Extra part II

4.1K 524 89
                                    

Dini hari di tanggal 22 Desember, Gracia baru saja tiba di rumah setelah dinas yang melelahkan ke luar kota. Suasana rumah tentu sudah sunyi, hanya terdengar derik halus dari teras saat ia melangkah perlahan dengan koper di tangannya.

"Akhirnya sampai, untung hujannya belum deras," ucap Gracia lega, karena memang sejak ia turun dari mobil yang mengantarkannya tadi hujan rintik-rintik turun.

Dengan hati-hati, Gracia membuka pintu depan dan masuk, menutupnya tanpa suara agar tidak membangunkan siapa pun.

Ia langsung menuju lantai atas, rasa lelah di tubuhnya kalah oleh keinginan untuk segera melihat putri kesayangannya. Namun, langkahnya terhenti karena menatap kamar samping. Pintu sedikit terbuka, dan cahaya lampu masih menyala di dalamnya.

"Udah hampir jam dua, udah tidur belum ya dia?" batin Gracia.

Gracia tersenyum tipis, ada kehangatan yang menyeruak di dadanya. Tapi ia tahu, tubuhnya yang masih berbau perjalanan panjang harus dibersihkan dulu sebelum menemui anaknya.

"Sebentar ya, sayangku," gumam Gracia pelan, lalu bergegas ke kamarnya untuk bersiap diri.

Di dalam kamar, Gracia menaruh koper dan tasnya asal. Ia segera mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi. Menanggalkan seluruh pakaiannya dan langsung menyiram tubuhnya dengan aie, suara air yang mengalir menemani pikirannya yang mulai melayang.

Sambil menyabuni tubuh, Gracia terkekeh pelan. Ia teringat chat penuh ketantruman dari Zeevara. Anak itu mengira dinas Gracia masih tersisa satu hari lagi, padahal hari ini adalah hari terakhir. Bahkan Zee tak sadar bahwa foto yang dikirim Gracia saat di dalam mobil adalah isyarat kalau ia sudah dalam perjalanan pulang.

"Dasar bocil," gumamnya, terus tersenyum mengingat hal itu.

Beberapa waktu kemudian akhirnya selesai, Gracia kini sudah menggunakan setelan berbahan hangat, siap melangkah menuju kamar Zee.

Gracia perlahan mendorong pintu kamar Zee, cahaya lampu yang masih menyala memperlihatkan putrinya sudah terlelap. Sebuah senyum terlukis di wajah Gracia, meski diiringi helaan napas kecil.

"Begini nih, kalo gak di peluk pasti tidurnya kemana-mana."

Zee tidur dalam posisi yang tak teratur, miring dengan satu kaki menggantung di pinggir kasur, sementara selimut tergeletak begitu saja di lantai.

Matanya turun meneliti pakaian Zee, hanya kaos pendek dan celana yang bahkan lebih pendek. "Aduh, sayang... Cuaca lagi nggak bagus begini kok malah pakai baju kayak gini," gumam Gracia.

Wanita itu mendekat ke kasur, membungkuk guna mengambil selimut yang terjatuh terlebih dahulu lalu membuka laci lemari Zee untuk mengambil kaos kaki.

Gracia berjongkok kembali di samping kasur, memakaikan kaos kaki itu pelan-pelan pada kaki Zee.

"Kalo di gantiin baju pasti lama dan susah, jadi pake kaos kaki aja. Udah tau gak bisa kedinginan tapi bandel, padahal mama selalu ingetin."

Saat tangan Gracia menyelesaikan tugasnya, telinganya baru sadar menangkap suara musik. Ia berdiri dan matanya melirik ke arah handphone Zee yang masih menyala.

"Tiktok pasti."

Gracia malah melangkah kembali untuk mematikan lampu. Tak lupa, ia juga memeriksa suhu ruangan dari AC yang tampak terlalu dingin, mengubahnya menjadi lebih hangat. Baru setelah itu, ia kembali ke kasur, duduk dan meraih handphone Zee.

"Anak ini, emang bisa banget bikin mama nya terharu." gumam Gracia.

Menatap terus layar handphone Zee yang menampilkan beberapa foto dan video singkat tersusun rapi, lengkap dengan alunan lagu Cinta untuk Mama yang begitu menyentuh. Di tengah video, ada sebuah tulisan sederhana namun sarat cinta muncul 'Selamat Hari Ibu, Mama.'

Beloved S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang