Gabriel menyempitkan mata, menatap adiknya penuh selidik. Tatapan yang membuat adiknya bergerak gelisah di tempatnya berdiri. Gabriel merasa adiknya memang demikian, adiknya selalu melihat yang terbaik dari sisi seseorang ia tak percaya bahwa orang yang ia kenal bisa bersikap buruk atau licik. Sejak dulu selalu begitu.
Berbeda dengan dirinya yang bersikap praktis dan realistis, Gabriel meniru optimisme yang terlahir dari dirinya sendiri. Iya selalu percaya ada harapan bahkan situasi yang paling buruk dalam hidup seseorang, Gabriel memandang aneh mata adiknya yang terpaku dan begitu dalam.
Secangkir coklat panas dengan bubuk kayu manis terhidang di depannya, hujan gerimis menambah kesan hangat di tangan Gabriel yang memegang lembut gelas berisi coklat panas.
"In another life, I will love you more than I do now.
And I will devote my whole life to that love."Astaga, tidak pernah ada quotes dalam satu gelas yang terlihat begitu menggambarkan perasaan Gabriel saat ini, benar-benar dapat membuat hati Gabriel lebih tertohok daripada yang baru saja dibacanya, dia menatap gelas putih yang baru beberapa saat lalu ditiup karena asap mengepul dari coklat panas. Tulisan yang berada di gelas putih itu entah kenapa membuat Gabriel merasa tak nyaman.
Dengan gerakan cepat Gabriel memutar gelas situ ke arah lain, membiarkan tulisan itu menghilang dari pandangannya.
"Terus, bagian cerita ini kudapat dari max yang pernah mendengar cerita versi Isabella dari mulut Isabella sendiri!" katanya.
Gabriel mengangkat alisnya, oh, astaga ... Dia tidak fokus mendengarkan cerita adiknya. "Lalu? kenapa bisa begitu?" Gabriel menanggapi.
"Entahlah, katanya Isabella mengungkapkan dendamnya terhadap keluarga van osch. Sumpah, bener-bener tak menyangka ternyata Isabella memiliki perasaan seperti itu!"
"Van ... Osch?"
Sebuah dentuman benda tumpul terngiang dalam telinga Gabriel, pikirannya menjadi amburadul dan terlempar ke segala arah. Tak berbentuk, namun, Gabriel jelas melihat wajah laki-laki itu. Laki-laki yang seharusnya telah mati.
•°•°•° SEASON 2 : IN ANOTHER RANGE BETWEEN.°•°•°•
Dalam buku usang yang seharusnya sudah terbakar, aku tulis cerita bahwa akhirnya Dylan meninggal di tangan para prajurit bawahan Sersan Treed drect. Mereka tak memberinya makan, mereka memukulinya segenap tenaga, membuatnya menjadi pelacur pemuas anjing dan hewan ternak, membuatnya kesakitan mental dan fisik hingga tak dapat bertahan hidup. Jasad Dylan diantarkan ke rumah, dinyatakan meninggal di dalam penjara karena telah mengganggu Putri keluarga direktur dan berani menyusup ke rumah keluarga itu.
Bawahan sersan Treed Drect memberi keterangan palsu, dan tentunya keluarga Dylan tak percaya. Dengan segala bukti kekerasan dan pelecehan di tubuh Dylan membuat keluarga itu melaporkan tingkah tak beradab sersan Treed Drect, sayang beribu sayang semua itu dianggap tudingan, dan keluarga Dylan mendapat imbasnya.
Gabriel Von Osch tak gak melihat kematian dan proses penguburan adik bungsunya, dia mulai sakit-sakitan, hanya mampu menangis dan menjerit-jerit hebat dari dalam kamarnya. Dia menghukum diri dengan menolak makan dan minum, dia tidak ingin sembuh karena merasa bersalah pada Dylan. Padahal sedari awal Dylan yang salah, sejak kelahiran anak itu.
Semua kesialan berawal dari lahirnya Dylan, jika Dylan tidak lahir maka posisiku sebagai anak bungsu tidak akan tergeser. Jika Dylan tidak lahir posisi Gabriel--kakakku tidak akan lengser dari calon pewaris. Jika Dylan tidak lahir, keluarga kami akan tetap berjaya sebagaimana mestinya.
Ada sebuah kiasan yang berkata jika pemberi racun membawa penawar, setelah banyak usaha yang aku lakukan untuk menyingkirkan Dylan akhirnya aku bisa menyingkirkannya. Tetapi ada timbal balik yang terjadi atas apa yang aku lakukan, dan seharusnya hal ini tidak pernah terjadi.
Sejak kematian Dylan, kakakku--Gabriel selalu terlihat marah, gusar, depresi, dan mengusir siapapun yang datang ke rumah, Dia benci orang-orang berwajah Melayu, Dia benci keluarga yang berbahagia. Namun, yang paling parah dia sering menyakiti dirinya sendiri.
Berulang kali aku mendengar dia berteriak, "DYLAN! DYLAN! MAAFKAN KAKAK TAK DAPAT MENJAGAMU!"
Teriakan pilu yang kudengar setiap malam, dan setiap kali dia berteriak aku selalu ketakutan. Tidak ada satu orang pun yang berani mendekatinya selain aku, semuanya berkata jika kakak sudah gila. Siapapun yang mendekatinya akan diserang seolah orang itu adalah musuh yang ditunggu-tunggu tak ayal aku pun selalu diserang ketika mendekat.
Tak habis pikir bagiku, kenapa Dylan selalu saja merusak?
Semua orang tidak tahu bahwa aku sangat merindukannya, aku merindukan kakakku yang sudah seperti malaikat pelindung, aku rindu senyumnya yang bagai rembulan, aku rindu tangan dingin kakak yang mengelus lembut pucuk kepalaku sembari menyanyikan lagu. Terkadang aku menyesal kenapa tak aku bunuh Dylan ketika masih dalam kandungan? Dengan begitu kakak tidak akan memiliki kenangan yang menyakitkan dengan si brengsek itu.
Orang berkata kesan pertama mereka terhadap kakakku adalah hangat namun dingin, memang ucapan kakakku terkadang terasa begitu dingin. Walaupun begitu sikap serta tingkah lakunya begitu hangat pada siapapun tanpa terkecuali, dia adalah sosok paling sempurna yang pernah aku lihat dalam hidupku.
Tak seperti kesan yang selama ini didapat orang lain pada kakakku, aku merasa kakak tidak pernah seburuk itu. Mereka bilang kakakku adalah pria pelacur yang melebarkan kakinya demi secarik uang serta ketenaran, tak pernah satupun ucapan mereka terbukti karena itu aku tak pernah percaya. Bahkan jika, kakakku memang seburuk itu aku akan tetap mencintainya.
Aku masih ingat dengan jelas ketika kakakku meminta pada mama dan papa untuk belajar di rumah saja, dan aku tahu dengan jelas alasannya. Dia merasa frustasi dan depresi jika belajar di sekolah, semua orang mencaci maki dirinya atas apa yang tak pernah dia lakukan, namun, orang tuaku menolak mentah-mentah. mereka berharap kakak bisa bergaul dengan anak-anak lain demi kehidupan sosialnya di masa mendatang.
Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada kakak di sekolah selain aku, mama dan papa hanya berpikir jika kakak tidak memiliki teman di sekolahnya yang sekarang karena itu mereka memindahkan kakak ke sekolah lain yang jaraknya dua kali lipat lebih jauh. Namun syukurnya kakak mulai banyak berbicara setelah kepindahannya, dia tertawa amat riang yang seperti anak kecil yang bercerita pada kakak laki-lakinya jika berada di dekatku.
Sayangnya aku terlambat sadar, jika ternyata kakak tidak pernah sebahagia itu. Aku tak sadar segala gundah yang dia rasakan di sekolah dan di rumah, hingga akhirnya kepribadian lain dari kakak terbangun. Keluarga kami membawa kakak ke psikolog, dan kepribadian lain dari kakak bernama S.
Walaupun hanya satu huruf, tetapi kepribadian lain dari kakak yang terbangun dapat membuat banyak huruf mati. Tingkahnya yang brutal sangat jauh berbeda dengan kakak yang lembut, dia bukan kakakku. Dia hanya kepribadian kakak yang terbangun Karena keteledoran Mama papa Dan diriku.
Sejak saat itu situasi di rumah sangat kaku, semua lebih pendiam dari biasanya. Dan di saat-saat seperti ini lahirlah Oscar, bencana yang tidak seharusnya datang.
2 tahun setelah kematian Dylan lahirlah Oskar, walau dia membawa pengaruh baik terhadap kakakku dia tetaplah bencana. Aku ingin membunuhnya.
------±-------
Halo semuanya!
Selamat datang di season kedua Gabriel Von Hunbergh, dalam season ini rahasia yang begitu membingungkan di season 1 mulai akan terungkap. Dan seperti yang kalian tahu jika cerita ini atau season ini masih diperankan boleh Gabriel tetapi dalam sudut pandang tokoh lain.
Semoga kalian dapat menikmati season kedua melebihi season pertama, untuk update cerita ini masih dalam peninjauan mencari lowongan waktu. Mungkin akan update pada setiap hari Minggu. Nantikan kelanjutan cerita ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUS
Fiksi RemajaDijadikan bungsu kesayangan ✖️ Dijadikan Ibu dadakan ✔️ [OPEN SEASON 2!] [Oh, alur cerita ini begitu lambat ... Dan kisah di mulai pada bab 3, bab 1-2 masih terbilang kisah anak kecil yaitu Angga. Kalian bisa langsung baca 2 Chapter sebelum Bab 3 {M...