3. Hancurnya Persahabatan

171 20 4
                                    

SUBUH-SUBUH, Andra menggedor-gedor pintu apartemen Nino seperti orang kesetanan. Sekarang dia seperti berada di fase ingin menghabisi siapapun yang membuatnya kesal sampai hancur berkeping-keping. Sebelum benar-benar gila, sekali ini saja, Andra hanya ingin meminta penjelasan dari Nino atas semua kejadian yang tak pernah terpikirkan ini. Dara bilang Nino yang mengadu, padahal di klub tadi sahabatnya itu sudah berjanji akan merahasiakannya.

Berdoa saja semoga Andra dengan segala amarahnya, tidak akan sampai membunuh Nino malam ini.

"NO, BUKA PINTUNYA BANGSAT!!!"

Untungnya Nino segera membuka pintu itu sebelum satpam atau penghuni lain yang lebih dulu menghabisinya sebelum dia menghabisi si keparat ini.

"Kurang ajar lo bangsat!" Andra menarik ujung kaos Nino. "Kenapa lo nusuk gue dari belakang?!” Setelah menyeret pemuda itu masuk ke dalam supaya dia bisa bebas menghajarnya tanpa jadi bahan tontonan orang-orang, tangannya yang sudah tidak sabaran langsung meninju wajah itu.

“Bro, sabar dulu. Kenapa datang––”

Belum sempat Nino menyelesaikan ucapannya, Andra kembali memberi bogem mentah sekali lagi sampai ia jatuh terhempas ke lantai. 

Andra pun cepat-cepat naik ke atas tubuh yang sekarang sudah tergeletak itu. Dari atasnya dia melayangkan pukulan bertubi-tubi seperti orang kesetanan. Untungnya, sebelum Nino bernasib naas di tangannya, Eko dan Alex yang kebetulan sedang bermalam di sana, terbangun dan berhamburan lari keluar dari kamar. Keduanya langsung kompak menarik Andra dari atas tubuh Nino yang sudah berdarah-darah di sekujur wajahnya.

"Ndra, ini ada apa? Kenapa lo mukulin Nino?" Eko yang bertanya.

Andra menjawab dengan nafas tersengal-sengal. “Kalian tanya sendiri sama si keparat ini!”

Kali ini Alex yang bersuara. "No, bisa jelasin ke kita, ini ada masalah apa?"

Sementara itu Nino yang sedang ditunggui penjelasannya, masih mencoba bangkit mengangkat tubuhnya dari lantai.

"No, sebenernya lo ada masalah apa sama gue, HAH!? Lo tau nggak Dara sampai mutusin gue tadi.” Andra berteriak frustasi. Bersyukurlah Eko dan Alex masih menahan tubuhnya, karena kalau tidak, pasti sekarang dia sudah kembali menerjang tubuh Nino yang sudah bangkit berdiri dengan susah payah.

“Jadi, akhirnya kalian putus. Baguslah." Anehnya, tak sedikitpun ada raut penyesalan tampak terukir di wajah babak belur Nino. "Memang itu yang gue mau."

"APA!"

Bukan hanya Andra yang terkejut, bahkan Eko dan Alex juga.

"No, lo sadar nggak sih ngomong apa barusan?" komentar Eko cepat. “Bilang Lo cuma bercanda ya, No!”

"Lo mau tau apa alasannya, Ndra?" Nino menatap lurus-lurus ke arah Andra sambil menyeka noda darah di sudut bibirnya dengan jari-jari. "Karena gue memang nggak pernah suka sama cewek lo yang nggak tau diri itu. Lo sadar nggak, semenjak Lo pacaran sama dia, Lo jadi menjauh sama kita-kita. Lo selalu nggak pernah punya waktu lagi buat teman-teman Lo. Gue tau, si Dara sialan itu pasti yang ngelarang-ngelarang elo ‘kan? Gue nggak suka itu. Gue nggak suka karena semenjak Lo pacaran sama dia, lo jadi cemen. Mana Andra yang dulu gue kenal, yang selalu lebih menomorsatukan sahabat-sahabatnya ketimbang dirinya sendiri.”

Andra terkesiap. Dia diam tapi bukan berarti dia merasa kalau dirinya bersalah.

Eko coba mencoba mengeluarkan pendapatnya. "Seharusnya lo nggak boleh berpikir begitu dong, No. Semua ‘kan bakalan ada masanya. Akan ada waktunya juga kita akan memikirkan hal-hal lain di luar persahabatan kita. Memang, apa salahnya kalau Andra punya pacar? Suatu saat, kalau kita punya pasangan juga kita pasti bakalan ngelakuin hal yang sama. Dan harusnya, bukannya kita ikut senang kalau Andra bisa berubah jadi lebih baik.”

Yang dinasihati ternyata masih keras kepala. "Lo tau apa sih, Ko?! Elu berdua dekat sama kita, baru beberapa tahun doang sedangkan gue sama Andra udah sahabatan dari kecil. Gue yang paling tau perasaan gue sendiri. Rasa kehilangan gue beda dengan rasa kehilangan kalian. Dan kalau si Dara itu memang cewek yang benar buat Andra, seharusnya dia terima Andra apa adanya dong. Jangan coba membuat Andra bukan jadi dirinya sendiri,” ucap Nino ketus. "Dan kalau kalian pikir, gue nyesel karena udah ngelakuin ini … jawabannya, Enggak! Gue sama sekali nggak menyesal. Dara itu nggak pantas buat lo, Ndra, cewek cengeng kayak dia itu cuma––” 

Ucapan Nino terhenti karena Andra yang panas mendengar omongannya, dengan sekuat tenaga akhirnya bisa melepaskan diri dari cengkraman Eko dan Alex. Andra mendorong keras dada Nino sampai terbanting ke dinding.

"Anjing, berani banget Lo ngejelekin Dara di depan gue!" Andra menarik kasar tubuh Nino lalu memojokkannya ke dinding sambil terus menarik ujung kaosnya.

"Gue heran sama lo, Ndra, Lo marah seakan-akan Lo itu cinta banget sama dia ..." Sudah dalam pertaruhan antara hidup atau mati, tapi Nino masih sempat-sempatnya cengengesan meledek Andra. "Bukannya lo sendiri yang mau waktu gue sodorin si Brenda. Dan kalau lo memang beneran cinta sama si Dara, bukannya seharusnya lo nolak dan teguh sama pendirian lo."

Berhasil pikirannya dipermainkan oleh Nino, kepalan tangan Andra diujung kaos Nino perlahan mulai melonggar. Tiba-tiba dia sadar, kalau apa yang diucapkan Nino memang ada benarnya.

“Kenapa lo diam? Baru nyadar sekarang?”

Alex yang tidak senang dengan kelakuan Nino, langsung menghardik. "Udah lah, No, Lo nggak usah manas-manasin Andra terus. Lo juga yang paling salah disini.”

Setelah dirasa sudah cukup untuknya mempertimbangkan semua kejadian demi kejadian ini, Andra pun angkat bicara. "Lo salah. Salah semuanya, No,” ucapnya dengan dada yang penuh sesak. “Dara itu bukan cewek yang suka ngatur-ngatur. Dara, bahkan nggak pernah nyuruh gue untuk jauhin kalian semua. Justru gue yang memang memilih mulai menjauhkan diri dari kalian.”

"Halah, omong kosong, masih aja lo sanjung-sanjung dia!" Sampai detik ini pun, Nino masih bersikeras merasa dirinya benar.

Andra mengacuhkan umpatan Nino dan meneruskan ucapannya. "No … kalau lo pikir dengan gue putus sama Dara bakalan bisa bikin gue kembali seperti Andra yang dulu … lo salah besar. Karena mulai dari hari ini, gue akan menarik diri dari kalian. Mulai hari ini, persahabatan kita cukup sampai di sini." 

Tentu ini bukan sebuah keputusan yang mudah buatnya. Dara dan Nino punya posisinya masing-masing dalam hati Andra. Dara adalah gadis yang sangat ia cintai, sementara Nino adalah sahabat baiknya. Karena sadar tentunya dia tidak mungkin bisa membahagiakan semua orang, jadi lebih baik dia pasrah kehilangan semuanya sekalian.

"Sekarang lo benar-benar buta ya!” Tentunya Nino juga tidak menduga akan seperti ini reaksi Andra. "Terserah Lo deh mau ngomong apa, tapi paling-paling juga besok lo pasti balik lagi ke kita-kita dan malah berterima kasih sama gue karena gue udah bikin pikiran Lo terbuka.”

Andra tidak peduli. Dia tinggalkan semua orang-orang disana tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi. Seandainya dia bisa memohon, bisakah ia memohon agar waktu diputar kembali supaya ia bisa menolak hasutan Nino dan ajakan Brenda sehingga ini semua tidak terjadi.

**** 

Andra menghentikan mobilnya di tepi jalanan sebuah bangunan rumah sederhana. Diturunkannya kaca jendela mobil agar ia bisa dengan jelas memandangi jendela bagian kanan kamar rumah itu yang tertutup tirai rapat-rapat tapi masih dengan lampu yang menyala terang benderang. Kamar itu kamar Dara. Dan dia yakin Dara pasti di dalam sana tidak bisa tertidur karena sedang bersedih sampai-sampai lupa mematikan lampu. 

Ini semua memang salahnya. 

Andai bukan karena Oma Lidya (Omanya Dara) yang bakalan memaki-makinya dan mengusirnya dengan cara tidak hormat kalau ia sampai memberanikan diri mengetuk pintu itu, pasti dia sudah akan turun kesana untuk menemuinya. 

Mungkin bakalan lebih mudah kalau seandainya Oma Lidya bukanlah orang yang paling tidak merestui hubungan mereka. Belum lagi, kalau sampai Oma tahu soal kejadian ini, hingga Dara menangis dibuatnya, semua pun yakin kalau rasa benci wanita itu pada Andra, pasti bakalan bertambah berjuta-juta kali lipat.

“Aku bakalan tunggu kamu disini sampai keluar, Dara. Aku nggak bakalan menyerah. Aku yakin ini semua masih bisa diperbaiki.”

***

Lanjut baca part selanjutnya tapi sebelumnya jangan lupa tekan 🌟 dan tinggalkan komentar ya.

Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang