40

4.1K 512 104
                                    



Siang itu, langkah kaki Adel, Ara, Olla, dan Oniel bergema ringan di sepanjang halaman rumah Mouren. Mereka berjalan santai, sesekali berbincang soal kehidupan sekolah, sebelum pembicaraan mereka akhirnya kembali ke topik yang lebih serius tentang Zee.

"Eh, kira-kira Zee udah beneran sembuh belum sih?" tanya Olla

"Kurang tau pasti. Tapi kalau dipikir-pikir, waktu itu parah banget, gue masih nggak nyangka dia jatuh dari rooftop…" sahut Ara.

"Iya. Tapi gue yakin banget Zee mah nggak bakal stres atau trauma. Toh, mamanya aja dokter kan? Orang-orang di sekitarnya juga pasti ngedukung dia habis-habisan, selalu ngasih semangat. Jadi gue rasa dia bakal baik-baik aja." Adel menimpali walau sambil menendang kerikil.

Ara mengangguk sambil tersenyum kecil. "Betul. Dukungan kayak gitu pasti bikin dia kuat. Tapi gue masih nggak nyangka loh, Bu Ditha bisa sejahat itu."

"Makanya, mamam tuh sekarang dia di penjara," kata Olla dengan malas.

"Iya woi, tapi gue tetap nggak bisa bayangin gimana rasanya jadi Kathrin." Oniel menggeleng kecil, "Tau ibu sendiri pelakunya… itu pasti berat banget."

Ara menatap Oniel, lalu mengangguk setuju. "Kathrin si barbar itu keliatannya emang kuat, anaknya kayak cuek gitu, tapi gue yakin dia juga banyak nangis di belakang. Apalagi dia sahabatan sama Zee, kan? Pasti perasaan dia campur aduk banget."

Adel menghela napas panjang sambil memasukkan tangannya ke saku. "Ya, untungnya Zee sama Kathrin tuh saling ngerti. Jadi gue rasa Zee nggak bakal nyalahin dia. Lagian, apa pun yang terjadi, Kathrin juga korban. Walaupun kita waktu itu sempet kesel banget sama dia karena ngira kirain dia pelakunya."

Percakapan itu membuat langkah mereka sedikit melambat. Pintu rumah Zee sudah mulai terlihat semakin dekat.

"Kalau ketemu Zee, kita sepakat jangan tanya dia yang aneh-aneh ya," kata Olla sambil memandang teman-temannya satu per satu.

"Iya," balas Adel cepat. "Kita ke sini buat bikin dia happy, bukan ngebahas hal-hal yang bikin dia makin down."

Oniel mengangguk, sementara Ara tersenyum kecil. "Iya, fokus buat bikin dia ketawa aja. Dia pasti seneng kita datang, apalagi kedatangan gue, dia pasti kangen banget sih sama gue." geer Ara.

Adel, Olla, dan Oniel serempak menatap Ara dengan ekspresi malas.

"Ra udah Ra, jangan geer banget lo," canda Oniel.

Belum sempat Ara membalas, tiba-tiba terdengar suara tawa dari dalam rumah. Suara itu ringan, renyah, dan jelas suara Zee. Mereka semua berhenti sejenak, saling melirik.

"Bahagia banget tuh anak," komentar Adel sambil terkekeh kecil.

"Pasti lagi bercanda gak sih, tu anak soalnya di status nya kek kocak mulu," balas Olla.

Ara menghela napas pelan. "Bener apa yang lo kata, dia mah anaknya ceria mulu."

"Iya anjir, kalian pada liat status dia yang cicak mainan kagak?" Adel bertanya sambil terkekeh.

"Gue liat, kocak banget bjir dia ngerjain mama nya." timpal Oniel.

"Caption-nya alay banget... 'Maafkan aku cicak super, aku harus buang kamu karena aku lebih memilih mama Gre' gitu nggak sih?" ujar Adel, raut wajahnya seolah mengingat ingat.

Tawa semuanya pecah kala ucapan Adel memang benar.

"Ada-ada aja kelakuannya,"

"Iya mirip lo, Ra." balas Adel sambil memutar bola matanya yang berakhir mendapat geplakan.

Beloved S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang