Latest🖤
‘‘Yang ini aja…”
“Nggak ah, Kak… Bagusan yang ini tau…”
“Hmm… Masa sih?”Sore itu aku dan Vany sedang berada di dalam sebuah toko yang menjual berbagai kartu ucapan di sebuah mall di dekat rumah kami. Kami sedang memilih kartu ucapan untuk salah seorang teman Vany yang akan berulang tahun sebentar lagi.
Sudah sekitar setengah jam kami berputar-putar di antara rak-rak yang memamerkan berbagai macam kartu ucapan yang unik dan lucu, tapi kami masih belum menemukan pilihan yang tepat. Vany menarik sebuah kartu bergambar anjing kartun lucu yang sedang mendengarkan iPod dari raknya.
“Kalo yang ini?” tanyanya kepadaku.
“Hmm… Boleh juga, sih…” jawabku. “Bisa diputer-puter, ya?”
“Ya… Lucuu…”Aku tersenyum, menunduk, mencium ubun-ubun kepalanya. Vany mendongak, menatapku sambil tersenyum. Ia menyenderkan kepalanya ke pundakku.
“Luv u, Kak…”
“Luv u too, Van…”Sambil tetap meletakkan kepalanya di pundakku, ia kembali melihat-lihat kartu bergambar anjing yang ia ambil tadi. Seolah ia telah menentukan pilihannya.
“Yang ini aja ya, Kak?”
“Ya… Itu bagus,” jawabku.Vany nyengir manis sekali, kemudian menggandeng tangan ku ke arah kasir. Setelah membayar, kami keluar dari toko kartu itu, masih bergandengan tangan. Kami benar-benar menikmati jalan-jalan kami petang hari itu; kami berjalan perlahan-lahan, sesekali aku memainkan rambutnya yang pendek-kaku, kemudian menciumnya lembut.
Vany membalas dengan tusukan nakal jari telunjuknya di pinggangku, bermaksud menggelitik ku. Kami saling berbagi candaan dan menggoda satu sama lain, berfoto berdua, pokoknya benar-benar menyenangkan.
Yap. Seperti itu lah aku dan Vany, adik perempuanku satu-satunya, sekarang. Mesra sekali. Sejak kejadian malam itu, belanda akhirnya melibas pasukan tua Italia 3-0.
Kami memang sudah memiliki hubungan yang baik sebelumnya—kami hampir tidak pernah bertengkar—dan kejadian itu sungguh-sungguh merekatkan kami, layaknya sepasang kekasih.
Sejak kejadian malam itu, kami saling berjanji untuk tidak mengulangi kegilaan seperti itu lagi… Dan kami berhasil! Kami menonton pertandingan-pertandingan Euro selanjutnya dengan seru, dan saling menghormati satu sama lain, menyadari status kami sebagai kakak-adik.
Tapi, aku tidak bisa memungkiri bahwa sejak malam itu, Vany selalu ada dalam pikiranku. Dan setiap malam, sebelum tidur, bayangannya lah yang muncul di benakku. Aku tahu aku harus menolak pikiran-pikiran itu, tapi hasilnya malah pikiran itu muncul semakin menggila setiap kali aku onani.
Setiap kali aku melakukannya, selalu muncul gambar gambar kejadian malam itu aku meremas dadanya yang empuk dan besar, bagaimana putingnya mengeras, bagaimana pahanya yang mulus menjepit dan menggesek penisku, erangan dan desahan nikmatnya, dan tubuhnya yang tergeletak lemas berlumuran spermaku tak pernah bisa ku hapus dari pikiranku.
Bayangan itu sungguh efektif dalam merangsang ku, begitu efektifnya hingga tak cukup hanya satu kali keluar saat onani untuk memuaskan nafsuku.
Aku tak tahu apa yang Vany alami setelah malam itu; apakah dia juga mengalami apa yang aku alami atau tidak, aku tak tahu. Yang aku tahu, ia semakin sayang pada kakaknya, dan—jujur saja—ia terlihat semakin sexy sejak malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMA [End]✔️
AcciónTentang memiliki dua istri adikku dan sahabatku. Aditya, kakak laki-laki yang tampan tapi sangat nafsu. Stevany, adik perempuanku. Stevany 4 tahun lebih muda dariku, dia duduk di kelas 2 SMP. Wajah nya sangat imut dan kulitnya pun putih mulus tanpa...