•26•

1.3K 191 8
                                    

jangan lupa tinggalkan jejak yaa

kalo ada typo tandain

selamat membaca

~•~•🌙•~•~

"NENEK!!" seru Ragas melihat Neneknya pulang. Anak kecil itu memeluk Nenek Bri dengan erat.

"Nenek doang yang di peluk, Kakek engga?" tanya Kakek Ando cemburu

Dirta yang ada disitu merotasikan matanya, Ayahnya itu memang tidak ingat umur sepertinya.

"Kangen Kakek juga." Kakek Ando terkekeh dan memeluk Ragas

"Di mana Kakakmu Dir?" tanya Nenek Bri

"Dia pergi keluar kota, besok baru pulang." jawab Dirta yang kini mengambil alih Ragas yang membuat Kakek Ando menatapnya sengit.

Mereka berempat masuk ke dalam rumah, namun alangkah terkejutnya pasangan Paruh baya itu ketika melihat seorang wanita dengan dress hitam tengah duduk manis di sofa.

"Kau," tunjuk Nenek Bri

"Halo Ibu dan Ayah, bagaimana perjalanan pulang kalian?" kata Sisil yang kini menghampiri mereka berdua

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Kakek Ando

"Dirta bawa Agas ke kamar." titah Nenek Bri yang diangguki oleh Dirta

Sisil menatap kepergian Dirta dan Ragas setelah itu menatap Kakek Ando dan Nenek Bri.

"Memangnya tidak boleh aku ada di sini?" tanya balik Sisil

"Jelas tidak boleh. Kau sudah kami usir." kata Nenek Bri

Sisil mendengus, "Sayang sekali, justru anak kalian sendiri yang membawaku kembali kemari dan membiarkan ku untuk tinggal di sini."

Pasangan Paruh baya itu terdiam, pikiran mereka tertuju pada Bagas. Ya, Bagas. Hanya dia lah yang dari dulu menerima Sisil dan melindungi wanita itu. Nenek Bri menghela nafasnya lelah, kenapa anak sulungnya begitu bodoh membiarkan Nenek Lampir itu tinggal di sini lagi.

"Ah, ngomong-ngomong cucu kalian sangat menggemaskan bukan?"  Sisil tersenyum miring

Kakek Ando menggeram, "Jangan pernah mendekati cucuku." peringatnya

"Uhh, takut. Tenang saja, anak itu terlalu manis hingga aku tidak tega mencelakai sekarang."

Setelah mengatakan itu Sisil pun pergi ke kamar dengan otak yang kini tengah menyusun berbagai rencana.

"Mas," panggil Nenek Bri menatap suaminya

"Tenang saja, jika dia berbuat hal nekat aku tak akan membiarkannya lagi seperti kemarin." kata Kakek Ando sambil mengusap tangan istrinya itu

~•~•🌙•~•~

Siang harinya Ragas kini sedang asik memakan buah semangka yang ada di dapur. Omnya itu tengah membicarakan sesuatu bersama dengan Fanda di ruang Keluarga. Karena bosan di sana, akhirnya Ragas akhirnya pergi ke dapur untuk mengisi perut buncitnya.

"Nyam nyam." kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri menikmati manisnya buah semangka yang dia makan.

Setelah semangka yang dia makan habis, Ragas pergi ke Ruang Keluarga. Baru beberapa langkah dirinya terjatuh karena tak sengaja menabrak seseorang.

"Maaf, Agas gak liat." Ragas memandang seseorang itu terkejut.

"Dasar tak berguna." hina Sisil

Ragas hanya diam saja tak menjawab dan memandang Sisil sama sekali. Hal itu membuat Sisil terpikirkan oleh sesuatu.

"Kenapa kau menabrakku?" tanyanya

"Maaf, Agas gak lihat kalo ada Tante di situ." cicit Ragas

"Kau tau? maafmu itu tidak cukup." Sisil mendekatkan wajahnya pada Ragas

"Kau ingin di maafkan?" Ragas mengangguk, karena dia tau jika dirinya salah.

"Ikut aku." Sisil menarik tangan Ragas dengan kasar menuju kompor yang memakai gas. Di dapur memang ada 2 kompor, kompor gas dan kompor listrik.

Sisil membuka laci dan mengambil sendol. Setelah itu menyalakan api pada kompor. Wanita itu menaruh sendok di api dengan bibir yang tersenyum. Tak lama dia mematikan api dan mendekat ke arah Ragas dengan tangan yang memegang sendok panas itu.

"Tante mau apa?" tanya Ragas takut

"Anak nakal harus di hukum. Dan kau ingin Tante maafkan bukan? maka kau harus bisa menahan sendok panas ini yang akan mengenai tanganmu." kata Sisil dengan mata yang menatap Ragas seperti mangsanya

Sisil mencekal tangan Ragas yang berusaha lari dan meletakkan sendok itu pada lengan mungil Ragas. Kemudian tangan yang satunya itu menutup mulut Ragas yang akan berteriak karena menahan rasa panas yang ada di lengannya.

Ragas berusaha berontak namun tenaganya kalah dengan Sisil. Rasa sakit dan panas ditangannya makin terasa karena sendok panas itu. Dirinya berharap semoga saja ada yang datang menolongnya.

"Kau perlahan harus ku lenyapkan karena akan menjadi penghalang antara aku dan Kak Bagas."

Sisil tersenyum kemenangan melihat Ragas yang kesakitan itu.

"DASAR JALANG, KAU APAKAN CUCUKU!!" teriak seseorang membuat tubuh Sisil menegang







TBC

kasian digantung

silakan kata-kata mutiaranya 👉

dah, sampa jumpa di hari Rabu 👋
sayang kalian 💙

Ayah dan AgasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang