•25•

1.5K 140 8
                                    

jangan lupa tekan bintangnya yaa, gratis kok

kalo ada typo tandain yaa

selamat membaca

~•~•🌙•~•~

"Agas beneran gak mau ikut Om aja ke kampus?" tanya Dirta untuk yang kesekian kalinya

"Engga Om, Agas mau di lumah aja." jawab Ragas

Mereka berdua ada di depan pintu, Ragas mengantar Dirta yang akan pergi ke kampus. Tadi Omnya itu mengajak Ragas untuk ikut bersamanya, tapi Ragas menolak katanya ingin bermain di rumah saja bersama Dana yang memang ditugaskan untuk menjaga Ragas. Bukan tanpa alasan juga Dirta mengajak Ragas, dia khawatir jika Sisil melakukan sesuatu pada keponakannya itu.

Ntah apa yang dipikirkan oleh Kakaknya dengan membiarkan Sisil kembali tinggal di rumah ini. Dirta juga tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Ayah dan Ibunya jika tau Sisil ada di sini.

"Yaudah, kamu hati-hati yaa di sini. Nurut sama Om Dana, jangan nakal. Om nanti bakal pulang pas makan siang. Dan satu lagi, jangan deket-deket sama Tante Sisil ya." ucap Dirta pelan di akhir

"Iya Agas gak akan nakal-nakal kok, bakal jadi anak baik." 

Dirta mengusak rambut Ragas gemas kemudian menatap Dana tajam. Dana yang sudah paham hanya mengangguk saja.

"Om pamit ya," pamit Dirta

"Iyaa Om, hati-hati." Ragas melambaikan tangannya ketika mobil Dirta pergi meninggalkan pekarangan rumah.

"Ayo Tuan Kecil."

Dana dan Ragas juga masuk ke dalam. Jika bertanya di mana Bagas, dia saat ini sedang pergi keluar kota selama 2 hari. Dana yang menjabat sebagai tangan kanan Bagas tak diajak dan diberi tugas untuk menjadi pengasuh Ragas selama 2 hari ini.

Bunyi tapak kaki mengalun di rumah itu, Sisil dengan pakaian yang sudah rapi terlihat menuruni anak tangga. Dirinya menghampiri Dana dan Ragas.

"Di mana Kak Bagas?" tanya Sisil langsung dengan membawa wangi aroma yang menyengat

"Tuan Bagas sedang pergi ke luar kota selama 2 hari." jawab Dana dengan tetap berwajah datar. Jika boleh jujur saat ini parfum yang digunakan Sisil membuat kepalanya pusing, baunya sangat menyengat.

"Oh baiklah." Sebelum pergi dia memandang Ragas dengan seringai liciknya lalu pergi.

"Tante Sisil kenapa liatin Agas ya?" Ragas mendongak menatap Dana

"Tidak usah di hiraukan Tuan Kecil. Lebih baik kita bermain saja, saya punya hadiah untuk Tuan Kecil." kata Dana sambil tersenyum. Ah jika bersama Ragas, Dana selalu bisa tersenyum.

"Wahh? hadiah buat Agas? ayo Om! Agas gak sabal pengen lihat hadiah dali Om." ajak Ragas dengan semangat

Mereka berdua pun menghabiskan waktunya di kamar Ragas dengan bermain dan sesekali juga Dana ikut bermain. Maklum, orang dewasa juga butuh bermain bukan anak kecil saja yang boleh.

~•~•🌙•~•~

Menjelang tengah hari Dana pamit sebentar untuk mengambil makan siang Ragas ke bawah dan meninggalkan Ragas sendiri. Anak itu sedang asyik bermain dan tak sadar jika ada seseorang yang masuk ke kamarnya.

"Awss." Ragas mengusap lengannya yang terasa sakit akibat cubitan kuat seseorang.

Dia menoleh dilihatnya ada Sisil yang tengah tersenyum lebar hingga menampilkan giginya, mirip seperti setan di film yang Ragas tonton kemarin bersama Omnya.

"Ngapain Tante ke sini?" tanya Ragas sambil melihat lengan gembulnya yang memerah, cubitan Sisil memang tak main-main.

"Memangnya Tante tak boleh mengunjungi kamar keponakan sendiri?"

Ragas menggeleng yang membuat Sisil kesal sampai akhirnya rambut lebat milik Ragas di jambaknya hingga membuat kepala anak kecil itu mendongak.

"Dengarkan aku bocah kecil. Ayahmu itu telah membawaku ke sini untuk tinggal bersama. Dan kau kini ada di bawah kendaliku, yang memgharuskanmu patuh pada ucapanku." Sisil melepaskan jambakan pada rambut Ragas

"Gak, Agas gak mau. Tante siapa sih main suluh-suluh Agas." kata Ragas kesal

"Aku siapa? beberapa waktu lagi aku akan menjadi Nyonya di rumah ini dan menjadi istri Ayahmu. Yang otomatis aku akan menjadi Ibu sambungmu. Tapi aku tak sudi mempunyai anak yang lahir dari wanita itu. Maka, setelah aku berhasil memiliki Bagas aku akan membuangmu bahkan jika perlu melenyapkanmu agar seluruh harta milik Bagas itu menjadi milikku." jelas Sisil disertai dengan seringainya

Ragaa sedikit takut mendengar ucapan Sisil. Benar dugaannya selama ini jika perempuan di depannya bukanlah orang baik. Dirinya harus menjauhkan Ayahnya dari Nenek Lampir ini.

"Tuan Kecil." panggil Dana yang kini tengah membuka pintu dan terkejut ketika melihat keberadaan Sisil.

"Ada urusan apa Nona Sisil ada di kamar Tuan Kecil?" tanya Dana setalah menaruh nampan makan siang milik Ragas.

Sisil merubah mimik wajahnya dengan tenang kemudian bangkit mendekati Dana.

"Tidak ada, hanya ingin mengunjungi kamar keponakanku saja." jawabnya sambil tersenyum pada Ragas, Dana tentu saja curiga. Tak mungkin wanita itu repot-repot datang ke sini jika tak ada sesuatu.

"Jika tidak ada kepentingan lainnya Nona boleh keluar." ujar Dana, selain dirinya yang tak suka dengan Sisil, Dirta juga memerintahkannya agar wanita itu tidak mendekati Ragas.

Sisil mengangkat bahunya, "Baiklah, sepertinya aku di usir." Setelah mengatakan itu Sisil pun pergi keluar.

Dana kemudian menghampiri Ragas dengan wajah khawatir.

"Tuan Kecil tidak apa-apa? apa yang dia lakukan barusan?" tanya Dana

"Gak papa kok Om, Tante Sisil cuman dateng aja." bohong Ragas dengan tangan yang mengusap lengannya yang masih terasa sakit.

Anak itu memang tidak bisa berbohong dan Dana menyadarinya. Dia akan memeriksanya nanti ketika Ragas sudah tidur siang.

"Baiklah, jika Nona Sisil melakukan sesuatu yang aneh beritahu saja pada Om, Oke?"

"Okeyy,"

"Sekarang waktunya Tuan Kecil makan siang,"

Dana mengambil makan siang Ragas kemudian dengan telaten menyuapi anak itu.

...

Di sebuah ruangan terlihat seorang wanita yang tengah santai duduk di sofa dengan tangan yang memegang rokok, asap mengepul keluar dari hidung dan mulutnya. Bibirnya tersenyum miring.

"Ah aku tak sabar menunggu waktu itu tiba." ujarnya sambil menghirup tembakau itu lagi dan menghembuskannya ke udara.









TBC

siapa yang antusias nungguin hari Rabu dan Sabtu?

dah, sampai jumpa di hari Rabu 👋
sayang kalian 💙

Ayah dan AgasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang