2. The cave

2 1 0
                                    

Apa yang terjadi? Dimana aku? Hal terakhir yang ia ingat hanyalah ibunya yang pingsan dan kepalanya yang sakit. Al membuka mata hanya untuk melihat sebuah gudang kumuh yang berisi kira-kira 20 orang sedang menawan ibunya. "IBU! SIAPA KALIAN?! LEPASKAN IBUKU!," Al berteriak sejadi-jadinya. "Tenanglah anak muda, kami tak akan menyakitimu dan ibu tersayangmu ini sebelum kau melunasi hutang ayahmu," kata salah satu pria disana sembari membersihkan pisaunya yang tidak kotor. "A-apa m-maksudmu," tanya Al.
Memang tak banyak orang tahu bahwa Thomas Heiros, ayah dari Al terjerat hutang puluhan juta.
Mendengar pertanyaan Al membuat pria itu tertawa, "Jangan berpura-pura tidak tahu anak muda, lunasi saja hutang ayahmu dan selamatkan ibumu agar tak mati kehabisan darah". Al berusaha untuk tenang dari kepanikannya saat menyadari bahwa cairan merah pekat mengalir dari kepala ibunya. "B-berapa banyak," tanya Al. "15 juta," jawab pria itu dengan santai. "Besok, aku akan membayarnya besok, sungguh, tapi lepaskan dulu ibuku," pinta Al.

Pria itu tertawa dan berkata, "Besok? Kami tak punya waktu sebanyak itu nak. Pilihanmu hanya tiga. Membiarkan kami menawan ibumu disini sebagai imbalan karena kau tak membayar, membayar hutang ayahmu sekarang, atau mati dengan ibumu di sin-"

Sebelum pria itu dapat menyelesaikan perkataannya, seseorang sudah lebih dulu menerobos masuk. Orang itu adalah...TIO. "Berapa hutangnya," tanya Tio segera sambil menatap tajam pria itu. Surai hitamnya terlihat bercahaya di gudang yang hanya diterangi beberapa lampu. Al tak tahu harus merasa lega atau khawatir melihat Tio datang.

Pria itu tertawa lagi, "Siapa kau anak muda? Baru datang sudah langsung bersikap sok heroik," kata pria itu dengan nada merendahkan.

Tio melempar sebuah tas, "Apakah ini cukup?," tanyanya dingin.

Pria itu duduk di sebuah kursi, menyalakan rokok, dan menyuruh seseorang mengambil tas itu. Selesai menghitung, orang itu menghampiri tuannya dan berbisik. Setelah orang itu pergi, pria itu berdiri dan memberi kode bagi anak buahnya untuk melepaskan Al dan ibunya.

Tio membantu Al menggendong ibunya dan keluar dari tempat itu.

"Ini yang ketiga kalinya bulan ini," Tio memecahkan keheningan setelah 15 menit menunggu di depan ruang operasi.

Al menghela napas, "aku tahu dan kau tak perlu terus datang untuk menyelamatkanku," balas Al, "Berhenti melacak ponselku, aku tak punya cukup uang untuk membayarmu kembali,".

"Kau pikir aku apa? Sejak kapan kita berteman? Sejak kau masih dalam rahim kurasa,". Al hanya tertawa kecil.

"Apakah anda wali dari nona Heiros?," tanya seorang perawat. "Aku akan menunggu di luar," bisik Tio. "Kamarnya akan berada di ujung lorong, dan... segala administrasinya sudah dilunasi," jelas perawat itu. Al tidak terkejut, ia cukup yakin ini perbuatan Tio. "Dokter akan menemuimu setelah ini," jelas perawat itu sekali lagi dan menunduk ringan pada Al sebelum pergi.

Di kamar ibunya, Al berdoa sembari memegang lengan ibunya. Matanya berkaca-kaca. "Al...," suara ibunya membuat Al sadar dari lamunan sesaatnya. "Ibu...," panggil Al. "Sepertinya ibu mengacaukan kesenanganmu lagi," ibunya berkata sembari tersenyum. "Apa maksud ibu?". "Pergilah Al... hari sabtu akhir pekan ini bukan?," jelas ibunya.

Huo memang mengajaknya pergi mendaki hari sabtu nanti dan Al ragu untuk pergi setelah melihat keadaan ibunya. "Tapi-". "Pergilah Al... jangan mengkhawatirkan ibu. Sekarang sudah pukul 1 malam, kau tak ingin membuat teman-temanmu kehilangan kesempatan untuk bersenang-senang bukan?," potong ibunya.

Al hanya terdiam. Ibunya memberi tatapan bahwa ia harus pergi. Setelah ragu sesaat, ia mencium tangan ibunya sekali lagi dan pamit pada ibunya dengan mata berkaca-kaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The World Of ElementalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang