BAB 361 - 370

3 0 0
                                    

Daftar Isi =
Bab 361: Perangkap (1)
Bab 362: Pertandingan satu tembakan
Bab 363: Pertandingan satu tembakan
Bab 364: Pertandingan satu tembakan
Bab 365: Pertandingan satu tembakan
Bab 366: Maafkan aku, bro
Bab 367: Maafkan aku, bro
Bab 368: Maafkan aku, bro
Bab 369: Maafkan aku, bro
Bab 370: Shin Sang-yong

Bab 361: Perangkap (1)

Hall Plain, Ruang Pemanggil.

Di bawah kubah melengkung yang dikelilingi cahaya kelabu, sebuah altar persegi panjang ditempatkan di tengah ruangan.

Di altar abu-abu di tengah, malaikat cantik Seraph duduk diam tanpa gangguan. Satu-satunya yang bergerak adalah sayap putihnya, yang sesekali berkedip samar. Dengan mata terpejam, wajah termenung itu tampak terkubur dalam keheningan.

"Eh, kok bisa...."

Saat itu. Mata yang tertutup itu tampak berkedip sesaat, dan segera mata giok yang tersembunyi di dalam kelopak mata itu pun muncul sekaligus. Apa yang memalukan dari kenyataan bahwa mata Seraf memperlihatkan sedikit getaran.

"Mengapa sekarang...Kebangkitan api...."

Tampaknya cukup membingungkan. Seraf bahkan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, jadi sesekali terlihat mendung. Dalam waktu singkat, kepakan sayap yang lemah menjadi lembut tanpa ampun, dan suara yang keluar ditutupi dengan kekhawatiran tersembunyi yang disebabkan oleh air.

"Tidak..., masih terlalu pagi..."."

Namun dia segera menyadari bahwa dia tidak dapat berbuat apa-apa, dan wajah malaikat itu tampak sedih.

"Suhyun..."

Tak lama kemudian, nama seseorang keluar dari bibirnya yang halus. Meskipun aku tahu aku tak bisa mendengar, aku tahu aku tak bisa mendengar. Namun, suara itu mengandung perasaan putus asa.

Seraf kembali memejamkan matanya. Kemudian dia mengangkat kedua tangannya erat-erat, dan membuka mulutnya dengan suara pelan penuh kesopanan.

"Silakan buatlah pilihan yang bijak...."

*

Itu adalah momen putus asa.

Dan pada saat itu, tepat sebelum naga itu bertemu dengan kejayaan Victoria. Semuanya terhenti.

Jantungku berdebar-debar.

Detak jantung terasa sangat keras hari ini.

Suara yang baru saja kudengar...aku yakin...'

Tepat sebelum tabrakan, aku merasakan ledakan kekuatan laten yang dahsyat di hatiku. Namun, apa yang terjadi setelah itu jelas di luar kemauanku.

Dunia di mana waktu telah berhenti. Suara yang familiar namun asing yang bergema di dalam. Dan detak jantung yang bergetar hebat.

Tanpa sadar aku menutup mataku karena tiba-tiba semuanya jadi kacau. Tarik napas dengan tenang, lalu hembuskan lagi. Ulangi napas dalam-dalam untuk menenangkan kegembiraanmu. Baru setelah pikiranku agak tenang, aku bisa membuka mataku lagi, dan kemudian aku bisa sedikit memahami situasinya.

"Oh...."

Dunia tidak berhenti. Aku hanya salah mengira seperti itu saja. Sejak aku mendengar suara di dalam sana sampai sekarang, waktu terus berjalan. Hanya ada satu hal yang berhenti. Itu adalah garam naga yang terbang dalam api besar.

Jangan cuma duduk di sana. Hah. Dasar bodoh.

Cincin!

Kemudian, sekali lagi, suara di dalam sana bergema di kepalaku. Namun, tanpa sempat menjawabnya, aku dapat melihat jendela pesan muncul di udara di depan mataku.

Novel MEMORIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang