Hal yang biasa dilakukan oleh seorang pasien adalah tidur atau hanya merebahkan diri guna memulihkan tubuh. Namun,hal itu tidak terjadi pada Manggala. Sejak dirawat di sebuah rumah sakit universitas,komputer jinjing menjadi hal yang ia hadapi siang atau malam. Bahkan ia mengabaikan jam istirahat dan sering terjaga di malam hari guna menyelesaikan pekerjaan yang ia tinggalkan selama beberapa hari.
Bukan sekali atau dua kali Wishnu menasehati agar meninggalkan pekerjaan untuk sesaat waktu dan pergi istirahat. Sudah puluhan kali ia menasehati namun Manggala tetaplah Manggala. Pegawai yang selalu totalitas dalam pekerjaan meski jarum infus menancap di tangan kirinya.
Tak banyak hal yang bisa diperbuat oleh Wishnu. Ia hanya bisa ikut terjaga,menemani Manggala yang sibuk dengan komputer jinjing atau bahkan panggilan tatap muka untuk agenda rapat daring.
"Seharusnya aku hari ini pergi ke Kebumen,Nu. Tapi nggak jadi. Karena aku sakit,orang lain yang gantiin"
"Maaf,ya"
Sejenak ia tinggalkan komputer jinjing yang telah dihadapinya selama beberapa jam. Lalu,ia pusatkan atensinya pada Wishnu yang tengah sendu.
Kedua tangannya dikatupkan di dua pipi Wishnu. Wajahnya mendekat. Bibir tipisnya yang membaik pun mendarat di bibir tebal Wishnu untuk ia beri beberapa lumatan. Jujur,ia merindukan masa-masa ia dibuat mabuk kepayang oleh cumbuan dari kekasihnya yang masih muda itu.
"Cintaku"
Ucapannya membuat Wishnu menatap dua bola mata pingpongnya. Pemuda berkacamata itupun berujar,"Sebenernya bukan ini yang aku mau,Gal. Aku cuma mau kamu tau kalau komunikasi itu penting. Pamit sebelum pergi kemana-mana juga penting"
"Iya. Aku tau. Kita cuma kurang bicara"
Wishnu menjatuhkan kepala di atas bangsal yang menjadi tempat istirahat Manggala selama di rawat di rumah sakit ini. Usahanya untuk mengerti dan memaklumi kesibukan Manggala sebagai salah satu petinggi di hotel gagal total. Seharusnya ia tahu jika dunia Manggala tak hanya berputar untuknya. Banyak hal yang harus Manggala urusi seorang diri. Ia akui jika ia masih sangat kekanakan. Belum mampu mengontrol emosi dengan tepat. Egonya mengalahkan logika.
"Waktu itu aku nggak bisa mikir apa-apa,Nu. Bapak meninggal mendadak dan punya pesan terakhir lewat ibu. Bapak pengen dimakamkan di Mojokerto. Jadi sepulang kerja,aku langsung kesana. Aku nggak kepikiran sama handphone yang ternyata masih ada di dalam mobil"
Perlahan Manggala mencoba menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi selama tiga hari ia tak menampakkan diri di depan Wishnu. Meski ia telah menjelaskan secara garis besar bahwa alasannya adalah sang ayah tutup usia namun ia merasa perlu menjelaskan lebih lanjut. Takut ada hal yang kurang dimengerti oleh Wishnu. Ia tak ingin bertengkar lagi dengan kekasihnya.
"Kamu tau sendiri gimana aku masih butuh bapak dihidupku tapi bapak malah pulang duluan. Aku terpukul,Nu. Aku nggak bisa mikir apa-apa. Bahkan aku nggak bisa tidur nyenyak selama di Mojokerto"
Diam-diam Wishnu menangis mendengar penjelasan dari Manggala. Pujaan hatinya butuh tempat bersandar ketika kembali ke Yogyakarta namun sialnya justru ia habisi dengan tega. Manggala nyaris tiada karena ia siksa dengan tanpa perasaan.
"Maaf..."
"Nggak. Nggak apa-apa. Aku ngerti. Aku juga bakal mikir yang enggak-enggak seandainya kamu yang pergi tanpa pamit"
Wajah tampan Wishnu yang tertunduk pun ia angkat. Ia bersihkan jejak air mata yang ada disana. Kembali ia cumbui bibir tebal itu sebagai cara untuk menenangkan perasaan bersalah yang tertanam di diri Wishnu. Ia ingin menghapus perasaan itu karena ia pun merasa jika hal yang terjadi diantara Wishnu dan dirinya saat ini bukanlah kesalahan Wishnu seutuhnya. Ia turut andil menyumbang akar pemasalahan.
Wishnu membalas cumbuan itu dengan hati-hati. Ia tidak ingin menyakiti sudut bibir Manggala yang baru saja sembuh dari luka pasca ia tampar beberapa kali dengan tega.
Rasanya Manggala ingin menghentikan waktu. Ingin terus bercumbu dengan Wishnu yang sangat ia rindukan. Ingin merasakan bagaimana kepalanya menjadi pusing karena hasrat birahi yang meningkat. Ingin bertukar ludah melalui ciuman yang semakin dalam. Dan,ingin merasakan bagaimana tangan Wishnu yang selalu ikut bergerak nakal setiap kali mereka bercumbu.
Wishnu mulai terbawa arus permainan nakal yang tiba-tiba terjadi karena dimulai oleh Manggala. Ia menurunkan ciuman menuju leher jenjang yang selalu wangi baginya meski Manggala belum sempat mandi sejak hari pertama dirawat. Ia basahi dengan lidahnya,ia sesap kuat hingga rintihan Manggala terdengar dan sebuah tanda merah terbit disana.
"Kangen nggak,Gal?"
Dua mata Manggala yang sempat terpejam pun kembali terbuka. Dipandanginya wajah Wishnu yang tengah menyunggingkan senyum. Bibir tebal itu tampak basah. Hasrat untuk membasahi lebih pun muncul kembali namun mencoba ia kendalikan.
"Kangen nggak,sayang? Hm?"
"Kenapa harus nanya sih?"
Wishnu tertawa pelan. Bibir tebalnya yang masih basah itu mengecup kedua pipi Manggala yang sedikit tirus. Manggala kehilangan banyak berat badan akibat kabar duka yang datang tanpa permisi.
"Cepet sembuh,ya. Nanti kangen-kangenannya di rumah aja"
"Tapi aku yang on top,ya?"
"Kenapa harus tanya? Biasanya juga kamu yang nari diatas badan aku,'kan?"
Kedua pipi pria dewasa namun manis itu tersipu. Dasar Wishnu! Sisi nakalnya kembali hadir.
"Ah...gemesnya pacarku"
Dikecupnya kembali dua pipi itu berkali-kali. Ia suka pipi Manggala. Kenyal seperti bakpao.
"Bisa-bisanya pipi seempuk dan sebersih ini malah aku tampar sampai berdarah. Aku udah merusak aset negara"
"Wishnu! Lebay!"
Wishnu tak peduli dengan gertakan itu. Justru ia semakin gencar melancarkan jutaan kecupan di dua pipi itu. Ia benar-benar menyukai pipi Manggala.
Bahkan saat pintu terbuka dimana seorang dokter datang untuk memeriksa keadaan Manggala,mereka tak menyadarinya.
"Sudah dulu ya,Mas Wishnu. Saya periksa dulu Mas Manggala-nya. Nanti kalau sudah sembuh total dan bisa pulang,lanjutin di rumah,ya. Biar nyaman"
Jujur,rasanya Wishnu ingin menghilang detik itu juga. Malunya bukan main.
Namun,ia tetap menganggukkan kepala,menjawab ucapan dokter. Ia akan menanti Manggala untuk sembuh total dan bisa kembali ke rumah mereka berdua dengan sabar. Ia juga berjanji pada diri sendiri untuk lebih menjaga emosi dalam dirinya agar tak liar seperti kemarin. Ia tak ingin menyakiti Manggala seperti kemarin. Manggala Mahardika adalah aset negara baginya yang harus ia jaga.
Bersambung
26/11/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Bicara || WONMIN
ФанфикWishnu Jayadikusuma hanyalah pemuda yang belum memiliki kemandirian yang utuh. Pekerjaan tiada dan hanya mengandalkan uang saku dari kakak laki-lakinya. Manggala Mahardika adalah pria dewasa dengan jabatan mentereng di sebuah hotel bintang lima. Gaj...