🚫 A N O Z 25 🚫

223 5 0
                                    

           Tiba-tiba saja, tanpa di duga-duga Gabriel memacu kudanya dengan kencang kerah barat dimana Oscar tengah tersenyum manis diantara Padang rumput yang terbentang tanpa batas. Lingga terkejut dan berteriak, menyerukan nama kakaknya karena tak ingin kalah.

           Tak berbeda dengan Gabriel, Lingga segera memacu kudanya tak kalah cepat dari Gabriel hingga dirinya dapat mensejajarkan kudanya dengan Gabriel.

           Wajah mereka saling bertemu di ujung mata, sekelebat bayangan yang terus mencoba mendominasi.

           "Hiya!" Lingga kembali memacu kudanya.

           "Menyerah saja, kebanggan Von Hunberd!" Gabriel menyulut dan segera meninggalkan Lingga di belakang dengan dada menggebu-gebu.

           "Dalam mimpimu, kesayangan Von Hunberd!"

           Dan dalam sepersekian detik saja Lingga memacu kudanya kencang, menyusul ketertinggalan yang tak jauh selisihnya. Hamparan Padang rumput luas menjadi saksi betapa bersemangatnya Lingga saat ini, bahkan angin yang berhembus kencang menerpa wajahnya Lingga dapat melihat ambisi diantara dua manik mata merahnya.

           Menyesatkan.

           Dunia tak adil, membuat siapa saja tak sempat berpikir. "Apa ini terakhir?" Berkali Lingga berpikir, matanya menunjukan ambisi untuk segera menang seolah akan memusnahkan apapun yang terjadi.

           Obsesi tak henti yang terus menguar dari diri Lingga membuatnya menyesatkan diri, "Aku menang!"

           Lingga berseru dengan senyum yang mengembang, dia menunggu kakaknya segera datang. Tetapi kakaknya tak kunjung menyusulnya membuat Lingga menolehkan kepala, melihat kakaknya yang telah terjatuh dari kuda sembari memegangi dadanya.

           "Kakak!"

           Lingga menjatuhkan ekspektasi akan kemenangan, kakaknya seperti tak berhati-hati dalam menjaga diri. Dengan langkah tergesa Lingga memacu kudanya menuju sang kakak, dalam beberapa langkah Lingga segera turun dari pelana.

          Gabriel kembali tertidur di atas ranjang pesakitan, kakinya terasa kaku dan seluruh tubuhnya membisu. Kini dia telah tersesat diatas semua yang terjadi, kenapa ini dapat terjadi?

           "Kakak ... Kuharap semua dapat kembali lagi."

           Setelah dua hari terlewati sejak perkerocoan kuda yang Lingga lakukan, keluarganya tak mengizinkan dia keluar dari rumah. Tak membiarkan dirinya meluapkan emosi, membuat Lingga tak tahu lagi cara yakinkan dirinya sendiri.

           HIATUS

[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang