Ara POV
Semakin hari, bagian perutku terasa nyeri, bahkan aku sampai menangis menahan sakitnya. Oh ya ampun sampai kapan aku akan tersiksa seperti ini? Jika engkau harus mengambilku nyawaku, ambillah karena aku sudah tidak tahan
Aku meremas bajuku, melampiaskan rasa sakit yang kurasakan, untuk apa aku di rumah sakit dan di impus seperti ini tapi aku tetap merasa sakit?
Gak berguna!Air peluhku mulai bercucuran, membasahi dahiku, tanganku mulai dingin begitupun dengan ujung kakiku
"Sayang" tegur adam padaku, ya dia hampir setiap hari disini, tidur disini, makan disini, mandi disini. Dia hanya pulang untuk mengambil bajunya saja ataupun mengurus pekerjaannya setelah itu dia akan kembali.
Mungkin dia pikir ini hotel
Ckck, adam adam
Aku tersenyum melihatnya. Hanya melihatnya saja aku sudah merasa jauh lebih baik, apalagi kalau...
"Kamu kenapa? Kok keringetan? Sakit lagi?" tanyanya dengan nada khawatir. Aku pun hanya menggeleng, aku tidak ingin melihatnya sedih
"Terus? Kamu kenapa? Aku panggilin doktar eric ya?". Aku hanya mengangguk saja. Entahlah kenapa aku jadi geleng geleng ngangguk ngangguk gini, tapi untuk mengeluarkan suara saja aku tidak sanggup!
Sakit euy.
Adam menekan tombol di dekat ranjangku, dan mengusap rambutku-yang tipis-sambil tersenyum
Tok tok tok
Dokter eric masuk bersama suster, dia tersenyum padaku dan mulai memeriksa keadaanku. Mungkin dia tau apa yang terjadi denganku sekarang, karena dia telah menyuntikkan sesuatu pada lenganku
"Apa yang kamu rasakan?" tanya dokter eric
Dengan segenap kekuatan aku mengeluarkan suaraku "ja jauh lebih baik"
Dokter eric mengangguk.
Tiba tiba ponsel adam berbunyi. Adam mengambil dan melihat layar ponselnya kemudian beralih menatapku, aku yang mengerti langsung saja mengangguk seraya tersenyum
Adam pun bergegas keluar ruangan. Hm aku sudah banyak merepotkannya
"Ara, ada hal penting yang harus kamu ketahui" ucap dokter eric, terdengar serius. Aku hanya menatapnya seolah bertanya 'apa?'
Mungkin aku disini sedikit menggunakan bahasa 'kalbu'
"Penyakitmu, kita bisa melakukan transfusi lambung" ucap dokter eric
Aku pun berusaha mengeluarkan suaraku, "dok, sudahlah. Ku mohon" ucapku memohon. Kenapa sih harus melakukan transfusi? Memangnya lambungku ini uang? Kalau sudah ajal kenapa juga harus di tunda
Dokter eric menghela nafas "kamu tuh ya, kamu gak kasian lihat adam? Lihat anthea? Kamu gak bisa nyerah gitu aja dong. Aku akan mencarikan lambung yang cocok untukmu"
Aku memutar bola mataku malas. Tentu saja aku merasa kasihan kepada dua orang itu. Tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah takdirku. "Dok, cukup. Aku gak mau melakukan transfusi lambung!" tegasku padanya
Dokter eric memegang pelipisnya "terserah kamu saja".
Aku tak lagi menggubrisnya dan memalingkan wajahku. Untuk apa aku melakukan transfusi? Memangnya aku akan langsung sembuh total? Mustahil!
Dokter eric menghela nafas dan berlalu pergi dari ruanganku bersama suster yang bersamanya
***
Anthea POV
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY
RomanceBantu aku melupakanmu, maka secara perlahan aku akan pergi dari hidupmu selamanya, sorry