Bab 9 - Cameron like a Demon

0 0 0
                                    

🗡🗡🗡

Apa itu penjaga istana?

Jika benar, itu artinya pelarianku malam ini dalam masalah besar. Terlebih lagi... Bisa saja aku lagi-lagi gagal.

"Hey! Sedang apa kau di sana?" tanya salah satu penjaga istana yang berjumlah dua orang tersebut.

Kenapa bisa-bisanya disaat sudah mencapai titik cerah, malah harus kembali gelap? Sialan!

Mereka mulai berjalan mendekatiku dengan langkah cepat. Kain putih yang kujadikan tas layaknya selempang itu kusembunyikan di balik punggung. Jangan sampai mereka melihatnya.

"Nona Lily? ... Sedang apa kau disini?" tanyanya bingung. "Emm... Anu..." gumamku yang kembali tak terkontrol dengan bahasa indonesia.

"Emm... Aku ingin mencari udara segar diluar," ucapku sambil tersenyum---berusaha meyakinkan mereka. Namun, tampaknya jawabanku membuat mereka tidak mudah percaya.

Dua penjaga itu mulai saling melirik satu sama lain, membuatku was-was. "Tapi... Apa yang kau bawa itu? Sepertinya aku..." ucapnya yang langsung ku potong.

"Aku butuh asupan yang cukup untuk menambahkan gizi dalam tubuhku!" sahutku. Dan... Beruntungnya mereka percaya.

Dua penjaga yang aku tak tahu namanya itu pun mengangguk-angguk. "Ya, itu memang wajar jika gadis sepertimu membutuhkan waktu dan asupan makan yang banyak." gumamnya yang sedikit kucurigai.

"Apa?"

Aku yang bertanya justru mendapatkan tawa ejekan dari mereka. Sh*it! Sungguh aneh! Rasa-rasanya penjaga dan pelayan di istana ini semua sama-sama gila.

"Apa maksud kalian, Sampah!" bentakku yang membuat mereka terkejut. "Hahaha... Wajar sekali jika nona Lily harus berelaksasikan diri. Sebab dirimu membutuhkan ketenangan demi mendapatkan kesehatan mental yang baik.”

Eh?

Kesehatan mental apanya, woi! Tapi benar juga. Aku memang akan mencari ketenangan yang damai yaitu dengan kabur. Dan sekarang lihat! Rencanaku tergagalkan karena dua orang penjaga yang mulai kurang ajar ini.

"Jaga ucapanmu!"

"Maaf putri tertua yang terhormat, tapi memang begitulah kenyataannya. Tubuhmu yang kurus dan tidak terawat seperti ini memang butuh perawatan maksimal untuk membuatnya terlihat sehat kembali. Hahaha..."

Heh, bangsat!

Mulut-mulut mereka ini sungguh membuatku kesal. Tanpa basa-basi aku pun mengambil satu buah dari dalam kain putihku dan ku sumpal ke mulut mereka satu per-satu.

"Kalau bicara itu dijaga! Apa kau tidak tahu sedang berbicara dengan siapa, hmm?!" ucapku sedikit melotot dengan tangan kanan mengepal hendak menonjok pengawal yang berbicara tadi.

"Untuk apa takut denganmu? Kau bahkan disini tidak dianggap oleh semua orang. Jadi untuk apa kami takut?" sahutan salah satu penjaga yang sedari tadi hanya tertawa.

Aku yang mendengar itu spontan langsung menampar wajahnya dengan keras. Bahkan sampai terasa sedikit ngilu di telapak tangan.

"Aww!" rintihnya dengan wajah merah padam. Kedua matanya bahkan melotot menatapku.

"APA? MAU MARAH? MARAH AJA, SETAN!"

Sungguh, rasanya aku ingin menggorok lehernya malam ini juga. Dengan tidak sopannya ia memarahiku setelah menghina seorang putri?

"Aaargghhhh!!" teriaknya sambil mengangkat salah satu tangannya dan berancang-ancang hendak memukul.

Aku yang menyadari itu seketika mengangkat kedua tangan untuk menyilang dan melindungi kepalaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMMORTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang