chapter 9

6 3 0
                                    

Setelah pelajaran bahasa Indonesia habis, dilanjutkan dengan pelajaran fisika dan di pelajaran ini semua siswa kelas II IPA 2 akan melakukan ulangan harian, namun kali ini ulangan tidak lagi individu melainkan berkelompok. Ibu Rahayu selaku pemegang pelajaran fisika telah membagi kelompok menjadi empat. Dengan kelompok satu ada bima, Niskala, Alexa dan Arga. Dan kelompok dua ada Rico, bara, Luna dan intan serta dua kelompok lainya yang setiap kelompok berjumlah empat orang.

Setelah ibu Rahayu mengumpulkan nama nama yang menjadi teman satu kelompok, guru itu kemudian mengintruksi para siswanya untuk berkumpul dengan kelompoknya masing masing. Tapi satu hal yang saat ini menjadi pusat perhatian seisi kelas, Luna sepertinya tidak mendengar perintah dari ibu Rahayu sehingga ia hanya diam sambil menopang dagu dengan pandangan kosong kedepan sampai akhirnya suara khas ibu Rahayu yang menegurnya membuat luna mengerjap pelan lalu segera mendatangi teman kelompoknya.

"Elo kenapa lun dari tadi gue lihatin bengong terus? Apa perlu gue panggilin pak ustad untuk merukyah elo?"

"Elo bisa diem nggak sih?" Seru Luna pada Rico

Rico membalas " dih sensi banget sama gue"

"Suka kali sama elo, orang suka biasanya gitu, gampang marah, gampang sensi," bara ikut berceletuk yang langsung di hadiahi tatapan tajam oleh Luna

"Asal ngomong Lo! Gue nggak pernah dan nggak akan pernah suka sama Rico!" Luna langsung membantah

"Udah bar biarin aja, cewe emang gitu bilangnya nggak suka tapi diem diem selalu memperhatikan" Rico cekikikan kecil agar tidak terdengar oleh ibu Rahayu.

Mendengar penuturan Rico, Luna yang awalnya ingin tidak membalas sekarang merasa geram dan siap melemparkan kotak pensil Niskala, tapi tidak jadi karena Niskala langsung melerai mereka. Sebenarnya bukan melerai sih, tapi kepada Niskala ingin menyelamatkan kotak pensilnya.

Tidak lama setelah mereka berkumpul dengan kelompoknya masing masing ibu Rahayu langsung membagikan soal soal ulangan. Terdapat 20 soal ulangan dan setiap lima soal dibagi menjadi satu rumus sehingga setiap satu siswa mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan lima soal dengan satu rumus.

"Kal elo bisa ngerjain soal nomor lima sampai nomor sepuluh kan ? Rumusnya kayak yang gue ajarin kemarin di perpustakaan elo ingat?" Ucap Bima.

Niskala mengangguk paham, saatembaca soal senyumnya langsung melebar. Soal yang keluar ternyata sesuai dengan yang di ajarkan bima.

"Bim ini gimana rumusnya aku lupa?" Alexa menggeser kursi agar jaraknya lebih dekat dengan bima

"Elo kerjakan yang Lo bisa dulu Al, nanti itu biar gue yang ngerjain!" Jawab bima tanpa melirik sedikit pun ke arah Alexa. " Kal, elo ada penghapus nggak?" Tanya bima

"Ini Bim pakai punya aku aja" Alexa dengan cepat menyodorkan penghapus kepada bima.

Niskala menatap Alexa begitu juga dengan Alexa. Sadar atau tidak, tatapan mereka sama sama mengisyaratkan ambisius yang sama kuat. Niskala yang tidak ingin menyembunyikan ketertarikannya pada bima, sedangkan Alexa yang sedang memikirkan cara mencegah mereka lebih dekat.

Sedangkan dikursi lain ada bara yang diam diam memperhatikan mereka seolah olah bara mengatakan " kala elo harus jauhin bima, karena disitu ada Alexa yang lebih dulu menyukai bima"

                                    ****

"Bara!!!" Panggil Luna dari kejauhan

Bara menengok kesumber suara dan mendapati Luna sedang berlari menghampirinya

" Elo mau keruang OSIS?" Tanya Luna setelah berhasil berdiri di samping bara

"Iya, kenapa?" Bara balik bertanya sambil kembali melangkahkan kaki

"Enggak, gue cuman pengen bareng aja," ucap Luna yang terdengar sedikit kikuk. " Sekalian ada yang mau gue omongin"

Bara menyerngit " tumben, nggak biasanya elo keruang OSIS ada apa?"

