•27•

933 169 13
                                    

jangan lupa vote komen yaa

tandai kalo ada typo, soalnya belum sempat di cek lagi

selamat membaca

~•~•🌙•~•~

"DASAR JALANG, KAU APAKAN CUCUKU!!" teriak seseorang membuat tubuh Sisil menegang

Teriakan itu sontak membuat Sisil terkejut bukan main, tubuhnya sedikit bergetar. Suara ini, suara yang paling dia benci.

"Menyingkir kau." orang itu menarik dan menghempaskan tubuh Sisil hingga terjatuh ke lantai

Sisil menatap tajam pria paruh baya itu. Ayah dari perempuan yang dia benci, Andira.

"Ada apa Kek?" tanya Dirta yang mendengar teriakan itu di susul Fanda di belakangnya.

"Kau lalai menjaga Keponakanmu sendiri Dirta." desis pria itu

"Maafkan aku," Dirta menunduk dengan perasaan bersalah.

Pria di depannya ini adalah Ayah dari Kakak Iparnya yang otomatis dia adalah Kakek Ragas dari pihak Ibu. Dia bernama Galuh Triando. Beberapa tahun ini setelah kematian putrinya dia memang pergi untuk mencari cucu tunggalnya. Namun ketika besannya mengatakan jika mereka sudah menemuka Ragas denga cepat pula Galuh langsung pergi ke sini. Tapi apa yang dia dapatkan? dia malah melihat cucu nya di sakiti oleh perempuan yang menjadi penyebab putrinya meninggal dunia.

Galuh menatap tangan Ragas yang kini sedikit melepuh karena sendok panas yang Sisil letakkan. Dirinya memandang sendu Ragas yang kini menatapnya dengan mata mirip mendiang putrinya.

Galuh dengan hati yang bergetar memeluk tubuh Ragas dengan erat. Tak terasa setetes air mata turun dari mata yang biasanya hanya menunjukkan raut dinginnya saja.

Setelah itu dia melepaskan pelukannya dan membawa Ragas pergi dari dapur untuk mengobati luka di tangan cucunya.

Tersisa Dirta, Fanda dan juga Sisil di dapur. Sisil memandang kedua pemuda itu dengan sinis sebelum melangkah pergi. Dirinya harus mengubah rencana sekarang. Tak ayal, dia memang sedikit takut dengan Galuh karena dulu pria paruh baya itu pernah membuat kakinya patah sampai membuat dirinya tak bisa berjalan dengan normal cukup lama

"Sisil, Sisir rambut kali ya Dir? sok kecakepan banget najis itu tante-tante." julid Fanda

"Lu suka? deketin aja." kata Dirta sambil berlalu pergi meninggalkan Fanda yang syok

"Gue? suka? najis, amit-amit." Fanda mengeluarkan ekspresi berpura-pura muntah dan bergidig ngeri sebelum menyusul Ragas.

...

Di ruang tamu sudah ada Dokter yang datang  untuk mengobati Ragas yang kini ada di pangkuan Galuh. Setelah selesai Dokter itu pamit undur diri.

"Mau Om Dilta." cicit Ragas yang mulai memberontak. Dirinya sudah tak menangis hanya saja masih ada jejak-jejak air mata di pipinya.

"Agas sama Opa dulu ya, nanti sama Omnya. Opa Agas kangen loh sama kamu." kata Dirta memberi pengertian

Galuh tersenyum sambil menatap balik Ragas yang menatapnya.

"Mau kenalan sama Opa?" Ragas mengangguk

Sambil mengusap sisa air mata di pipi Ragas, Galuh mulai memperkenalkan diri.

"Perkenalkan nama Opa, Galuh. Agas bisa panggil Opa. Aku adalah Ayah dari Ibu mu." kata Galuh setelah perkenalan singkatnya

"Opa?" panggil Ragas memiringkan kepalanya

Galuh mengangguk, "Opa suka saat kamu memanggilku Opa."

Kemudian tangan yang sudah mulai keriput itu mengelus lengan Ragas yang terluka.

"Apakah sakit?" tanyanya

"Iya, Sakit. Tapi gak papa, Agas kan anak kuat." jawab Ragas dengan polos sambil menatap tangannya

"Kalo sakit jangan di tahan ya? bagi rasa sakit itu sama Opa. Opa gak mau cucu Opa ini ngerasain sakit sendirian. Oke?" Galuh menangkup pipi gembil Ragas

"Okey," Ragas tersenyum menunjukkan gigi mungilnya

"Fanda, bisa kau ajak Agas ke kamarnya? ada yang harus Opa bicarakan dengan Sahabatmu." ujar Galuh

"Baik Opa." Fanda dan Galuh sudah saling mengenal dari dulu.

Setelah Fanda dan Ragas pergi, Galuh mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali. Dia memandang Dirta serius.

"Di mana Kakakmu?" tanya Galuh

"Kakak sedang ada di luar kota, besok dia pulang." jawab Dirta

"Dia yang membiarkan Sisil tinggal di sini?"

"Iya,"

Galuh menghela nafasnya kasar, raut wajahnya terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Opa mohon, tolong jaga Ragas. Opa ingin sekali membawanya untuk tinggal bersama. Tapi Opa masih memikirkan Bagas yang merupakan Ayah Kandungnya."

"Opa tenang saja, tanpa disuruh Dirta memang akan menjaganya." balas Dirta dengab penuh keyakinan di matanya

Kenapa Dirta manggil Galuh dengan sebutan Opa? karena Galuh sendiri lah yang memintanya. Meskipun Dirta adalah adik Bagas, tapi umur keduanya terpaut cukup jauh. Jadi Galuh meminta untuk memanggilnya dengan sebutan Opa saja.

Galuh dan Dirta sedikit berbincang mengenai Ragas, setelah itu beliau berpamitan untuk pulang karena masih harus mengurus yang lain. Dirinya berjanji pada Ragas untuk datang kembali besok dengan menbawa banyak mainan. Karena anak itu tadi rewel merasakan sakit di tangannya.

...

Malamnya di ruang kerja, Galuh menatap foto sebuah gadis kecil yang tengah tersenyum dengan tangan yang memegang bunga mawar putih, bunga kesukaan gadis itu.

"Papa sangat merindukanmu, Dira." ucapnya dengan parau

Di luar dia memang terkenal bengis dan ditakuti banyak orang. Tapi dia juga seorang Ayah, setiap Ayah pasti mempunyai rasa sayang yang amat besar kepada anak-anaknya. Di balik wajah tampannya yang kini sudah sedikit keriput karena faktor umur, Galuh sangat rapuh.

Dirinya tinggal sendiri sekarang, Istrinya meninggal dunia saat putrinya berumur 15 tahun. Dan beberapa tahun lalu putri satu-satunya ikut menyusul sang Mama. Namun, sekarang dirinya tak lagi sendiri. Ada Ragas, cucunya yang hilang beberapa tahun lalu.

"Andira, Papa akhirnya bertemu dengan anakmu, cucu Papa."

Andira adalah nama putrinya dan Ibu kandung Ragas.

"Dia sangat mirip dengan lelaki bajingan itu, hanya mata saja yang mirip denganmu. Papa harap kamu dan Mamamu menjaganya dari atas sana."

Tangannya mengusap bingkai foto itu, tak terasa air matanya jatuh mengenai foto Andira.

"Maafkan Papa karena telat menyelamatkanmu saat itu. Seandainya Papa tidak telat dan tidak menuruti permintaanmu saat itu pasti kamu masih ada di sini bersama Papa dan Ragas tidak akan kehilangan peran Ibu. Maafkan Papa."

Di ruang kerja itu hanya terdengar suara isak tangis Galuh yang memilukan. Suara tangisnya membuat tangan kanan Galuh yang berjaga di depan pintu menangis tanpa suara. Dirinya sudah menjadi saksi kerapuhan Galuh sejak kejadian beberapa tahun inii








TBC

tadinya mau up sore, tapi karena ada waktu senggang aku up deh sekarang.

siap-siap yaa untuk part di hari Sabtu :)

dahh, sampai jumpa di hari Sabtu 👋
sayang kalian💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ayah dan AgasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang