ALASKA POV
"AL... CEPAT BANGUN SEBELUM IBU YANG AKAN MENYERETMU KELUAR!". "tapi ini masih pukul lima ibu". "Liburan telah usai, sekarang bangun dan pergilah mandi". Ibu berkata sembari menyalakan lampu kamar. Menyebalkan sekali ibu hari ini.
Ketika turun, masakan lezat ibu menyambut hidungku. Ibuku memang sangat tegas dan disiplin soal aturan, tetapi kemampuan memasaknya tidak dapat diremehkan. "Bagaimana kabar teman-temanmu?", tanya ibu. "Tio dan Huo pergi berlibur ke luar kota selama liburan, Chris memnghabiskan liburan di rumah, sedangkan Zephyr..... entah apa yang dilakukan anak itu".
"Paling benar jika kau pergi ke rumah Chris dan belajar bersamanya. Dia anak yang pintar". Aku hanya diam dan menghabiskan sarapanku. Ibu suka membanding-bandingkanku dengan orang lain. Terutama sejak ayah pergi.
Setelah pamit, aku berangkat ke sekolah berjalan kaki.
THIRD POV
Alaska Heiros, pemuda berambut hitam dengan wajah tampannya, salah satu dari sekian laki-laki populer di kampusnya. Sosoknya lembut, tetapi tegas. Ia tidak pintar, juga tidak bodoh. Ia tinggal di kota besar bernama Brilython. Salah satu pemain terbaik di SMA Liby-Lython ,SMA terbaik di negaranya.
Untuk anak kelas 12, ia mengalami hidup yang berat. Sejak ayahnya meninggal dunia, ekonomi keluarganya menurun drastis. Ia beruntung ibunya mendapat aset perusahaan ayahnya. Tidak banyak orang tahu mengenai kisahnya. Mungkin hanya keempat temannya
✮
"ALASKA!," terdengar teriakan laki-laki di belakang Al. Saat berbalik, laki-laki itu sudah mengalungkan lengannya di leher Al. "KAU HARUS TAU BETAPA KHAWATIRNYA AKU SELAMA LIBURAN," Zephyr, lelaki itu berkata. "Le-lepaskan dulu leherku," jawab Al dengan susah payah. "maaf, hehe". Dimana Huo? Kukira dia selalu bersamamu," Tanya Al. "Dia bilang sudah di sekolah, jadi aku datang lebih siang".
"Apa maksudmu lebih sia-," belum selesai perkataannya, bel berbunyi. Mereka berlari masuk disusul murid lain yang terlambat dan berpisah di koridor.
✮
Sesampainya di kelas, Al mengambil tempat duduk kosong di samping jendela. Begitu ia masuk, wali kelas barunya bu Leana masuk. Ia adalah guru seni dan tergolong menyenangkan dan disukai murid-murid. Rambut panjangnya berwarna pirang ikal selalu ia ikat dengan menyisakan poni panjang di samping wajahnya.
"Selamat pagi anak-anak," sapa bu Leana. "Selamat pagi bu," jawab murid-murid kelas XIIA bersamaan.
"Liburan telah selesai dan sekolah sudah dimulai, jadi buka mata kalian dan belajarlah," adalah hal pertama yang disampaikan bu Leana. Meskipun menyenangkana, ia sangat tegas. "Ini adalah tahun terakhir kalian di Liby-Lython. Di semester dua kalian akan dibebani ujian, ujian, dan ujian". Semua murid menghela napas mendengarnya. Mendengar kata ujian bukanlah hal mengenakkan di hari pertama masuk. "Hanya soal waktu kalian akan lulus," lanjutnya. "Setelah lulus entah kalian ingin....". Al tidak mendengarkan sisa pidato bu Leana.
✮
ANASTISIOS POV
Akhirnya bel istirahat berbunyi. Bosan sekali aku mendengar ceramah basi dari pak Josh. Dari sekian guru mengapa harus guru fisika satu itu?.
Tio memasuki toilet laki-laki. Sebelum sempat ia menyalakan wastafel, terdengar bisik-bisik samar dari toilet paling ujung. Tio menghela napas dalam diam. Biang kerok itu rupanya. Apalagi yang mereka rencanakan?. Samar-samar, Tio mendengar, "...bosan dengan lelucon biasa ini. Bagaimana jika kita lakukan hal lebih besar? Ayahmu toh akan menyelamatkan kita. Mau meracuni makanan kantin?," salah satu dari mereka berkata. "Boleh juga idemu. Apa yang akan kau lakukan?," tanya yang lain. "Entahlah, carolina reaper mungkin, karena seperti yang kau tahu, ayahku mengelola perusahaan pangan," jawab pria pertama dengan nada bangga. "Kau gila ! jika ketahuan, kita mati," hening sejenak hingga "Kau tahu? lakukan saja besok, aku tak peduli".
Saat pintu kloset terbuka, Tio segera menyalakan wastafel, berpura-pura tak mendengar. apa-apa. "Hei! Sejak kapan kau disini?," tanya Alexander Crein, salah satu murid terkaya di sekolah. Caranya berpakaian lebih seperti preman. "Baru saja," jawab Tio acuh tak acuh. "jangan berbohong, Anak baik tak berbohong. Katakan saja apakah kau mendengar kami" Amon Ramses bertanya sembari mematikan wastafel yang sedang digunakan Tio. Amon, salah satu biang kerok paling parah di sekolah.
Tahun lalu ia meledakkan wastafel di taman sekolah, namun lolos karena ayahnya merupakan donatur terbesar sekolah. Gaya rambutnya terlalu berlebihan menurut Tio. Beberapa bagian rambutnya berwarna ungu gelap. Entah bagaimana caranya, namun seluruh perempuan di sekolah itu tergila-gila padanya.
"Aku bilang aku tak mendengar apa-apa," jawab Tio jengkel dengan wajah datar. Hening sesaat ketika Tio menatap dingin kepada Amon sebelum ia berbalik meninggalkan toilet. Amon mendengus. "Apa yang ingin kau lakukan terhadapnya?," tanya Alex. " Biarkan saja dia".
✮
THIRD POV
"TIO," teriak Chris dari salah satu meja di kantin. Alaska, Zephyr, dan Huo melambai padanya. Ia berjalan ke arah mereka, duduk, lalu berkata "Jika aku jadi kalian, aku tak akan makan apapun dari kantin lagi". Perkataannya membuat Zephyr, yang baru membuka mulut untuk makan, mendorong makanannya ke samping.
"Apa yang terjadi?," tanya Al. "biasa. Ada yang mencoba mengurangi kasus sembelit di sekolah ini" jawab Tio. "Jika yang kau maksud Alex dan Amon, mereka tak punya rasa takut setelah meledakkan wastafel sekolah. Kudengar anak perempuan kelas 10 yang melihatnya, sekarang trauma dengan watafel," Chris berkata.
Zephyr dan Huo terkekeh mendengarnya. "Aku tak yakin aku harus tertawa atau tidak," komentar Chris.
✮
"Ibuuu, aku pu-" Al membeku di tempat sebelum ia menjatuhkan tasnya dan berlari menghampiri ibunya. "IBU, APA YAN-"
Bersambung...
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌⚜﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
Update 1-3 times/week
KAMU SEDANG MEMBACA
The World Of Elemental
FantasyAlaska Heiros, Anastisios Chloros, Zephyr Georgio, Chao Hao Adamos, Christopher Dimitri hanyalah sekelompok remaja biasa. Setidaknya hingga salah satu dari mereka tanpa sengaja membuka pintu menuju ke dunia dimana yang tidak mungkin menjadi mungkin...