" Gue masih anggota OSIS, Lo lupa?" Tanya Luna sedikit menyeringai

"Terus?"

Maksud dari kata terus adalah apa yang ingin Luna bicarakan pada bara selanjutnya.

"Elo tau sekolah kita sebentar lagi akan mengadakan class meeting dan gue disuruh ibu indah buat bikin proposal."

"Jadi?" Tanya bara yang sangat tidak sabaran dengan maksud dan tujuan Luna

"Apa elo enggak keberatan kalau nanti malam bantuin gue buat bikin proposal nya?" Ucap Luna dengan satu tarikan nafas, entah keberanian dari mana yang membuat luna terdorong untuk mengeluarkan kalimat itu.

"Tapi gue-"

"Bara pleasee, elo wakit OSIS gue nggak bisa ngerjain itu sendirian dan banyak yang bakal gue tanyakan ke elo"

Bara terlihat bingung, bukan bingung untuk mengerjakan proposal itu, tapi bingung bagaimana caranya untuk menolak ajakan Luna." Oke" dan kini tidak ada alasan untuk menolak permintaan Luna.

"Kalau gitu jam 7 gue kerumah elo"

"Kalau ngerjainnya diluar aja gimana?" Bukan tanpa alasan bara menolak Luna untuk kerumannya, hanya saja malam ini ayah dan ibunya sedang tidak ada dirumah jadi sangat tidak elok rasanya jika harus berduaan saja dirumah. Tapi lain halnya jika orangnya adalah Niskala.

"Boleh" jawab Luna singkat. "Omong omong elo kok nggak kekantin bareng Niskala?" Luna membuka pintu rumah OSIS lalu duduk santai diatas sofa sambil membolak balikan lembaran kertas yang akan menjadi contoh proposal nya nanti. Ruang OSIS sudah menjadi base camp bagi para anggota OSIS. Jika para guru sedang rapat atau jam istirahat malas pergi kekantin, anak OSIS pasti larinya kesini.

"Dia udah duluan sama bima," balas bara dengan nada malas." Nggak mood gue kalau lihat bima sama kala"

"Elo cemburu?"Luna mencibir

"Apaan sih," bara sedikit sewot

" Yaelah bar, orang tau kali kalau elo suka sama Niskala. Udah nggak usah elo tutup tutupin lagi" mengabaikan bara yang masih terdiam oleh ucapanya, gadis itu kembali berucap. " Kenapa elo nggak mau jujur? Kenapa terus diam dan rela nyakitin hati elo sendiri kalau Lo suka?"

Kenapa orang orang disekitar gue selalu pengecut dan memilih bungkam tentang perasaannya? Tak terkecuali gue juga

"Karena gue terjebak oleh ikatan sahabat, gue udah janji sama Niskala kalau gue nggak akan mengkhianati persahabatan kita."

"Kalau gitu kenapa elo nggak mencoba untuk membuka hati untuk orang lain?"

Ke gue misalnya?

"Enggak semudah seperti yang elo bayangin lun, gue sama Niskala sudah sama sama dari kecil sampai akhirnya gue mengingkari janji. Rasa gue ke Niskala sudah melebihi kata sahabat "

Luna meletakan kertas yang di tangannya ke meja, lalu berbalik menatap Bara." Pertanyaannya, mau sampai kapan elo kek gini? Pilihannya hanya dua bar. Elo jujur sama Niskala atau elo buang jauh jauh perasaan Lo ke Niskala dan belajar untuk membuka hati elo untuk orang lain"

"Kalau gue memilih Niskala, apa Niskala juga akan memilih gue? Gue takut lun. Gue takut kalau Niskala bakalan menjauh dari gue," bara menghela nafas. Sangat jelas dimata Luna bahwa Bara benar benar mencintai Niskala. Kenapa Niskala tidak pernah menyadari itu semua?

Luna tersenyum, keyakinannya untuk bisa memiliki bara kini mulai pudar.

Elo takut kehilangan Niskala sedangkan gue takut kehilangan elo bar

"Terkadang cinta itu lucu ya bar, kita tidak bisa memilih kepada siapa akan jatuh cinta, tapi saat kira udah jatuh cinta orang yang kita cintai malah mencintai orang lain." Luna bangkit dan berdiri didepan pintu, memandangi sekumpulan anak anak yang sedang bermain bola di lapangan. Andai bara tau bahwa Luna juga memiliki cinta yang sama besarnya seperti cinta bara kepada Niskala.

Sandikala (Senja Yang Hirap Dari Cakrawala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang