Lucia memasuki ruang makan istana dengan langkah hati-hati. Gaun yang dikenakannya saat ini memperkuat posisinya sebagai seorang bangsawan, dengan detail-detail yang indah dan warna olive yang mempesona. Setiap helai kain tampak mengalir dengan sempurna, menambah kemewahan pada penampilannya yang seolah sudah menjadi bagian dari istana itu sendiri.
Ruangan yang mewah, dihiasi dengan ornamen klasik dan langit-langit yang menjulang tinggi, menciptakan atmosfer yang selalu membuatnya merasa tegang. Meskipun dia sudah berusaha terbiasa dengan kemewahan istana, suasana seperti ini tetap membuatnya merasa cemas.
Keluarga Deffne-ayahnya, Marquess Cedric Deffne, dan ibunya, Marchioness Lenore Deffne-sudah duduk di sekitar meja makan yang panjang. Mereka memandang Lucia dengan tatapan yang sulit diartikan, namun jelas mengandung banyak makna.
Dengan ketegangan yang terasa di udara, Lucia memilih kursi di sekitar meja makan yang panjang dengan hati-hati, memastikan setiap gerakannya terlihat anggun dan penuh wibawa.
"Selamat siang, ayah, ibu," kata Lucia, berusaha memecah keheningan dengan suara yang sedikit bergetar, mencerminkan rasa gugupnya.
Kedua orang tuanya memandangnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Cedric mengangguk pelan, sementara Lenore tersenyum tipis. Senyuman itu mungkin terlihat lembut, tetapi di mata Lucia, senyuman itu terasa penuh penilaian.
Cedric Deffne, Marquess yang terkenal dengan sikap tegas dan kecerdikannya dalam urusan politik, menatap putrinya dengan tajam. Pakaian yang dikenakannya mencerminkan status sosialnya yang sangat tinggi, dan kehadirannya selalu memberikan kesan kuat dalam setiap ruangan. "Bagaimana keadaanmu, Lucia?" tanyanya, suara tegasnya menggema di seluruh ruangan.
"Aku merasa lebih baik, terima kasih sudah mengkhawatirkanku," jawab Lucia dengan tenang, berusaha menjaga ketenangannya di hadapan ayahnya yang selalu menuntut kesempurnaan.
Lenore, ibunya, mengangguk pelan. "Kamu harus memahami bahwa tindakanmu yang mencoba mendorong Lady Letizia ke dalam air adalah tindakan yang tidak pantas. Ibu berharap perilakumu akan sesuai dengan status dan nama baik keluarga Deffne," ujarnya dengan nada lembut, namun tegas. Senyuman di bibirnya tetap terjaga, meskipun jelas ada keprihatinan yang mendalam di baliknya.
Lucia menundukkan kepalanya, menahan nafas. Kata-kata ibunya terasa berat, tetapi dia tahu bahwa ini adalah bagian dari tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga Deffne.
Cedric melanjutkan, "Sudah berapa banyak masalah yang kamu timbulkan, Lucia? Tindakanmu sangat tidak mencerminkan bagian dari Keluarga Deffne." Nada suaranya penuh kekecewaan, dan sorot matanya membuat Lucia merasa semakin kecil.
Lucia mengepalkan kedua tangannya di bawah meja, berusaha menahan diri agar tidak mengekspresikan amarah yang mulai memuncak di dadanya.
Belum selesai ketegangan itu berlangsung, tiba-tiba muncul seorang pria dari belakang Lucia. Dengan gerakan cepat, dia duduk di kursi kosong di sebelahnya.
"Sepertinya adikku masih belum bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Tindakanmu itu cukup berani, meski sangat bodoh," ujar pria itu dengan nada datar, seolah tidak peduli dengan ketegangan yang ada. Suaranya yang berat menambah ketegangan yang semakin tebal di ruangan.
Lucia menoleh, dan tatapannya langsung bertemu dengan mata tajam seorang pria yang tidak asing baginya. Pria itu memiliki wajah tampan, dengan rambut pirang keemasan dan mata yang penuh ketegasan. "Leonhart Deffne..." lirih Lucia, menyebutkan nama saudara kandungnya dengan nada yang penuh perasaan.
Leonhart Deffne, saudara kandung Lucia, dulunya sangat dekat dengannya. Namun, setelah beberapa konflik internal yang melibatkan keputusan-keputusan kontroversial dari Lucia, hubungan mereka mulai renggang dan penuh ketegangan. Leonhart, yang dikenal sebagai sosok yang sangat berhati-hati dan penuh perhitungan, kini tampak berbeda dari saudara yang dulu ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living as an Antagonist Lady
Historical FictionAva, seorang penulis novel ternama, hidup di tengah hiruk-pikuk kota besar yang selalu penuh dengan kehidupan dan kontradiksi. Karya-karyanya, yang dikenal dengan kedalaman imajinasi dan keunikan, telah mencuri perhatian banyak pembaca. Baru saja me...