Keesokan harinya, kelima sahabat itu kembali turun ke lapangan. Mereka melanjutkan penyuluhan lagi dan lagi, sambil melakukan sidak ke rumah-rumah untuk memastikan masyarakat mematuhi aturan dan peduli terhadap lingkungan. Meski lelah, mereka melakukannya dengan tulus.
Sadara dan Tanaya kali ini ditugaskan melakukan sidak di perumahan mewah yang terkenal asri. Meski keadaannya tampak lebih baik dibandingkan area lain, perumahan ini juga terkena dampak kerusakan lingkungan.
"Kak Sadara, sepertinya kesadaran masyarakat perumahan ini sudah bagus. Hanya saja, mereka tetap terkena dampak karena wilayah sekitarnya yang belum terjaga" kata Tanaya.
Sadara mengangguk setuju "Iya, mau bagaimana lagi. Kita masih satu wilayah. Selanjutnya, kita pergi ke desa sebelah, ya. Sepertinya kita juga akan bertemu dengan Bayu di sana" ujar Sadara sambil tersenyum tipis.
Di balai desa, suasana penyuluhan yang dilakukan Bayu cukup ramai dan agak ricuh. Bayu yang melihat kondisi ini akhirnya menenangkan masyarakat dengan ancaman halus yang mengejutkan.
"Baik, jika terus seperti ini, saya akan kirim dokumentasi ke pemerintah kota dan melaporkan bahwa masyarakat di sini sulit diatur. Itu artinya, pemerintah bisa mendenda kalian semua" ucap Bayu dengan nada tegas.
Suasana langsung kondusif. Bayu tersenyum, senang melihat warga yang kini mulai memperhatikannya. Ia melanjutkan penyuluhan dengan tenang. Setelah menyampaikan poin-poin penting tentang menjaga kebersihan lingkungan, Bayu memberi kesempatan untuk bertanya. Tiba-tiba, seorang anak kecil mengangkat tangan dan berteriak.
"Kak Bayu, mau nanya!" Anak itu tampak antusias, membuat Bayu menghampirinya.
"Mau nanya apa, Dek?" tanya Bayu ramah.
"Kak, gimana caranya memilah sampah? Tadi adik enggak dengar" ucap anak itu dengan polos.
Bayu mengangguk, menjelaskan dengan sabar "Adik lihat sini, ya. Sampah itu ada dua jenis, yaitu organik dan anorganik. Sampah organik berasal dari alam dan bisa membusuk, seperti daun, kulit buah, ranting, dan sisa makanan. Sedangkan sampah anorganik sulit terurai atau membusuk, contohnya plastik, kaleng, dan kaca. Adik paham?"
Anak itu mengangguk-angguk, tampak mengerti "Sudah, Kak Bayu. Terima kasih!" katanya dengan senyum ceria.
Melihat itu, Bayu tersenyum puas, lalu mengumumkan hal penting yang kembali membuat suasana agak ricuh.
"Saya dan rekan saya akan melakukan sidak ke setiap rumah untuk memastikan masyarakat benar-benar mempraktikkan apa yang sudah saya sampaikan. Ini instruksi dari pemerintah agar lingkungan tidak semakin rusak. Jika ada pelanggaran, tentu akan ada sanksi" kata Bayu dengan tegas.
Di depan balai desa, Sadara dan Tanaya yang mendengar pengumuman Bayu saling terkekeh.
"Kak Bayu ternyata hebat juga dalam mengancam, ya! Semoga warga di sini benar-benar mau mengikutinya, kalau tidak tamatlah mereka" ucap Tanaya sambil tertawa kecil, sementara Sadara ikut tertawa dan mengangguk setuju.
Di desa lain, Yudha dan Harjana juga melakukan sidak. Namun, situasi di sini lebih rumit. Banyak warga yang melanggar aturan dan memberikan alasan yang membuat Yudha semakin marah. Ketika Yudha menegur seseorang yang membakar sampah, bukannya mendapat pengertian, ia malah dimarahi balik. Hal ini membuat Yudha tidak punya pilihan selain memberikan sanksi pada beberapa warga.
Yudha menoleh pada kepala desa yang menemani mereka "Pak Kepala Desa, tolong kumpulkan semua masyarakat di balai desa sekarang!" perintah Yudha dengan nada menahan amarah. Kepala desa segera mengangguk dan menyiapkan panggilan bagi warganya.
Di balai desa, Yudha menenangkan dirinya sejenak, meminum air, dan menarik napas dalam-dalam. Harjana diam di sampingnya, tidak berani mengganggu. Setelah semua warga berkumpul, Yudha berdiri dan menyampaikan tegurannya dengan tegas.
"Bapak dan Ibu yang saya hormati, kami di sini melakukan tugas mulia untuk menyelamatkan lingkungan kita. Seharusnya, bulan ini sudah memasuki musim hujan, tetapi curah hujan semakin sedikit. Udara semakin panas, oksigen menipis. Apakah kalian tidak merasakan sesak? Saya harap kalian mulai sadar akan pentingnya menjaga lingkungan" ujarnya tegas.
Ia melanjutkan dengan instruksi yang jelas "Untuk hari ini, saya berikan waktu tiga hari bagi kalian untuk membersihkan dan memilah sampah. Selain itu, kalian harus menanam pohon yang bermanfaat, seperti pohon buah-buahan atau pohon yang bisa menyerap karbon dioksida, seperti beringin dan kalian harus menanam 25 pohon. Tiga hari lagi, saya akan kembali untuk inspeksi. Jika ada pelanggaran, sanksi tetap akan diberikan. Jadi, jagalah lingkungan desa ini"
Harjana mendekati Yudha setelah pidato itu selesai, lalu berbisik "Kak Yudha, kau sudah bekerja keras hari ini"
Yudha menoleh dengan senyum kecil "Sepertinya aku harus tegas seperti ini setiap hari agar masyarakat mau mendengarkan kita" balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Penjaga: Memulihkan Alam Yang Hilang
FantasíaDi sebuah wilayah kecil yang dulunya subur dan nyaman, kini terjadi kehancuran akibat ulah manusia. Udara menjadi beracun, tanah tandus, hujan jarang turun, dan ruang bebas semakin menipis akibat kepadatan penduduk. Kehangatan sulit ditemukan karena...