03. Kapan Berakhir?

9 4 0
                                    

     "Permisi dek, apa benar ini rumah pak Gindra?"
     Mata ku terbuka lebar saat melihat sosok laki-laki bertubuh besar membawa sebatang rokok ditangan kanan nya. Padahal hari ini, hari Minggu dimana aku ingin mengistirahatkan hidupku, tanpa perlu berinteraksi dengan manusia lainnya.
     "Iya benar dengan rumah pak Gindra, ada perlu apa ya pak?", tanya ku
     "Pak Gindra telat bayar dari bank BGI dek, kalau boleh tau adek ini anak nya ya?", tanya laki-laki bertubuh besar dengan mematikan rokok yang dibawa nya.
     "Iya pak saya anaknya, Papa utang dan belum dibayar ya pak?, nanti saya sampaikan ke Papa ya pak, maaf atas ketidaknyamanan nya", balas ku.
     "Yaudh dek, gitu aja gakpapa tolong disuruh melunasi ya dek, karna udah lewat tanggal nya", jawab laki-laki itu
     "Baik pak, terimakasih"

     Ku kira dengan kehilangan kakek, papa ku bisa mengatasi permasalahan ekonomi dalam keluarga kami. Tetapi apa ini? Hutang? Papa berhutang? seberapa banyak itu. Entah sudah berapa dekolektor yang kerumah. Padahal harusnya hari ini menjadi hari yang menggembirakan untukku.

Sudahlah.

     Ungkap ku dalam hati sembari bernafas panjang.

     Sesaat sebelum aku ingin mengurung diri selama-lamanya dikamar ku. Notif yang selalu ku tunggu mulai berbunyi. Iyaa.. notif dari Andra. Ia mengajak ku pergi ke rumahnya lagi.

--oOo--

      Pesan dari Andra terus berdatangan.

Andra : "Sayangg, mama nyariin kamuuuu"
Ferra : "Eehh apaa iyaa?"
Andra : "Iyaaa katanyaa manaa Ferraa, ga main kesiniii"
Andra : "Selain mama sihhh adaa yang kangen lagiii"
Ferra : "Siapaa tuuuuu"
Andra : "Andraa laahh, Andra kangen sama Ferra"
Ferra : "Truss gimanaa dongg?"
Andra : "Kamu kesini lah sayangg, kamu aja yang kesini sendiri yaa, lagi mager jemputtt, maaff yaa cantik"
Ferra : "Yaudh aku siap-siap duluu yaa"
Andra : "Okayy sayaang hatii-hatii"

--oOo--

     Andra sering berhalangan menjemput ku, mengingat dia anak rantau. Dia tidak punya motor tetap di rumahnya. Aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, jadi tak heran aku kerumah Andra tanpa dijemput olehnya.

☆☆☆

     Aku kembali lagi ke rumah Andra, disambut mama Andra yang tengah menyiapkan dagangan nya untuk besok.

     "Selamat siang tantee", sapaan ku untuk mama Andra sembari melepas helm ku.
     "Ehh cantikk, selamat siangg", mama Andra berdiri dan meninggalkan banyak lauk pauk dimejanya untuk menyambutku.
     "Tante lagi masak apaa?", bosa-basi ku.
     "Ini masa ayam kecap manis, sama sop sayur", balasnya dengan manis.
     "Waduhh enak banget tuu"
     "Kalauu cari Andra dia diatas, kamu langsung ke atas aja Ferr", suara itu lantas membuatku terkejut bukan main. Suara laki-laki tenor itu berasal dari kakak Andra.

     Andra merupakan 3 bersaudara. Andra memiliki 2 kakak, satu laki-laki satu perempuan. Kakak laki-laki Andra tengah menempuh S2 dan merupakan seorang mahasiswa di universitas terkenal. Sedangkan kakak perempuan Andra merupakan satu angkatan dengan kak Clara saat duduk di bangku SMA.

     "Iya kak, aku keatas duluu ya permisi", dengan canggung aku menaiki tangga satu persatu.
     Bukan seperti kemarin, Andra tengah berbaring di kasur kamar nya sendirian. Ia memanggil ku seolah mengajak ku untuk berpelukan.

Masa iya pelukan? dengan posisi dia tidur seperti itu?

     Tanpa berpikir panjang, aku memeluknya. Ia mengajak ku tidur disebelahnya. Aku tidak berpikiran aneh-aneh. Kami hanya saling bermain ponsel. Sampai Andra membuka suara.
     "Naik apa kesini?"
     "Terbang Andra, ya menurut kamu ajaa naiknya apaa", dengan nada melucu aku mengejek pertanyaan klase nya.
     "Yaudh sii maaff"

     "Ferr, kamu mau ngelakuin sesuatu ga?", ajak Andra dengan memeluk ku.
     "Maksudnya apa?", dengan kebingungan aku memikirkan seribuan pikiran negatif ku.
     Sebelum selesai berbicara Andra mencium ku.

Ini bukan ciuman biasa.

      Dalam kesesakan aku merasakan perbedaan dalam ciuman ini. Sebelum aku melepaskan nya, tiba-tiba Andra mendekap ku dengan kuat. Dalam kesunyian ruangan tersebut tiba-tiba tangan Andra meraba dada ku. Sebelum terjadi yang tidak-tidak, aku mencoba untuk melepas dekapannya. Aku mencoba untuk keluar dari situasi rumit ini.
"ANDRAA STOPP", lirih ku. Bukannya berhenti Andra semakin mendekat seperti menyatakan bahwa situasi ini tidak akan berakhir. Aku kalah akan nafsu ku sendiri. Aku menikmati setiap dekapan Andra, aku menyuruh apapun yang disuruh Andra. Sampai seketika kita kehilangan akal sehat kita masing-masing.

"Udah ya"

     Perkataan Andra membuatku terheran-heran. Dia yang memulai situasi ini tetapi setelah semuanya sudah mencapai puncak, dia menghela nafas dan menghentikan ku untuk lebih dari ini. Mungkin Andra tidak ingin aku menjadi ibu untuk anak-anak nya.
Aku menuju kamar mandi, dan melihat jam sudah menunjukan sore hari.

     "Berapa lama tadi aku seperti itu bersama Andra, dasar Ferra gila", dengan memberikan pukulan kecil di kepala ku, dan bertanya mengapa aku bisa berbuat seperti itu dengan Andra.
Setelah selesai bersih-bersih aku menuju kamar Andra lagi. Aku menemukan dia hanya bermain handphone nya seperti hal yang tadi tidak pernah terjadi. Kami melanjutkan perbincangan hangat selayaknya orang berpacaran. Tetapi hari ini berbeda, aku tidur bersebelahan dengan Andra sembari berbincang, kami berpelukan dan saling memberikan ciuman tangan atau pipi. Kami tidak melakukan hal di luar itu, pelukan nya yang hangat dan bau tubuhnya merupakan hal yang membuatku nyaman terus bersamanya.

     Setelah beberapa menit, aku memutuskan untuk pulang. Saat jalan pulang aku merasa gelisah, apakah yang aku lakukan dengan Andra merupakan hal yang tidak termaafkan? Aku takut.
     Aku akan pulang menaiki motor kesayangan ku. Berpamitan dengan keluarga Andra, dan Andra yang juga mengantar ku kedepan. Ia tidak pernah suka jika berciuman atau sekedar berpelukan di luar. Ia memilih untuk hanya memberiku tanda salib di dahi dan menyuruh ku pulang.
      "Sanaa pulanggg", ungkap nya sembari melambaikan tangan.

☆☆☆

     Hari Senin, hari horor untuk kebanyakan orang. Dengan cukup lemas aku mempersiapkan barang-barang ku untuk dibawa. Hari ini sedikit gerimis, tapi seperti yang kalian tau, Surakarta sehabis hujan mengundang suasana tersendiri. Aku menaiki motor tua papa ku, sepanjang jalan kita tidak mengobrol apa-apa. Rasanya seperti orang asing saja.
Sama seperti ku Andra kembali ke sekolah asramanya.

     Pelajaran hari ini terasa membosankan. Waktu berlalu sangat lama, hingga tiba pada waktu yang disukai semua pelajar.

Waktu pulang.

     Tepat pukul 15.00 adalah waktu pulang kami. Bel sekolah berbunyi kencang, dan suara sentral yang mengajak kita berdoa bersama.

     "Ferr, ke kantin dulu yuk"
     "Gab, Raf, Jo, Josephh, ke kantin duluu yukk"
     "Ayoo Tataaa"
     Seruan ajakan Vasty menyelimuti seisi kelas.
     Kami pun menyetujui ajakannya, kamu beriringan menuju kantin sekolah. Kantin kami mempunyai empat tempat jualan disana berderetan. Tempat duduk disana ada yang indor dengan tempat duduk kursi didalam kantin dan outdoor berada di luar depan kantin dengan meja berderetan, kami ber tujuh suka memilih tempat outdoor ditemani oleh pohon rindang dan atap yang terbuat dari seng.
Selama kurang lebih 3 jam kami menghabiskan waktu bersama.
Bernyanyi, Ber gosip, Makan bersama, dan membahas tugas sekolah kita.

Hari ini terasa menyenangkan.

batin ku.

For FerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang