23 : Rose garden

11.9K 526 30
                                        

Hay beb ayo vote dulu💋💋💋

Happy reading

🧊🧊🧊

Anila tidak jadi ke kampus, tadi ia mengabari Ara dan meminta diizinkan hari ini.

Tadi, Anila tidak sengaja melihat taman bunga di pinggiran jalan yang ia lewati, di sebuah taman yang di penuhi bunga-bunga yang sedang mekar bersamaan itu Anila hanya duduk sendirian. Hanya sedikit orang yang berada disini, sepertinya banyak yang tidak tahu karena jalannya memang jarang di lewati para pengendara roda dua maupun roda empat.

Duduk lesehan di atas rumput hijau, tangan Anila terulur menyentuh bunga mawar cantik di dekatnya. Anila tidak tega memetiknya sembarangan meskipun mau karena itu akan membuat bunga nya kesakitan, ia sangat-sangat menyukai bunga, terlebih Rose, itu benar-benar cantik.

"Nanti gue ajak siapa yah kalo kesini? Kira-kira siapa yang bakal jadi orang spesial buat gue nanti? Hm, tapi kayaknya itu masih lama sih." beo Anila. Tangan nya masih mengelus lembut bunga Rose yang sudah tumbuh mekar dan cantik, "Nanti gue balik lagi kesini, tapi nanti gue sama seseorang yang kehadirannya penting banget di hidup gue, lo tetep disini tungguin gue yah."

Seolah bunga itu mendengarkan ucapannya, Anila terus berbicara pada bunga-bunga itu, "Gue gamau petik lo sembarangan, gue takut lo kesakitan. Jadi semoga aja nanti seseorang yang gue maksud, yang nanti bakal gue ajak kesini, dia tuh orangnya peka-an biar nanti gue di beliin bunga-bunga cantik kayak lo."

"Khem!" Anila mendonggak melihat siapa yang berdiri menjulang tinggi di hadapan nya.

"Sendirian?" lanjutnya. Anila hanya mengangguk.

"Boleh ikut duduk?" kata orang asing itu lagi.

"Duduk aja, disini gaada larangan 'kan? Kalo maksud lo duduk itu duduk nya di pangkuan gue, itu baru di larang." sahut Anila, dengan dagu yang menunjuk tempat kosong di depannya.

Pemuda itu tertawa sebari menepuk-nepuk dahulu atas rumput yang akan ia duduki, "Bisa aja." tak ayal Anila ikut tertawa mendengar tawa menular pemuda asing itu.

"Boleh kenalan?" pemuda dengan dengan bibir yang tidak lepas dari senyuman itu kembali bersuara dengan intonasi yang sangat sopan.

Anila mengangguk sebari tersenyum, "Boleh."

Pemuda itu mengulurkan tangan, "Alvaro Satya Wiguna, nama kamu?"

Uluran tangan Alvaro dibalas oleh Anila, "Anila Reevatya."

"Mau temenan?" Anila mengangguk, "Boleh."

Pemuda itu, Alvaro, kembali berucap, "Sekarang kita resmi temenan, aku temen kamu, kamu temen aku, udah deal." sebuah senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya.

"Iya, Varo." gemas Anila dengan nada panjang di akhirnya.

"Kenapa sendirian?"

Mendengar pertanyaan itu, Anila berfikir sejenak, "Karna gaada temen."

"Kamu statusnya sekarang apa?" Anila sempat bingung, "Maksud aku, kuliah atau kerja?" Varo kembali meralat dan menjelaskan pertanyaannya.

Anila ber-oh ria, "Kalo sekarang sih gue masih kuliah, lo sendiri?"

"Sama, aku juga kuliah, terus kenapa kamu sekarang disini, gak masuk kuliah atau emang gaada kelas?"

Anila terdiam sebentar, "Ada kelas sih, tapi gue udah ijin, lo sendiri kenapa coba ada disini gak kuliah?" Anila membalikan pertanyaan Varo.

Accidental MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang