1029

KAMU SEDANG MEMBACA
YTMCI X F.Reader|Oneshoot|
Teen FictionBasically oneshoot ytmci x reader Slow update ⚠Rule⚠ •No LGBTQ! •No lemon!