31. Jus jeruk.

225 22 2
                                        

Typo bertebaran ~

***

Dengan langkah riang, Nana berjalan untuk menuju meja makan—yang sudah penuh diisi oleh orang terkasih nya.

"Ada yang lagi bahagia banget kelihatannya," ucap Sean, yang duduk di paling ujung meja makan.

"Bahagia Atuh Pa, kan semuanya udah berkumpul bareng Nana sekarang," jawab Nana yang masih menampakkan deretan giginya yang rapih.

Tidak ada percakapan lagi setelahnya, semua fokus kepada sarapan masing-masing.

"Mulai sekarang, Adek berangkat sekolah dianterin Papa, Oke?" ucap Sean, ketika semuanya sudah selesai sarapan.

"Emang gak ngerepotin Papa?"

"Enggak dong sayang, sejak kapan putri kecilnya Papa ngerepotin?" jawab Sean.

"Sejak lahir." Kata Nana spontan.

Karena perkataannya barusan, semuanya kini menatap Nana dengan tatapan tak suka.

Menyadari kesalahannya, Nana segera meminta maaf. "A—anu, itu, maaf hehe. Cuma bercanda." Katanya dengan terbata-bata.

"Jangan pernah berkata seperti itu lagi, Papa dan Abang-abang yang lainnya tidak suka." Leon mengusak gemas rambut Nana.

"Kebiasaan banget si, itu mulut suka Asbun!" Sahut Kaivan. Sedangkan Nana mengerucutkan bibirnya.

"Udah-Udah, kasian itu bibirnya udah kaya bebek." Arsen tertawa ketika melihat Nana yang cemberut.

"Ih, Adek gak mau sama bang Arsen lagi. Nana mau sama bang egan aja!" Nana berdiri, ia menghentak-hentak kakinya sembari bersidekap dada. Lalu duduk di samping Zergan.

"Hayoloh, anak kecilnya udah ngambek. Susah itu di bujuknya." Kompor Alvero.

Setelah sekian lama, suasana pagi di kediaman Mahendra menjadi jauh lebih hidup lagi.

***

Nana melambaikan tangannya dengan semangat, ketika mobil sang Papa sudah melaju meninggalkan sekolahan.

Kakinya mulai melangkah memasuki sekolah, tak lama dua orang ikut berjalan di samping kiri dan kanannya, yang tak lain dan tak bukan adalah Kaivan dan Arsen.

"Perasaan masih pagi, kok Nana udah ketempelan aja, ya?" celetuk Nana.

"Ini nyindir atau gimana?" sahut Arsen.

"Gak bermaksud, tapi ya kalau ngerasa ke sindir jangan nyalahin." Melihat Clara dan Queenzha berada di depannya, Nana dengan segera menghampiri keduanya.

"Hayoloh, anaknya masih ngambek tuh," tutur Kaivan. Lalu meninggalkan Arsen begitu saja.

Arsen menghela napas, lalu mengusap-usap dadanya. "Sabar, namanya juga bocah."

Di tengah pelajaran sejarah Indonesia yang membosankan, Nana akhirnya memutuskan izin untuk pergi ke toilet.

Dengan tergesa-gesa, ia masuk kedalam kamar mandi, lalu mengunci nya dari dalam. Nana mencengkram dadanya kuat-kuat, ketika rasa sakit terasa di sana. Jantung nya kembali berulah.

Nana Grizsella [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang