STDFOF-3

1.2K 451 274
                                    

Sukma.





Apa kehilangan memang bisa membuat orang berubah menjadi gila?

"Tidur... Kamu belum istirahat sama sekali, kan?"

Yeah, I'm definitely going crazy now.

Aku merasa kalau ini bukan diriku yang biasanya. Kalau ini aku yang biasanya, sudah pasti aku tidak akan melakukan hal semacam ini. Aku yang normal sudah pasti tidak akan mau merepotkan orang lain, apalagi berurusan dengan Mas Harjuna. Kalau aku yang biasanya, sudah pasti aku tidak akan menahan Mas Harjuna.

Aku membebaskannya.

Harus seperti itu karena itu yang kami sepakati bersama sebelumnya.

Dan untuk pertama kalinya selama 1 tahun masa pernikahan kami, aku meminta Mas Harjuna untuk menetap, untuk menemaniku.

"Sekarang jam berapa?" tanyaku, duduk di atas ranjang.

Mas Harjuna yang sejak tadi duduk di sofa yang ada di dalam ruang tidur orangtuaku, "Jam 7 malam. Sekarang tidur, Putri Sukma." Ia menumpu tangannya dengan salah satu dagu, menatapku lurus dan mengabaikan iPad yang sejak tadi menjadi fokusnya.

"Kamu... nggak kembali?" Aku tahu kalau keberadaannya di sini karena aku yang memintanya. Tapi, entah kenapa aku merasa segan dan menyesal sekarang.

Selama kami menikah, aku dan Mas Harjuna memang tidak pernah mencampuri urusan pribadi satu sama lain. Sebisa mungkin, aku dan Mas Harjuna menjaga batasan yang sudah kami sepakati sebelumnya karena kami sama-sama tahu tujuan pernikahan ini apa.

Tapi, sekarang aku melewati batas itu dan yang lebih mengejutkannya lagi Mas Harjuna tampak tidak keberatan dan menurutiku.

"Bukannya kamu minta aku tetap di sini?" Aku terdiam, mengunci tatapan menatap Mas Harjuna.

Karena permintaan mendadakku tadi, Mas Harjuna yang sepertinya tidak punya rencana untuk menginap di sini jadi terpaksa menetap seadanya. Maksudku, Mas Harjuna masih mengenakan seragam kerajaannya padahal waktu sudah malam dan aku tidak bisa membayangkan seberapa tersiksanya Mas Harjuna harus memakai seragam kerajaannya itu sejak pagi tadi.

"Mau ke mana?" Mas Harjuna sigap menghampiriku ketika tahu aku mulai menyibakkan selimut.

Kenapa semuanya jadi terasa canggung seperti ini?

Aku terdiam, begitu juga dengan Mas Harjuna yang membeku di samping ranjang.

Kami sebenarnya terbiasa tampil mesra di hadapan orang-orang. Tampil. Palsu. Kami sudah mengatur dan merencanakan semuanya. Bahkan, kami membicarakan bagaimana kami harus bersikap ketika harus tampil bersama.

Karena semuanya sudah diperhitungkan, aku—dan mungkin Mas Harjuna—merasa aneh dengan situasi yang terjadi sekarang.

Perlahan, aku mengangkat tangan dan menggunakan telunjukku untuk menunjuk ke arah lemari. "Mau cari pakaian untuk kamu," jawabku yang dibalas deheman Mas Harjuna.

Setelah mendengar jawaban barusan, aku melihat Mas Harjuna memundurkan langkahnya untuk memberikanku space agar bisa bergerak leluasa ke arah lemari pakaian yang berhadapan lurus dengan ranjang.

Langkahku rasanya bergerak berat saat harus mendekat ke arah lemari, dan senyumku terulas tipis saat melihat tanganku yang terulur bergetar hebat. Tanganku refleks mengepal, menguatkan diri untuk membuka lemari sebelum aku merasakan hangat di belakang tubuhku—sangat dekat—dan berhasil membuat tanganku berhenti bergerak membuka lemari pakaian.

"Aku bisa minta Jala atau Melinda untuk membeli pakaian." Salivaku tertelan kelat ketika melihat salah satu tangan Mas Harjuna terulur menurunkan tanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 17 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SET THE DANCE FLOOR ON FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang