19

1.3K 27 0
                                    


Sejak awal, tatapannya tertuju pada Heejoo.

Mata setajam burung pemangsa itu seakan menembus wajah Heejoo.

"Hong Hee-joo, Anda sepertinya sudah tidak asing lagi dengan hotel ini."

Bola matanya yang dalam menatapnya dengan dingin. Heejoo memang tidak asing dengan hotel itu karena dia mengikuti kakak tirinya, yang merupakan anak keturunan dari seorang bangsawan.

Ia mengangguk patuh, dan wajah pria itu langsung berubah muram.

"Sudah tidak asing lagi, bukan?"

Dia mengulanginya seolah-olah mengunyah kata-kata itu.

...... Ya, aku sudah familiar dengan itu!

Ia menganggukkan kepalanya dengan kuat sekali lagi.

Baek Saeon mengatupkan gigi belakangnya beberapa kali seperti menahan sesuatu.

Heejoo diam-diam memperhatikan rahangnya yang menonjol dan menghilang, lalu mengikutinya ke dalam ruangan tamu yang luas.

Itu adalah kamar penthouse dengan pemandangan panorama Seoul.

"Sudah selesai menangis, bisakah kita bicara sekarang?"

Suaranya penuh dengan ketidaksenangan.

Apakah itu untuk membicarakan tentang penculiknya?

Baek Sa-eon hanya memegang korek api dan terus menyalakan dan mematikannya, tapi ragu untuk berbicara. Tapi wajahnya tetap dingin seperti es.

"Ponsel Anda tidak memiliki jejak diretas."

Dia akhirnya berkata sambil menutup korek api, meletakkan ponsel Hee-joo di atas meja kayu yang lebar.

'Itu sudah pasti.'

Heejoo tidak terkejut.

Foto paha itu diambil dengan ponsel si penculik.

Ponsel yang semula digunakannya seharusnya masih bersih.

Tidak banyak kontak yang tersimpan di ponsel itu, dan paling banyak hanya berupa surat-surat pendek yang dilebih-lebihkan.

"Tapi ada beberapa jejak yang mencurigakan yang ditemukan."

...... Apa?

"Han Jun, apa yang dilakukan orang ini?"

"......!"

"Berteriak 'sayang, sayang' di setiap kalimat."

...... Apa?

Mata Bai Saeon tiba-tiba menjadi tajam, seolah-olah dia menafsirkan ekspresi bingungnya.

"Duduklah."

Dia menarik kembali kursinya dan memerintahkan.

"Duduklah dan jawab aku dengan keyboard."

"......!"

"Mulai sekarang, kita harus bicara."

.....Bukankah ini interogasi?

"Bukan interogasi."

Bai Saeon menampar bibirnya dan membalas.

Dia telah mengatakan bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk membaca pikiran, tapi sepertinya itu hanya kebohongan.

"Mulai beberapa waktu yang lalu, seseorang mulai mengancam saya. Mereka tidak hanya mengincar mobil, kantor saya, bahkan panti jompo ayah, dan Anda pasti dalam bahaya."

"......."

"Jadi saya tidak akan mengampuni siapa pun yang mencurigakan."

Apakah ...... ini mencurigai Direktur Pusat?

When The Phone Rings/ The Call You Just Made IsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang