ANDRA Nicholas Matthew kembali menuang whiskey ke dalam gelasnya, lalu meminumnya dengan sekali tenggak. Dia sibuk dengan minumannya, sementara teman-temannya yang lain sibuk berjoget-joget ria di lantai dansa.
“Andra, c'mon, masa di hari spesial gue Lo cuma sibuk sama minuman. Gue bukan ngundang Lo untuk itu.” Hari spesial yang dimaksud Nino adalah hari ulang tahunnya. Nino memang mengajak Andra dan dua sahabat mereka––Eko dan Alex––untuk merayakannya di club malam.
Tadinya, Andra sempat menolak undangan Nino, karena memang belakangan ini ia sudah berniat untuk mengurangi kebiasaannya main ke club malam. Tapi Nino terus memaksa. Kalau bukan atas dasar persahabatan mereka yang sudah dibangun selama bertahun-tahun, Andra tidak mungkin mau berada di tempat seperti ini lagi.
"Memangnya mau ngapain lagi?” sahut Andra sambil menghembuskan asap pertama dari tarikan rokok yang baru ia nyalakan.
"Having sex, maybe," ucap Nino enteng sambil mulai mendudukan dirinya di kursi sebelah Andra.
"Sorry No … kalau untuk yang satu itu, gue gak bisalah."
"Why? Takut sama Dara?" Dara yang dimaksud Nino adalah pacar Andra.
Andra menarik rokok dari sudut bibirnya lalu menyemburkan iseng asap bernikotin itu tepat di depan wajah Nino yang menghadapnya. "Nah, itu Lo tau.”
Alih-alih protes dengan kelakuan iseng sahabatnya ini, Nino malah tergelak geli. “Kalau kita rahasiakan mana mungkin Dara tau.” Ia kemudian meneguk minuman yang baru Andra isikan untuknya ke dalam gelas. “Lagian elo yang dulunya biasa celap-celup sana sini, apa yakin bisa tahan kalau hasrat Lo nggak tersalurkan?”
Andra memilih untuk tidak menjawab.
"Gue heran ya … kenapa sekarang Lo berubah jadi nggak asyik gini. Lo lihat tuh si Eko sama Alex." Lanjut Nino lagi sembari mengarahkan pandangannya kepada dua teman mereka di sana, yang sedang tampak asik mojok dengan cewek-cewek seksi. “Tuh anak berdua aja gue tawarin cewek langsung kegirangan sampai mau sujud sungkem sama gue.”
"Bukan gitu, No, gue bukannya takut sama Dara. Tapi karena gue sayang sama dia, jadi gue harus menghargai hubungan kami. Seandainya gue terima tawaran lo main sama cewek lain, itu sama aja gue mengkhianati dia. Gue nggak mau. Gue udah janji sama diri gue sendiri, gue bakal setia. Gue nggak akan menyia-nyiakan Dara yang udah mau Nerima gue apa adanya. Dan rasa cinta gue lebih besar dari keinginan sekedar menyalurkan hasrat.”
Sedikitpun tidak menunjukan rasa respect-nya, Nino malah terbahak-bahak sambil memukul-mukul meja di depannya seolah dia baru saja mendengar sebuah lelucon yang begitu konyol seumur hidupnya. Sedangkan Andra yang melihat reaksi berlebihan Nino hanya cuek dan kembali menuang minumannya.
"Andra, Andra, seorang elo ngomong soal kesetian. Damn it!” Nino geleng-geleng kepala. Sesaat ia sempat terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu tiba-tiba berbicara lagi. "Oke, sekarang gue mau lihat, seberapa setia lo sama cewek Lo itu." Ia kemudian mengarahkan pandangannya lagi ke tempat mojok Alex dan Eko, lalu menjentikkan jarinya ke udara seperti mengisyaratkan sesuatu.
Tak berapa lama setelah ia menjentikkan jari, datanglah seorang gadis cantik berpakaian seksi dengan tubuh molek menghampiri mereka ke bar table. Gadis cantik itu langsung dengan santai bergelayut manja di pundak Nino.
"Ada yang bisa aku kerjakan di sini, Baby?” tanya cewek itu dengan nada suara yang sengaja dibuat-buat manja dan centil, di dekat telinga Nino.
