#21

944 158 36
                                    

Suasana pagi di kediaman Park nampak sangat riuh, penyebabnya adalah kedua bungsu Park yang tiba-tiba saja terserang demam bersamaan dan enggan menyantap sarapan juga obat mereka. Keduanya terus merengek dan menangis memanggil nama Haram, bahkan Aurora semalaman tadi mengigau dengan tangisan pilu menyebut-nyebut nama Haram kemudian berlari dari kamarnya dan masuk ke dalam kamar bekas Haram.

Ruka menatap nanar kedua gadis bungsu yang masih menangis bersama diatas ranjang milik Haram, ia membalikkan tubuh dan keluar dari kamar tersebut kemudian berjalan keluar rumah menuju paviliun yang Haram tempati.

Si gadis sipit terdiam di depan pintu bercat putih tersebut, berulang kali menarik nafas panjang dengan tangan yang terangkat perlahan juga ragu. Ia memejamkan mata sesaat dan mulai memberanikan diri mengetuk pintu tersebut.

Tok.. Tok..

Ruka terdiam beberapa saat menunggu jawaban dari dalam sana namun tak kunjung mendapat jawaban, tangannya kembali bergerak dan mengetuk berulang seraya mengintip pada celah jendela yang tirainya sedikit terbuka.

Cklek!

"H-Haram-aa, kau sakit?" Tanya Ruka kaget melihat wajah pucat dan sayu milik sang adik

"Ada apa?" Tanya Haram parau dan lemas, Ruka menunjukkan wajah cemas dengan gerakan cepat gadis itu menangkup wajah sang adik dengan kedua tangannya, Haram mengerjap cepat dengan kedua mata sedikit melebar mendapatkan perlakuan tersebut.

"Omo~ Tubuhmu panas, mengapa ketiga Adik bungsuku demam bersamaan?"

"Mwo? Rora dan Canny demam?" Tanya Haram terkejut, Ruka mengangguk cepat

"Mereka semalaman menangis dan memanggil namamu bahkan sampai sekarang pun masih seperti itu. Canny dan Rora tertidur di kamar bekasmu" Jelas Ruka lemas, Haram terdiam dengan tatapan asal kearah lain

"Haram-aa, apa kau tidak ingin melihat keadaan mereka?"

"Jebaal~ mereka tidak mendengarkan siapapun dan hanya ingin bertemu denganmu" Haram menatap lekat kedua mata sipit si sulung yang berkaca-kaca, tatapannya teralih pada tangan kanan Ruka yang menangkup wajah dan mengusapnya lembut

"Aku juga ingin menjaga dan merawat mu, izinkan aku menjadi sosok Eonnie yang berguna bagimu, Adikku"

Beberapa saat keduanya hanya diam, diamnya Haram ternyata mengartikan penolakan di benak Ruka. Gadis itu menarik perlahan tangan kanannya dengan tatapan sendu kemudian membawa tubuhnya melangkah mundur.

"Maafkan aku jika aku lancang meminta sesuatu darimu bahkan saat aku tak bisa memberikan yang terbaik bagimu, Haram-aa" Parau Ruka, Haram terhenyak namun tetap memasang wajah datarnya

"Makanlah dengan teratur dan minum obatmu, aku— tidak ingin kau sakit"

Srett!

Ruka menoleh cepat saat Haram berjalan melewatinya dan sedikit menabrak pundaknya, gadis itu tersenyum lebar dengan bola mata yang mengembun kemudian menutup pintu paviliun dan mengejar Haram yang berjalan memasuki rumah megah mereka.

Haram menghentikan langkah di ambang pintu, menatap ubin dengan perasaan yang tak karuan. Ini kali pertamanya lagi akan memasuki rumah tersebut setelah berbulan lamanya ia menjadi orang asing disana, gadis itu memejamkan mata sesaat kemudian mendongak cepat dan memutuskan untuk masuk saat mendengar raungan kedua adik bungsunya.

Cklek!

"Haram-aa?" Lirih Pharita terkejut saat melihat Haram masuk ke dalam kamar dengan wajah cemasnya, Ahyeon dan Asa juga menatap terkejut padanya namun tatapan Haram terkunci pada kedua wajah pucat yang menangis dengan tangan melambai-lambai padanya.

Babymonster Rami || So Far Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang