Elias memang membuatnya berjanji untuk tidak beranjak dari kursi taman tempatnya duduk. Tetapi pria itu sama sekali tidak membuatnya berjanji untuk tidak berbicara dengan orang asing.
Jujur saja, sebenarnya Philly juga tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain setelah banyak orang menonton bagaimana dirinya terjatuh. Namun, pria di sampingnya ini berbeda. Aura yang dipancarkan oleh pria itu tidak bisa Philly tolak.
"Hai," sapa pria yang duduk di sampingnya itu.
Awalnya Philly memilih untuk diam dan menghiraukan sapaan pria di sampingnya. Tetapi sepertinya pria itu orang yang pantang menyerah, karena setelah diabaikan oleh Philly, dia masih berani untuk membuka pembicaraan.
"Kaki kamu masih sakit? Tadi aku lihat kamu jatuhnya keras banget."
Philly berdecak kesal. Tragedi lima belas menit yang lalu adalah memori yang ingin Philly hilangkan dari ingatannya. Tetapi pria ini dengan santai malah membahasnya.
Dengan wajah marahnya, Philly menoleh ke samping. Dia sudah siap untuk memaki dan menyuruh pria itu diam, saat dia melihat wajah sang pria.
"Wow," gumam Philly. Raut wajah yang semula penuh dengan kekesalan itu kini berubah total. Sekarang, tidak ada lagi guratan kemarahan, yang ada hanyalah wajah terpana milik Philly. "Flynn," bisik Philly.
Dahi pria di samping Philly mengerut begitu mendengar Philly membisikkan sesuatu. "Apa?"
"Apa?" tanya Philly tergagap. "Halo?" sapanya. Philly memiringkan kepalanya sedikit, membuat lawan bicaranya terkekeh.
"Kamu lucu," kata pria itu.
Dipuji oleh pria yang menurutnya sangat tampan membuat Philly seketika tersipu malu. Pipinya mulai memerah dan Philly dengan cepat langsung menutup pipinya menggunakan kedua tangannya.
Pria di sampingnya itu semakin gemas dengan tingkah laku Philly. Tawanya semakin kencang yang membuat kemerahan pada pipi Philly terlihat lebih jelas lagi.
Philly baru bisa menghela napasnya lega setelah satu menit, karena tawa kencang pria itu akhirnya berhenti juga. Dengan ragu, Philly menurunkan tangannya yang sedari tadi bertugas untuk menutupi wajahnya.
"Halo," sapa pria itu lagi ketika wajah Philly sudah sepenuhnya terlihat. Dia kemudian mengulurkan tangannya dan berkata, "nama aku Ryder."
Philly memperhatikan wajah pria di sampingnya itu. Bukan hanya tampan dan terlihat seperti Flynn Ryder, pria itu ternyata juga memiliki nama Ryder. Ah, Philly merasa kalau dunia baru saja menunjukkan jodohnya.
"Philomela," ucap Philly dengan pelan.
"Philomela?" ulang Ryder yang diiyakan dengan anggukkan oleh Philly. "A nightingale."
Philly hanya tersenyum malu. Bukan hanya tampan dan mirip dengan Flynn Ryder, pria di sampingnya ini juga mengetahui arti di balik namanya. Sepertinya Tuhan baru saja memberikannya hadiah ulang tahun. Kalau tidak, kenapa bisa ada pria tampan yang tiba-tiba mengajaknya berbincang.
"Philly."
Suara berat yang biasanya membuat hari-hari Philly menjadi buruk itu masuk ke indra pendengarannya, membuat Philly sedikit mendongak untuk menatap Elias yang sekarang berdiri di hadapannya.
Namun berbeda dengan biasanya, dimana dia akan menatap pria itu dengan tatapan permusuhannya, sekarang Philly malah menatapnya dengan senyum cerah yang hampir tidak pernah perempuan itu tunjukkan kepada Elias.
"Elias!" panggil Philly dengan wajah berserinya. Kepala Philly kemudian menoleh ke arah Ryder dan masih dengan senyumnya, dia memperkenalkan Elias. "Ini Elias, orangnya Papa aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Is Breaking Through Her Hair
RomanceA story about Philomela Kawiswara, the secret princess and her bodyguard.