Sreeshh....
Bunyi air terdengar di kamar mandi. Nayla buang air kecil. Ia berjongkok sambil mendesis kecil ketika air kencingnya keluar dari vaginanya yang berbulu tipis-tipis. Mendadak ia berdesis lirih.
"Hemmm... ahhh," desisnya.
Tangannya reflek mengusap-ngusap vaginanya yang gatal. Badannya sudah berkeringat di tengah dinginnya malam. Ia dilanda ragsangan yang sangat hebat. Ia mau berteriak tertahan betapa gatalnya vaginanya malam ini.
Ibu alim itu terus bertanya-tanya mengapa vaginanya mendadak gatal? Mengapa gatalnya segatal ini? Mengapa ketika diusap mendatangkan kenikmatan yang tiada terkira? Ia terus bertanya-tanya sambil bergerak mondar-mandir di dalam kamar mandi dengan tangan mengelus-ngelus vaginanya. Terkadang juga ia memijat-mijat pelan vaginanya, Nayla bergelinjang keenakan sampai-sampai ia terpeleset di kamar mandi.
Bruuukkkk....
"Aduh...." Nayla berseru. Baju panjangnya sudah basah kuyup kecuali jilbabnya. Hampir saja kepalanya membentur kloset kamar yang ada di kamar mandi itu.
"Waduh, bagaimana ini, gamisku basah semua lagi." Nayla mengeluh karena dia tidak membawa baju ganti. Tujuan awal berlibur ke destinasi wisata hanyalah untuk setengah hari saja dan sore pulang. Tidak ada rencana menginap sehingga Nayla tidak membawa baju ganti.
Jubah panjang yang menutupi tubuh Nayla sudah basah kuyup. Bahkan celana dalam dan BH yang dipakai juga ikut basah kuyup. Maka mau tidak mau ia telanjang di dalam kamar mandi. Menyisakan jilbabnya yang tidak terkena air.
Sekilas ia melihat tubuhnya di cermin. Kamar mandi di hostel itu disertai cermin panjang. Payudara yang besar dan membusung. Tubuh yang indah, putih, dan mulus. Vaginanya yang tembem dan memerah di garis tengahnya. Nayla semakin sange melihat tubuhnya sendiri di balik cermin. Sepintas gadis alim itu lupa kalau dia sudah tidak memiliki selembar kain untuk menutupi tubuh indahnya selain jilbab yang menutupi bagian kepalanya saja.
***
Pak Junet yang dari tadi menunggu dan menghitung berapa lama Nayla di dalam kamar mandi akhirnya melanjutkan pada tahapan rencana selanjutnya. Ia langsung berlari ke arah Nayla. Menghampiri Nayla yang ada di dalam. Pak Junet mengetuk pintu dengan tergesa-gesa.
Tokkkk Tokkkk....
"Bu, tolong cepat, Bu. Saya kebelet kencing, Bu. Pleaseeee."
Nayla yang ada di dalam kaget. Mendadak panik. Nayla membuka sedikit pintu.
"Iya, tunggu sebentar ya, Pak," jawab Nayla di balik pintu. Wajahnya panik.
"Bu, ayo cepat keluar bu, saya sudah tidak tahan nahan pipis dari tadi. Masalahnya Bu Nayla sudah hampir satu jam di kamar mandi. Di luar hujan deras. Saya tidak bisa kencing di luar sana." Pak Junet kembali mendesak. Suaranya seolah benar-benar kebelet kencing.
"Sabar ya Pak. Pak, saya habis terjatuh di dalam kamar mandi. Baju saya sudah basah kuyup. Tolong bantu pinjemin baju ganti dulu ke pemilik hostel ya, Pak," pesan Nayla kepada Pak Junet. Ia hanya membuka sedikit pintu kamar mandi, lalu kepalanya ia keluarkan sedikit.
"Maaf, Bu, saya sudah tidak kuat nahan." Pak Junet sudah mendorong pintu kamar mandi. Kakinya melangkah masuk dengan tergesa. Lalu mengangkat sarungnya. Dan mengeluarkan penis besarnya.
"Eh, Pak," protes Nayla.
Tapi apa mau dikata. Pak Junet sudah menutup kembali pintu kamar mandi dengan kakinya. Mendadak Nayla terkaget-kaget. Penis besar itu langsung mengeluarkan air seni. Besar. Tegang. Hitam. Dan berurat. Mata Nayla terbelalak. Rangsangan dalam dirinya kembali menguasai tubuhnya. Ditambah lagi ia dalam keadaan telanjang berdua.
Dalam satu lirikan Pak Junet hampir pingsang melihat pemandangan yang terpampang indah di depannya. Postur tubuh yang ideal. Kulit putih dan halus. Gunung kembar yang membusung. Vagina yang merah muda. Ditumbuhi bulu jambut yang tipis-tipis.
"Benarkah ini?" reflek Pak Junet yang menyaksikan pemandangan indah menantang di hadapannya.
"ASTAGFIRULLAH!" Nayla langsung menutup payudara dan vaginanya dengan kedua tangannya. Tangan kanannya untuk menutup payudara dan tangan kirinya untuk menatap vaginanya. Namun percuma. Pak Junet tetap dapat melihat dengan jelas dua buah yang tergantung di dada Nayla dan vagina tebal dan merah merona.
"ASTAGFIRULLAH!, Pak, tolong keluar, Pak. Tolong bantu saya pinjamkan baju ganti ke penjaga hostel itu." Hardik Nayla setengah teriak dan setengah panik.
Pak Junet masih membisu bahkan tidak mendengar apa yang Nayla ucapkan. Bagi Pak Junet, Nayla adalah perempuan alim, terhormat, dan ideal yang menjadi dambaan para laki-laki. Tapi keberuntungan benar-benar memihak kepadanya. Ia disuguhkan gadis idaman dan gadis itu kini telanjang bulat di hadapannya. Ini benar-benar berbeda dengan tubuh para pelacur yang ia beli di luar sana.
"PAK, TOLONG KELUAR, PAK. TOLONG BANTU SAYA PINJAMKAN BAJU GANTI KE PENJAGA HOSTEL." Nayla mengulangi perkataannya dengan suara yang lebih meninggi.
"Indah, Bu, tubuhnya. Memeknya tebal dan merah. Pantatnya bohay. Payudaranya masih kencang. Kontol saya mendadak tegang." Pak Junet langsung membuka sarung dan bajungya.
Pipi Nayla merah merona karena malu bercampur marah. Pelan tapi pasti Nayla melirik batang kontol raksasa Pak Junet. Lalu memalingkan diri karena marah sekaligus malu. Ia merasa sudah dilecehkan. Sebagai wanita terhormat ia tidak pernah diperlakukan seperti itu. Ia benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai agama tentang bagaimana menjaga batasan antara laki-laki dan perempuan. Bagaimana menjaga batasan muhrim dan memaksimalkan menjauhi hal-hal yang berpotensi maksiat.
Nayla juga menjunjung tinggi nilai-nilai kesetiaan. Menempatkan diri sebagai perempuan baik yang menjaga perasaan suaminya. Membatasi mata dari memandang sesuatu yang membuat dirinya tergoda dan berpaling dari suaminya. Menjaga tubuhnya dari jamahan laki-laki selain suaminya. Ia juga tidak pernah menyaksikan kemaluan laki-laki selain suaminya.
Ketika diajak nonton film porno Nayla pasti menolak dengan alasan tidak diperbolehkan oleh hukum agama. Ketika diminta untuk menyepong Nayla selalu menolak karena jijik. Tapi bagaimana mungkin kali ini ada orang baru yag mendadak memamerkan penis di hadapannya. Besar banget lagi.
Ditambah lagi mereka bertelanjang bareng di ruangan tertutup. Perpaduan antara sensasi berdua di dalam kamar mandi tanpa busana, penis rakasasa Pak Junet yang menggoda, dan obat perangsang yang membuat vaginanya gatal tak karuan membuat alam bawah sadar dan naluri kewanitaan Nayla meminta penuntasan untuk dipuaskan. Dia adalah seorang perempuan yang juga memiliki sisi manusiawi yang dilengkapi seperangkat nafsu dan birahi.
Maka malam itu, batin Nayla mengalami peperangan yang sangat dahsyat. Akankah ia terjatuh dalam pelukan Pak Junet dan disetubuhi sampai puas? Atau tetap menjaga mahkota kehormatannya yang hanya boleh dinikmati oleh suami tercintanya.
Tapi tidak bagi Pak Junet, ia tidak akan bermain kasar. Ia akan mendesain Nayla menjadi wanita yang haus penis. Ia akan menjadikan Nayla binal dan merengek meminta batangnya. Ia akan membuat Nayla berubah dari wanita alim dan berpendidikan menjadi wanita gila kontol. Dan itu akan dilakukan dengan pelan-pelan sesuai dengan rencana.
Pak Junet tersenyum licik menyaksikan pipi merah Nayla yang disergap rasa malu, marah, birahi, dan harga diri. Semuanya bertarung dalam batin Nayla.
Sementara dari tadi, setelah meminum teh hangat yang dibubui obat perangsang itu, setelah melihat tubuhnya di balik cermin, setelah melihat kontol besar Pak Junet, setelah mereka telanjang bersama di ruangan tertutup. Memeknya yang gatal sudah basah dan meminta diobok-obok sebatang kontol perkasa.
Tapi akal pikirnya terus menahan karena dia menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kesetiaan terhadap suami tercintanya.[]
Lanjut bagian 3
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA DEWASA (NAYLA ISTRI ALIM YANG TERGODA)
FantasyNaskah ini ditulis sejak tahun 2019 namun di tahun 2024 ini saya baru berani mempublikasikan. Naskah ini diangkat dari kisah nyata dari seseorang wanita yang datang menceritakan kegagalannya dalam membangun rumah tangga. Karya ini menceritakan seora...