"Ada.” Nino balas dengan merangkul pinggang ramping wanita seksi itu. "Nih orangnya di samping kita, yang mau dikerjain,”
“Jangan ngaco ya, No,” sambar Andra yang langsung menoleh.
Dari Nino mata gadis itu langsung berpindah memandangi Andra. Diamatinya pemuda 24 tahun itu dengan seksama. Dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Wow … so handsome.”
Nino tersenyum puas sedangkan yang dipuji datar-datar saja.
Gadis itu menggigit genit bibir bawahnya yang dipoles dengan warna merah menyala. "Hai, Ganteng, aku Brenda. Kamu siapa?”
“Andra,” sahutnya singkat, padat dan tanpa menoleh yang tahu-tahu tanpa disadari, Brenda sudah berpindah tempat ke sebelahnya.
Bertingkah sok akrab, gadis penggoda itu tanpa segan melingkarkan tangannya di pundak Andra. Semua juga tahu kalau ia memang sengaja juga mendekatkan bibirnya dengan wajah pemuda itu, bertingkah seolah ingin menggodanya dengan semilir hembusan nafasnya.
Jujur, siapapun laki-lakinya pasti akan panas dingin, jika diperlakukan seperti ini. Terlebih lagi Brenda memang sangat cantik, seksi dan menggoda.
"Gimana, Ndra? Lo suka kan? Gue pilih yang kualitas super buat lo?” Nino yang cekikikan begitu bahagia menyaksikan Brenda terus menggoda dan mendesak Andra dengan rayuannya.
Sialan, pertanyaan macam apa itu?
Tapi … mau bagaimana lagi. Pesona Brenda memang tidak bisa terelakan. Dalam kekakuannya, Andra bahkan beberapa kali menelan ludahnya. Nafasnya naik turun dikala tangan nakal gadis itu mulai turun menelusup dari sela resleting jaketnya yang terbuka kemudian mengelus-elus dadanya yang syukurnya masih terbalut kaos.
Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Andra menanggapi juga. "Oke, No … tapi Lo bisa janji bakal merahasiakan ini dari Dara?” Pertahanannya pun runtuh. Jiwa liar itu kembali menguasai akal dan pikiran yang selama ini sudah coba ia tutup dan bersihkan dari noda-noda kotor kehidupan.
Nino yang paling berharap, tapi Nino juga awalnya tercengang tak percaya. “Nah, gitu dong. Tenang aja, ini bakal jadi rahasia berharga kita seumur hidup.”
*****
Setelah selesai dengan aktivitas panas dan liarnya bersama Brenda di sebuah kamar hotel yang tak jauh dari klub, kedua pasangan tidak halal itu pun bersiap akan pergi untuk melanjutkan kembali kehidupan mereka masing-masing seperti biasanya.
"Dara?!!!" Lalu siapa yang menyangka saat Andra membuka pintu, bersiap lebih dulu pergi meninggalkan Brenda yang masih berbenah diri, tahu-tahu sang kekasih didapatinya tengah berdiri seorang diri dengan wajah yang sama shocknya di depan pintu.
“Ada siapa?” Masih dalam keheningan mereka berdua, Brenda yang sudah rapi kembali menyusul keluar. "Oh, ada tamu rupanya. Kalau begitu aku duluan ya, Ganteng.” Sebelum pergi, ia bahkan masih dengan santainya mengecup pipi Andra di depan mata Dara, sambil mengucapkan pujian singkat atas ‘permainan’ Andra yang luar biasa tadi.
Dan bodohnya Andra, entah kenapa dia hanya berdiam diri seperti patung yang tak bernyawa saat Brenda mengecup pipinya di depan kekasihnya.
“Tadinya aku sempat mau nggak percaya sama omongan Nino,” ucap Dara mengakhiri keheningan yang hampir berkepanjangan itu. “Kamu bilang kamu bisa berubah, tapi apa ini, Andra?!”
“Aku bisa jelasin––”
****
Lanjut baca part 2, tapi jangan lupa tekan bintangnya 🌟 ya kak..
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Up
RomanceSudah punya kekasih spek malaikat seperti Dara yang mau menerima dirinya apa adanya, pertahanan Andra malah goyah pada gadis penghibur spek Ani-Ani. Kebahagian Andra pun sirna saat Dara memergoki mereka bermain panas di kamar hotel malam itu. Sada...